Artikel

Amal Ibadah yang Lebih Besar Pahalanya dari Haji

24 Feb 2021 12:36 WIB
1446
.
Amal Ibadah yang Lebih Besar Pahalanya dari Haji

Suatu kali ada seseorang hendak berhaji, dia berpamitan pada Bisyr Al-Hafi (seorang tokoh sufi w. 227 di Baghdad), “Saya hendak melaksanakan haji. Saya mohon nasehatmu.”

“Berapa ongkos haji yang kamu bawa?” sahut Bisyr dengan pertanyaan. Dia menjawab, “2000 dirham.

Di masa itu belum ada angkutan cepat seperti saat ini. Orang itu tinggal di satu kota dengan Bisyr Al-Hafi, kota Baghdad. Jarak tempuh ke Mekah kisaran 1.788 km. Jadi ongkos 2000 dirham merupakan ongkos dan perbekalan orang kaya masa itu.

“Apa yang kamu cari dengan hajimu? Rekreasi? Kerinduan pada Baitullah? Atau mengharap ridla Allah?” lanjut Bisyr Al-Hafi.

Lelaki itu menjawab,Ridha Allah.”

Dengan serius Bisyr berbisik,Seandainya kamu bisa mendapat ridla Allah tanpa meninggalkan rumah: dengan cara menginfakkan 2000 dirham milikmu, dan kamu yakin akan mendapat ridha-Nya karena hal itu; apa kamu mau melakukannya?”

lelaki itu menjawab tegas,Iya.

“Jika demikian,” perintah Bisyr “sekarang juga berikan uangmu ke 10 orang yang membutuhkan: berikan pada orang yang terlilit hutang, fakir yang kelaparan, bapak-bapak yang menanggung beban keluarga, orang yang mendidik anak yatim dst. Jika hatimu kuat berikan pada mereka! Sesungguhnya membahagiakan hati seorang muslim, membantu mengeluarkan seseorang dari kesusahan, membantu orang yang terdesak jauh lebih baik dari melaksanakan haji setelah haji islam (wajib).”

“Nah, pulanglah! Lakukan apa yang saya perintah. Bila tidak, maka coba tanyakan lagi hatimu.” Pungkasnya.

Pria itu menunduk kemudian mendongak lagi seraya berkata, “Wahai Abu Nashr (Al-Hafi), di hatiku keinginan untuk pergi menuju tanah haram jauh lebih kuat.”

Mendengar pernyataan ini Al-Hafi hanya tersenyum, kemudian menghampirinya sambil berbisik, “Harta yang dikumpulkan dari kerja yang subhat selalu menarik pemiliknya agar mementingkan perbuatan lahir. Sementara Allah tak akan menerima amal perbuatan kecuali yang muncul dari seorang yang bertakwa.”

Fikih Prioritas

Kisah ini menyimpan pesan pada kita tentang pentingnya mamahami fikih prioritas (fiqh awlawiyat), yang sering diabaikan atau memang belum diketahui oleh kaum muslimin masa kini. Bisyr Al-Hafi tidak menghalangi orang tersebut untuk melaksanakan haji, dia hanya mengarahkan ke amal perbuatan yang harus diprioritaskan.

Sebab lelaki tersebut sudah pernah melaksanakan haji islam (wajbnya). Haji-haji selanjutnya adalah sunnah. Sementara membantu orang yang terdesak, terlilit hutang, menanggung anak yatim bisa jadi bernilai wajib. Maka jelas, amal wajib lebih didahulukan dari yang sunnah.

Belum lagi, jika naik haji berikutnya ditunggangi kepentingan hawa nafsu karena ingin pamer (riya’). Maka ibadah tidak ada nilainya di sisi Allah. Hanya menghabiskan uang dan dapat capeknya saja. Betul, dia akan menjadi buah bibir dan mendapat pujian karena prestasinya ini. Tapi kelak di akhirat dia akan menyesal sebab pahalanya nol. Hilang karena sifat-sifat tercela yang ada dalam dirinya dan niat jelek di balik ibadahnya.

Kekayaan Bisa Melaknat

Bila ternyata tetangganya ada yang kelaparan sementara dirinya sibuk membangun reputasi dan membesarkan egoismenya sendiri maka dia dilaknat oleh para malaikat dan seluruh umat manusia, seperti dalam hadis ملعون من بات شبعانا وجاره جائع  terlaknat orang yang menginap dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan. (HR. At-Thabrani dan Al-Bazzaz)

Menurut banyak ulama yang meneliti redaksi (matan) hadis menyimpulkan bahwa hadis yang memakai kata “mal’un” atau yang berasal dari akar kata “لعن” maka itu bisa dipastikan “dosa besar”. Selain salah menurut agama, perilaku buruk semacam itu juga menodai kemanusiaan kita. Ke mana sifat simpati dan empati kita terhadap kaum fakir miskin?! Itu pesan yang ingin disampaikan oleh Bisyr Al-Hafi.          

Amalan-amalan Setara Pahala Haji dan Umrah

Semakin menjamurnya travel didukung dengan kecanggihan teknologi dan kecepatan informasi, orang-orang kaya banyak yang lupa diri tergiur oleh iklan-iklan manis bagian pemasaran jasa travel. Tanpa terasa pergi umroh atau haji berubah menjadi habit, bukan lagi kekhusuan ibadah tapi menjadi ajang gengsi dan pamer di medsos. Berbagai macam alasan keluar dari mulutnya: rindu baitullah, rindu Rasulullah, namun sebenarnya ia hanya ingin jalan-jalan menghabiskan duit dengan cara yang terlihat islami.

Padahal jika mau—menurut Majma’ Al-Buhust Al-Islamiyah (Badan Riset Keislaman Al-Azhar)—ada amalan wajib disekitarnya yang jauh lebih besar pahalanya dari haji atau umrah kedua yang bernilai sunnah. Atau setara dengan haji-umrah bagi yang belum pernah. Rasulullah menjanjikan pahala setara haji dan umrah, tanpa dikurangi sedikitpun:

1. Seorang yang berniat sungguh-sungguh dalam hati tapi hingga ajal menjemput dia tak diberi anugerah untuk melaksanakannya. Maka kelak akan dicatat pahala sesuai apa yang diniatkan, termasuk niat haji-umrah, seperti dalam HR. At-Tirmizi.

2. Berbakti pada orang tua. Diriwayatkan bahwa seseorang menghadap Rasulullah Saw mengutarakan,Saya ingin berjihad tapi tidak bisa.” Rasul bertanya,Apa kedua orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab,Ibuku masih hidup”. Rasulullah berpesan,Bertakwalah dan berbaktilah pada ibumu. Jika kamu melaksanakan maka kamu sama dengan orang yang haji, umrah dan berjihad.” (HR. Al-Baihaqi)

3. Duduk di masjid setelah shalat subuh berjemaah hingga muncul matahari menjelang waktu Dhuha. Sebagaimana sabda Nabi, “Barangsiapa yang shalat Subuh berjemaah, duduk berzikir hingga matahari naik, lantas shalat dua rakat (Dhuha) maka pahalanya setara haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. At-Tirmizi)

4. Melaksanakan shalat wajib di masjid secara berjamaah, sesuai sabda Nabi “Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci menuju shalat wajib maka pahalanya sama dengan pahala haji yang sudah memakai ihram.” (HR. Abu Daud)

Abdul Munim Cholil
Abdul Munim Cholil / 44 Artikel

Kiai muda asal Madura. Mengkaji sejumlah karya Mbah Kholil Bangkalan. Lulusan Al-Azhar, Mesir. Katib Mahad Aly Nurul Cholil Bangkalan dan dosen tasawuf STAI Al Fithrah Surabaya

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: