Artikel

Berbakti kepada orang tua lebih utama dari berjihad

22 Jan 2024 02:01 WIB
970
.
Berbakti kepada orang tua lebih utama dari berjihad Dalam Islam berbakti kepada orang tua dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah yang paling utama.

Jihad merupakan suatu usaha atau perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, baik secara fisik maupun non-fisik. Dalam konteks saat ini, jihad dapat diinterpretasikan sebagai perjuangan untuk menegakkan hukum Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara damai, seperti berdakwah, mengajak orang lain untuk berbuat baik, dan meningkatkan kualitas diri.

Kewajiban melakukan jihad sendiri berlaku kepada seluruh orang meskipun bersifat kifayah. Artinya, sebagian orang yang berjihad menyebabkan kewajiban jihad sendiri gugur. Mereka yang berjihad akan mendapat perhatian dari syari’ dengan apresiasi berupa pahala berlipat yang akad didapat karna sudah membela dan menegakkan agama.  

Akan tetapi terkadang dijumpai beberapa bentuk jihad yang dinilai bertentangan dengan bakti kita kepada orang tua. Patuh dan taat atas setiap apa yang diperintahkan orang tua merupakan  kewajiban sebagai bentuk bakti kita kepadanya. Orang tua berkeinginan anak yang ia sayang  berada dirumah dan melayani dirinya akan tetapi sang anak berkeinginan untuk berjihad. Lantas mana yang diutamakan antara berjihad atau berbakti kepada orang tua?

Dalam Islam berbakti kepada orang tua dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah yang paling utama. Bahkan Allah menyatakan bahwa menyambung tali kekeluargaan dengan keluarga, khususnya orang tua yang sudah lanjut usia adalah salah satu bentuk ibadah yang paling dicintai oleh-Nya. Seperti firman Allah dalam QS. Luqman Ayat 14

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ 14.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu

Tidak hanya al-Quran yang menjelaskan untuk berbakti kepada orang tua, Hadis pun juga demikian, menuntut untuk selalu berbakti kepada orang tua. Bahkan saat dirinya ingin pergi jihad tetapi orang tua membutuhkannya, menyuruhnya untuk tetap membersamai dan melayaninya, dia harus mengutamakan berbakti kepada orang tua. Sebagaimana Rasulullah bersabda

حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا» قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «بِرُّ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ<<

“Abu Walid bertanya kepada Nabi, pekerjaan apa yang paling disenangi Allah? Nabi menjawab, salat tepat waktu. Lalu? Berbakti kepada orang tua. Lalu? Jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari)

Ibnu Hajar al-haitami memberikan komentar terhadap Hadis di atas. Menurutnya, kebolehan melakukan jihad saat dia sudah mendapat izin. Sedangkan tidak mendapatkan izin dari kedua orang tua tidak mewajibkan jihad harus dilakukan. Sebagaimana dijelaskan

وَيُحْتَمَلُ أَنَّهُ قُدِّمَ لِتَوَقُّفِ الْجِهَادِ عَلَيْهِ إِذْ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ اسْتِئْذَانُهُمَا فِي الْجِهَادِ لِثُبُوتِ النَّهْيِ عَنِ الْجِهَادِ بِغَيْرِ إِذْنِهِمَا

“kemungkinan berbakti kepada orang tua lebih utama dari jihad karena jihad harus menunggu izin dari keduanya. Sehingga larangan untuk berjihad tetap ketika tidak mendapatkan izin dari kedua orang tua”(Ibnu Hajar al-haitami, Fath al-Bari, juz 10, hal 401)

Selain itu Rasulullah pernah menyuruh kepada seorang laki-laki yang ingin ikut berperang untuk kembali kekeluarganya. Hal ini dikarenakan kedua orang tuanya sedang menangis, tidak memberikannya izin berjihad. Seperti Hadis dalam kitab Sunan Ibnu Majah [2/930] Rasulullah bersabda

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي جِئْتُ أُرِيدُ الْجِهَادَ مَعَكَ، أَبْتَغِي وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ، وَلَقَدْ أَتَيْتُ وَإِنَّ وَالِدَيَّ لَيَبْكِيَانِ، قَالَ: «فَارْجِعْ إِلَيْهِمَا، فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا»

“Abdullah bin Amr berkata, datang seorang laki-laki dan berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya saya datang ingin berjihad bersamamu, mencari wajah Allah dan (surga) di kehidupan akhirat, dan sesungguhnya kedua orangtua saya benar-benar menangis. Beliau Rasulullah SAW menjawab: “Kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” (HR. Ibnu Majah)

Dapat disimpulkan bahwa berbakti kepada orang tua lebih utama dari pada melakukan jihad. Karena Berbakti kepada orang tua merupakan bentuk ibadah yang difokuskan pada perjuangan dalam menjaga dan melayani orang tua, serta menyambung tali kekeluargaan. Sedangkan berjihad merupakan perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan yang bisa saja dilakukan oleh orang lain.

Fahmil Ulum
Fahmil Ulum / 1 Artikel

Santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo. Bertempat tinggal di pulau Raas, Sumenep, Jawa Timur. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Mahad Aly Salafiyah Syafiiyah Situbondo dengan konsentrasi Fikih dan Ushul Fikih. 

 

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: