Tokoh
Apa kerjaan sehari-hari Syekh Abdul Aziz Al-Ghumari saat belajar di Al-Azhar Mesir?
Al-Allamah Al-Muhaddits Al-Naqqâd Al-Sayyid Abdul Aziz bin Ahmad bin Shiddiq Al-Gumari adalah seorang muhaddits besar dan ahli fikih ulung, memiliki andil pada banyak disiplin ilmu.
Lahir di Pelabuhan Tonjah (Tanger) Maroko pada Jumâdal Ûla 1338 H/1919 M. Sejak dini sudah menghafal Al-Qur’an dan mempelajari ilmu-ilmu dasar. Pertama-tama belajar dari ayahandanya, lalu dengan pengarahan sang Ayah belajar kepada guru-guru yang lain. Dia juga belajar kepada dua kakak kandungnya, Sayyid Ahmad dan Sayyid Abdullah Al-Gumari.
Sayyid Abdullah dalam Sabîl al-Taufîq mengatakan: “Di antara pakar hadis adalah adik saya Sayyid Abdul Aziz, dia belajar secara intens kepada kakak tertua (Sayyid Ahmad) khususnya mempelajari hadis, penelitian sanad dan metode menghukumi shahih, hasan atau dha’if.”
Sepeninggal ayah mereka, dia pergi ke Mesir pada tahun 1355 H, dan masuk di Al-Azhar Al-Syarif. Dia pun belajar dari para ulamanya, menghadiri kelas-kelas Al-Allamah Syekh Abdul Mu’thi Al-Syarsyimi, Al-Allamah Syekh Muhammad Izzat Al-Syafi’i, Al-‘Allamah Lautan Keilmuan Syekh Mahmud Al-Imam Al-Manshuri, Syekh Abdul Salam Ghanim Al-Dimyathi, Al-Allâmah Ahmad Rafi’ Al-Thahthawi, Al-Allamah Syekh Ali Surur Al-Zankaluni, dan ulama-ulama besar Al-Azhar lainnya.
Dia menetap belajar di bawah naungan Al-Azhar Al-Syarif selama kurang lebih 12 tahun. Dalam kitabnya Ta’rîf Al-Mu’tasi ia menceritakan, “Waktu-waktu yang berlalu selama keberadaan saya di Mesir berkutat seputar menulis, penelitian dan penelaahan. Saya bolak-balik ke perpustakaan Dâr Al-Kutub dan perpustakaan Al-Azhar, dan banyak menghabiskan waktu di kedua perpustakaan tersebut. Sehingga memudahkan bagi saya membaca kitab-kitab langka yang tidak pernah didengarkan orang lain, apalagi membacanya. Saya menyalin dari kedua perpustakaan itu yang memungkinkan untuk disalin dari naskah-naskah hadis. Saya juga menyeleksi dari kitab-kitab besar yang sekiranya akan saya butuhkan. Beginilah kehidupan saya semasa di Mesir, berputar antara menelaah dan menulis. Ketika di dalam rumah, saya menyibukkan diri untuk menyusun buku dan mengkajinya. Ketika saya keluar, maka tujuannya adalah kedua perpustakaan tersebut untuk meninjau referensi-referensi yang hanya ada di sana. Dari waktu inilah saya mendapatkan faidah yang amat besar.”
Dia juga mengenang, “Di samping itu, saya juga banyak meraup faidah dari orang-orang yang saya temui, baik penduduk asli ataupun para pelajar wafidin asal Maroko, Turki, Syam, Hijaz dan negara lainnya. Saya meminta ijazah dari banyak masyayikh dan melalui surat-menyurat dengan para masyaikh yang ada di Hijaz dan Syam. Mesir adalah dunia, maka siapa yang belum memasuki Mesir dan menyaksikan kehidupan di sana, seakan dia belum melihat dunia dan tidak tahu bagaimana hidup di dunia.”
Dia kembali ke Maroko pada Rabi’ul Awwal 1366 H. Di sana dia mengabdikan hidupnya untuk mengajar dan menulis sehingga menghasilkan banyak dari karya tulis yang menunjukkan kekokohan pijakannya dalam skill (shan’ah) Hadis serta pembacaan luasnya atas kitab-kitab Sunnah, baik yang telah diterbitkan ataupun yang masih berupa manuskrip. Dia telah mencapai derajat kritikus Hadis. Dari nafas dan pembicaraanya terlihat jelas pengalaman matangnya dalam Shan’ah. Dalam ranah fikih, ia betul-betul teliti terhadap dalil dan menjauhi taqlid. Terkadang gaya bicaranya cukup keras, tetapi itu tidak sama sekali mengurangi karisma dan kemuliaan keilmuannya.
Di antara karya-karyanya, ada beberapa yang berupa takhrij hadis, misalnya:
• Al-Ta’atthuf Fî Takhrîj Ahâdîts Al-Ta’arruf.
• Raf’u Al-‘Ilm Bi Takhrîj Ahâdîts Îqâzhi al-Himam Fî Syarh al-Hikam.
• Hidâyatu Al-Muktafî Fî Takhrîj Ahâdîts Al-Nasafi (tidak selesai).
• Takhrîj Ahâdîts Al-Ba’ts karya Ibnu Abi Daud.
Berupa serial kumpulan hadis-hadis maudhu’, di antaranya:
• Bulûgh al-Amâni Min Maudhû’ât Al-Shagâni.
• Kitab di atas diringkas dalam Al-Tahânî Fî al-Ta’aqqub ‘alâ Maudhû’ât Al-Shaghâni.
• Îqâzh Al-Wasnân Bi al-Ta’aqqub ‘alâ Maudhû’ât Ibni Sulthân.
• Al-Jawâhir Al-Marshû’ah Fî Tartîb Ahâdîts Al-La’âli Al-Mashnû’ah.
• Al-Jawâhir Al-Ghawâli Fî Istidrâk ‘alâ al-La’âli.
• Al-Musyîr Ilâ Mâ Fâta Li Al-Mughîr ‘alâ al-Ahâdîts al-Maudhû’ah Fî al-Jâmi’ al-Shaghîr.
• Tadzkiratu Al-Ahâdîts Al-Maudhû’ah wa Allatî Lâ Ashla Lahâ.
Berupa serial kumpulan hadis-hadis dha’if, di antaranya:
• Ithâf Dzawi al-Himam al-‘Âliyah Bi Syarh al-‘Asymawiyyah.
• Al-Ilmâ’ Bi Adillati Matn Abi Syujâ’.
• Al-Qawl Al-Ma’tsûr Bi Jawâz Imâmati Al-Mar’ah Bi Rabbât Al-Khudûr.
• Syaddu al-Wath’ah ‘Alâ Man Ajâza Mushâfahati al-Mar’ah.
• Hukmu al-Iqâmah Bi Bilâd al-Kuffâr wa Bayân Wujûbihâ Fî Ba’dhi al-Ahwâl.
• Wujûb Ittihâd al-Muslimîn Fi al-Shaumi wa al-Ifthâr.
• Husnu al-Sam’ah Bi Ibthâl Isythirâth al-‘Adad Wa al-Makân al-Khâsh Li Shalâti al-Jum’ah.
• Al-Inârah Bi Mâ Warada Fî Tahrîk al-Mushallî Ishba’ahu ‘Inda al-Isyârah.
• Al-Mujarrab ‘an Adillati Istihbâb al-Rak’atain Qabla al-Magrib.
• Mâ Yajûzu Wa Mâ Lâ Yajûzu Fî al-Hayâti al-Zaujiyyah.
• Ihyâ’ al-Mawât Bi Hukmi al-Qirâ’ah Li al-Amwât.
• Natâ’ij al-Afkâr al-Wahbiyyah Fî Syar hal-Durar al-Bahiyyah.
• Hukm Tahdîd al-Nasl.
Beberapa karya tulis dalam otobiografi dan Tsabt daftar nama para guru, kumpulan marwiyyat dan sanad-sanadnya. Antara lain:
• Ta’rîf al-Mu’tasi Bi Ahwâl Nafsî.
• Mu’jam al-Syuyûkh.
• Al-Tuhfah Al-‘Azîziyyah Fî al-Hadîts al-Musalsal Bi al-Awwaliyyah.
Dan masih sangat banyak lagi karya beliau yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.
Sayyid Abdul Aziz Al-Gumari wafat pada Hari Jum’at 6 Rajab 1418 H, bertepatan dengan 7 November 1998 dan dimakamkan di dekat pusara ayahnya (semoga Allah meridhai keduanya) di Zawiyah Shiddiqiyah.
Sumber: Jamharah A’lam Al-Azhar Al-Syarif karya Dr. Usamah El-Sayed Al-Azhari.
Bernama lengkap Muhammad Zainuddin Ruslan. Asal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Kamal NW Kembang Kerang dan telah menyelesaikan studi S1 di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.