Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Esai

Menjawab Tuduhan, Merakit Persatuan: Apakah Syiah Buatan Yahudi?

Avatar photo
486
×

Menjawab Tuduhan, Merakit Persatuan: Apakah Syiah Buatan Yahudi?

Share this article
Menjawab Tuduhan, Merakit Persatuan: Apakah Syiah Buatan Yahudi?
Menjawab Tuduhan, Merakit Persatuan: Apakah Syiah Buatan Yahudi?

Sebagaimana yang telah diketahui, terdpat segelintir kelompok telah mewartakan secara masif bahwa Abdullah bin Saba’ merupakan tokoh pendorong berdirinya salah satu aliran akidah terkenal dalam sejarah perkembangan teologi islam yaitu aliran Syiah. Mereka berpendapat bahwa Abdullah bin Saba’ merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam mendirikan firqoh Syiah. Mereka mengklaim bahwa Abdullah bin Saba’ adalah seorang yahudi yang berpura-pura beragama Islam dan masuk ke dalam barisan Islam untuk menghancurkan persatuan Islam dari dalam. Sehingga mereka menarik kesimpulan bahwa Syiah merupakan firqoh yang didirikan oleh campur tangan orang Yahudi yaitu Abdullah bin Saba.

Namun klaim di atas merupakan klaim sepihak dari sebagian kelompok kecil yang tidak merepresentasikan golongan firqoh manapun, baik dari Syiah, Ahlussunah waljamaah atau firqoh lainnya. Sebagaimana yang penulis kutip dari buku “Syiah menurut Syiah” menyatakan bahwa Allamah Al-Murtadha Askari telah membuktikan bahwa cerita Abdullah bin Saba’ adalah salah satu kisah khayalan dari Saif bin Umar yang turut menulis cerita-cerita khayalan lainnya dalam bukunya.1

Selain itu, senada dengan yang disampaikan oleh Askari, Prof. Quraish Shihab dalam buku “Sunnah Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?” juga menjelaskan bahwa Abdullah bin Saba’ telah terbukti sebagai tokoh fiktif yang dibuat oleh Saif bin Umar. Hal ini berdasarkan penelitian mendalam dari tiga tokoh yang mewakili otoritas keilmuan kelompoknya, yaitu yang pertama, Thaha Husain seorang sastrawan dan sejarawan terkenal asal Timur Tengah. Kedua, Prof. Abdul Halim Mahmud Syekh Al-Azhar yang dikenal dengan gelar “Imam Ghazali Abad 20” (w.1978). Terakhir, Jullius Wellhausen, seorang orientalis dan sejarawan asal Jerman yang sudah melakukan penelitian mendalam terkait Abdullah bin Saba’. Ketiganya menarik benang merah yang sama bahwa Abdullah bin Saba’ merupakan tokoh fiktif yang tidak pernah ada dalam sejarah pembuatan firqoh Syi’ah yang sebenarnya.2

Berdasarkan penelusuran para tokoh sejarawan dan ilmuwan di atas, riwayat yang menceritakan tentang Abdullah bin Saba’ bersumber dari beberapa ulama dan sejarawan muslim di antaranya: Al-Thabari (w.310 H/922 M), Ibnu ‘Asakir (571 H/1175), Ibnu Abi Bakr (w. 741 H/ 1340 M) dan Adz-Dzahabi (w. 747 H/ 1346 M). Mereka telah mengambil kisah tentang Abdullah bin Saba’ itu dari satu sumber yaitu; Saif bin Umar Al-Tamimi dari bukunya yang berjudul “Al-Futuh Al-Kabir wa Al-Riddah” dan “Al-jamal wa al-Masir ‘Aisyah wa ‘Ali”. Adapun Saif bin Umar merupakan perawi yang sangat banyak dipermasalahkan kredibilitasnya oleh para sejarawan dan ulama Jarh wa ta’dil dalam menyampaikan riwayat. Tidak hanya oleh ulama dari kalangan Syi’ah, melainkan juga Ahlusunnah waljamaah. Sebagaimana yang termaktub dalam buku Tahdzib Al-Tahdzib karangan Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagai berikut:

ت – سيف” بن عمر التميمي البرجمي³ ويقال السعدي ويقال الضبعي ويقال الأسدي الكوفي صاحب كتاب الردة والفتوح روى عن عبد الله بن عمر العمري وأبي الزبير وابن جريح وإسماعيل بن أبي خالد وبكر بن وائل بن داود وداود بن أبي هند وهشام بن عروة وموسى بن عقبة ويحيى بن سعيد الأنصاري ومحمد بن إسحاق ومحمد بن السائب الكلبي وطلحة بن الأعلم وخلق وعنه النضر بن حماد العتكي ويعقوب بن إبراهيم بن سعد وعبد الرحمن بن محمد المحاربي ومحمد بن عيسى الطباع وجبارة بن المغلس وجماعة قال ابن معين ضعيف الحديث وقال مرة فليس خير منه وقال أبو حاتم متروك الحديث يشبه حديثه حديث الواقدي وقال أبو داود ليس بشيء وقال النسائي والدارقطني ضعيف وقال ابن عدي بعض أحاديثه مشهورة وعامتها منكرة لم يتابع عليها وقال ابن حبان يروي الموضوعات عن الاثبات قال وقالوا أنه كان يضع الحديث قلت بقية كلام ابن حبان اتهم بالزندقة وقال البرقاني عن الدارقطني متروك الحديث وقال الحاكم اتهم بالزندقة وهو في الرواية ساقط قرأت بخط الذهبي مات سيف زمن الرشيد³

Dari kutipan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa betapa banyak ulama Jarh wa ta’dil yang mempermasalahkan kredibilitas Saif bin Umar. Bahkan kebanyakan di antara mereka menyatakan bahwa Saif tidak dapat dipercaya. Ulama mutasyadid seperti Ibnu Ma’in, An-Nasa’i dan ad-Daruqhutni, menilainya Dha’if (lemah). Sementara Abu Hatim menilainya Matruk al-Hadis (hadisnya mesti ditinggalkan). Bahkan Ibn Hibban setelah menjelaskan bahwa Saif periwayatannya Maudhu’ (palsu) menambahkan bahwa dia tertuduh Zindiq. Al- Hakim juga berpendapat demikian dan menambahkan bahwa riwayat-riwayat yang disampaikan Saif merupakan Saqith yang berarti diabaikan atau tidak diperhitungkan. Bahkan Abu Dawud menilainya Laisa Bi Syai’in yang berarti riwayatnya sebagai perawi tidak dianggap sama sekali.

Kunjungi Informasi Lain

Berdasarkan hasil temuan ini, sudah barang tentu menjadi penjelas antara hak dan batil bahwa Abdullah bin Saba’ merupakan tokoh fiktif yang dibuat oleh Saif bin Umar dalam bukunya. Hal itu berdasarkan komentar para ulama Jarh wa Ta’dil atas kredibilitasnya yang dinilai sangat buruk untuk dijadikan sandaran periwayatan. Para ulama bahkan dari kalangan Suni bersepakat bahwa periwayatannya tidak dapat diterima sama sekali sehingga riwayat apapun yang bersumber dari Saif bin Umar mesti ditolak dan ditinggalkan. Maka dari itu, seyogyanya kita sebagai umat Islam perlu memperhatikan dan mengecek ulang berita-berita miring yang dilayangkan kepada kelompok Syiah. Terlebih jika berita itu terdengar tidak masuk akal. Mana mungkin manusia mulia secerdas dan setaat Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Ustman bin Affan, Zubair bin ‘Awwam, Thalhah dan lainnya dapat diperdaya oleh seorang tokoh Yahudi sekerdil itu. Terlebih mampu dipecahbelah oleh tokoh di luar agama Islam. Sudah seyogyanya tradisi tabayun ala ulama kita yang merupakan ajaran Islam sendiri menjadi kegiatan yang selalu kita dawam-kan di keseharian kita. Agar kita terhindar dari berita-berita bohong yang justru berpotensi merugikan kita dan memecah belah persatuan umat.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ( الحجرٰت : ٦)

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Wallahu ‘alam

Daftar Pustaka

Ibnu Ali ibnu Muhammad Al-Asqalani, Ahmad, Tahdzib Al_tahdzib (Dairah Ma’arif Nizhamiyah, 1908)

Quraish Shihab, Sunnah Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?, 4th ed. (Lentera Hati, 2014)

Tim Ahlul Bait, Syiah Menurut Syiah (Ahlul Bait Indonesia, 2014)

Kontributor

  • Yus Ramadhani

    Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasantri di Pesantren Darus-sunah. Sebelumnya, menempuh pendidikan di Pesantren Tahfizh Al-quran Daarul Uluum Lido, Bogor.