Artikel

Coba Perhatikan, Putraku: Kisah Kedekatan Nabi dengan Anak Kecil

08 Dec 2020 05:38 WIB
1365
.
Coba Perhatikan, Putraku: Kisah Kedekatan Nabi dengan Anak Kecil

Empat belas bulan setelah Rasulullah shallalLahu ‘alaihi wasallam menetap di Madinah, cahaya suka cita menghiasi langit kota yang banyak ditumbuhi pohon kurma itu.

Pasalnya, lahir bayi pertama dari kalangan penduduk asli Madinah, komunitas Anshar semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di sana. Cahaya suka cita itu juga tampak memenuhi relung hati dan terpancar jelas dari raut wajah penduduknya.

Yang sangat berbahagia waktu itu tentunya adalah pasangan Basyir dan Umrah. Mereka hidup di tengah pemukiman suku Khazraj.  Pasangan tersebut memberi nama bayinya An-Nu’man.

Sudah barang tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga turut gembira dengan kelahiran bayi tersebut, karena kepada anak-anak kecil seperti An-Nu’manlah, ajaran mulia Islam nantinya diajarkan dan diwariskan.

Baca juga: Kisah Cinta Abdullah bin Salam dan Akhlak Mulia Cucu Rasulullah, Husain bin Ali

Kegembiraan pada diri Nabi ini mungkin serupa dengan yang beliau ekspresikan delapan bulan sebelumnya, ketika pasangan Az-Zubair dan Asma’ melahirkan Abdullah (Binu Az-Zubair) yang merupakan bayi pertama yang lahir dari kalangan Muhajirin.

Melalui anak-anak yang masih kecil inilah, nantinya keindahan ajaran Islam akan tertanam, terpancar dan menyebar ke berbagai negeri.

Saat An-Nu’man bin Basyir lahir, usia Rasulullah sudah lumayan sepuh, lima puluh empat tahun. Dan di saat Rasulullah wafat di usia enam puluh tiga tahun, umur An-Nu’man masih sangat muda, baru delapan tahun.  

Jarak usia yang sangat jauh, An-Nu’man masih sangat kecil sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah lanjut.

Semasa hidup di Madinah, Rasulullah shallalLahu ‘alaihi wasallam terkenal sangat dekat dan akrab dengan anak-anak kecil. Meskipun usia beliau sudah melewati lima puluh tiga tahun.

Lisan mulia beliau tidak berat untuk menyapa dan menasehati anak-anak usia belasan tahun seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, dan Zaid binTsabit.

Bahkan dengan anak-anak yang umurnya belum mencapai sepuluh tahun pun  seperti Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu dekat.

Baca juga: Kisah Cinta Zahid dan Zulfah: Gagal Menikah Demi Taat Rasulullah

Termasuk dengan An-Nu’man bin Basyir yang kebersamaannya dengan Nabi hanya sampai umur delapan tahunan. Usia yang—bagi kita mungkin—masih dianggap sangat kecil sekali. Kurang lebih seusia anak kelas tiga MI/SD.

Tidak seperti Abdullah bin Az-Zubair dan ‘Abdullah bin Abbas yang masih ada hubungan kerabat dengan Nabi dan sering tinggal dan bermain di rumah beliau, An-Nu’man bukanlah keluarga dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Meski demikian hubungan Nabi dengan sahabat kecil bernama An-Nu’man sungguh sangat dekat sekali.

Kedekatan ini terlihat dalam kisahnya sewaktu kecil, saat usianya belum melewati sembilan tahun. Dia diajak bicara oleh Nabi dengan kedekatan yang sangat istimewa,

تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَالْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“(Hai putraku An-Nu’man), coba kamu perhatikan kasih sayang, kecintaan, dan saling tolong-menolong di antara orang-orang yang beriman (di Madinah ini), tampak laksana satu tubuh. Jika ada salah satu anggotanya yang mengeluh sakit, maka anggota tubuh lainnya turut berempati dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” 

Nabi menyapa sahabat kecil itu dengan ucapan ترى (Coba kamu lihat atau coba kamu perhatikan, putraku). Bisa kita bayangkan betapa indah hubungan sahabat kecil itu dengan tokoh yang ia cintai.

Baca juga: Kesan Pertama Berjumpa dengan Rasulullah SAW

Nabi yang sudah berusia lanjut berkenan mendekati sahabat kecil yang bukan keluarganya itu, lalu menanamkan nilai-nilai mulia: Hai putraku lihatlah bapak-bapakmu di Madinah ini, tirulah mereka yang saling mengasihi, rukun, damai, penuh empati dan mempunyai semangat solidaritas dan bahu membahu yang tinggi.

Sungguh sangat indah, Nabi mencontohkan bagaimana mendidik anak-anak kecil–meski bukan keluarga sendiri-melalui sapaan dan pengamatan langsung terhadap fenomena positif di tengah masyarakat yang nyata. Penuh perhatian dan penuh kedekatan.

Hadits di atas diperoleh langsung oleh An-Nu’man bin Basyir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam Musnad Ahmad disebutkan An-Nu’man Bin Basyir berkata, “Sami’tu am-Nabiyya (saya mendengar langsung dari Nabi),” sehingga riwayat ini tidak termasuk "mursal shahabi”.

Baca juga: Mengenal Ashabus Shuffah Sebagai Teladan Kaum Sufi

Selain Imam Ahmad, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh banyak imam hadits yang lain. Namun uniknya yang secara eksplisit menggunakan redaksi ترى yang berarti “kamu lihat atau kamu perhatikan” hanya dijumpai (penulis) di dalam Shahih Al-Bukhari.

Satu kata yang memberi gambaran indahnya kedekatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sahabat yang masih sangat belia.

Arif Chasanul Muna
Arif Chasanul Muna / 2 Artikel

Asal Kudus, sekarang domisili di Pekalongan. Pernah nyantri di MA TBS Kudus, lusus pada 1997. Kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Mesir, lulus 2002. Sekarang aktif sebagai dosen di IAIN Pekalongan Jawa Tengah

Ariesta Verdie Indrajaya
02 February 2023
MasyaAllah

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: