Artikel

Buah semangka, Imam Ahmad dan hadits-hadits palsu tentang keutamaannya

29 May 2022 08:52 WIB
11933
.
Buah semangka, Imam Ahmad dan hadits-hadits palsu tentang keutamaannya Buah semangka dalam literatur hadits.

Musim panas di Mesir, meski tidak sepanas Hijaz atau Sudan, tetap saja terasa begitu gersang. Angin yang terasa panas, membuat kipas angin yang tadinya diharapkan bisa membuat sedikit sejuk, ternyata tidak memberikan banyak pengaruh. Hamba yang tabiat badannya mudah berkeringat, hanya mengandalkan air dingin dan semangka yang ditakdirkan tumbuh subur di musim panas sebagai penyegar. Walaupun tetap saja, namanya panas tetap saja panas.

Tentang buah semangka ini, saya teringat sebuah kisah yang tersebar di kalangan para pendakwah. Mungkin, beberapa tahun yang lalu saya pernah mendengar kisah ini. Waktu itu, saya terkagum-kagum dengan kisah yang diceritakan.

Syekh Abdul Hamid Quds (w. 1334 H) dalam kitab Irsyad al-Muhtadi mengutip kisah ini. Dikisahkan, salah seorang ulama salaf, —ada yang menyebut yang dimaksud adalah Imam Ahmad bin Hanbal dan ada yang juga yang menyebut ia adalah Muhammad bin Aslam al-Thusi (w. 242 H)—tidak memakan buah semangka.

Apa alasannya? Menurut ulama yang bersangkutan, ia tidak memakan buah semangka karena tidak mengetahui bagaimana cara Nabi Muhammad makan buah tersebut. Sebetulnya, kisah ini menunjukkan betapa hebatnya para salaf dalam soal mengikuti jejak Nabi Muhammad. Oleh karena itu saya begitu kagum saat mendengar kisah ini. Tapi, di balik itu semua, tentu keabsahan nisbah kisah tersebut harus dibuktikan secara ilmiah, agar tidak terjadi dusta pada riwayat.

Sebelum Syekh Abdul Hamid Quds, ada ulama lain yang meriwayatkan kisah yang semisal. Seperti Syekh Abu Al-Abbas Al-Ghabrini dalam kitabnya Unwan al-Dirayah. Di sana beliau menyebut nama Imam Ahmad bin Hanbal secara tegas, bahwa beliau tidak ingin makan buah semangka karena tidak mengetahui caranya yang sesuai Sunnah Nabi, apakah nabi membuang bijinya atau dimakan, atau makannya dipisah dari kulit atau tidak?.

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal ini menjadi aneh saat kita mengetahui adanya riwayat yang menjelaskan tata cara Nabi Muhammad memakan semangka. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath al-Bari mengatakan bahwasanya beliau pernah menemukan riwayat Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Ausath, bahwa Rasulullah memakan buah semangka dengan dicampur kurma. Meskipun sanad ini lemah, tapi setidaknya ada riwayat yang menjelaskan tata cara Nabi memakan buah semangka. Maka menjadi aneh, ulama sekelas Imam Ahmad bin Hanbal tidak mengetahui riwayat ini!

Ada riwayat lain yang pernah diceritakan oleh Syekh 'Ala tentang tata cara memakan semangka. Dulu, Rasulullah memakan semangka dimulai dari yang sebelah kanan. Jika sudah selesai, potongan semangka itu diputar. Jadi bagian yang sebelah kiri, kini berubah menjadi berada disebelah kanan, baru beliau lanjut memakannya. Tapi saya belum tahu, ini diriwayatkan oleh siapa.

Sebagaimana ucapan ulama hadits: “Riwayat palsu dapat tercium dari susunan kalimatnya.” Keanehan kisah tersebut memang terbukti tidak betul adanya. Jika kita melihat Manaqib Imam Ahmad bin Hanbal, yang ditulis oleh Ibnu Al-Jauzi, di sana anaknya Imam Ahmad yang bernama Shalih pernah bercerita bahwa ayahnya tidak pernah membeli buah-buahan semisal delima atau safarjil (kwinsi), namun ia pernah melihat ayahnya membeli semangka dan memakannya dengan roti, kurma atau anggur.

Keanehan ini juga dirasakan oleh Sidi Syekh Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari. Dalam kitab Ju’nah Al-'Athor beliau mengatakan:

“Faidah: Aku sering mendengar dari banyak alim ulama dan sufi yang menceritakan bahwa Imam Ahmad tidak memakan buah semangka selama hidupnya; karena beliau tidak mengetahui tata cara Nabi Muhammad memakannya. Aku merasa aneh dengan kisah ini dan tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga aku melihat Imam Sya'rani dalam Thabaqat menyebutkan kisah tersebut, dan kisah tersebut adalah kisah palsu. Kemudian aku juga membaca kisah yang sama yang dilakukan oleh Muhammad bin Aslam al-Thusi.”

Kebohongan kisah tentang Imam Ahmad yang tidak memakan buah semangka juga ditegaskan oleh Ibnu Muflih Al-Hanbali dalam Adab Syar'iyyah.

Walhasil, menisbatkan kisah tersebut kepada Imam Ahmad tidak bisa dibenarkan. Hanya menisbatkan saja, iya. Bukan berarti kisah itu sama sekali tidak ada. Buktinya masih ada Muhammad bin Aslam Al-Thusi yang menurut sebagian ulama, seperti Imam Dzahabi, mengungkapkan bahwa beliau seumur hidupnya tidak pernah makan semangka karena tidak tahu cara Nabi memakannya.

Jika kisah itu atas nama Muhammad bin Aslam, setidaknya agak lebih masuk akal. Karena beliau tidak berkecimpung dalam ilmu hadits. Berbeda dengan Imam Ahmad yang dikenal sebagai guru dari Imam Al-Bukhari, sekaligus penulis kitab Al-Musnad yang mencakup lebih dari 10.000 hadits, masa ia hadits riwayat Thabrani tersebut tidak terbaca oleh beliau?.

Betulkah ada hadits Nabi tentang keutamaan semangka?

Masih berkaitan dengan semangka. Jika tadi tentang kisah palsu Imam Ahmad yang tidak pernah memakan buah semangka. Kini tentang hadits seputar keutamaan semangka.

Entah hadits ini sudah sampai ke Indonesia atau belum. Saya pun belum pernah mendengarnya dari penceramah Indonesia. Tapi ada beberapa meme berbahasa Arab yang mencantumkan hadits palsu tetang semangka. Seperti: “Makan semangka sebelum makan dapat membersihkan perut, dan menyembuhkan penyakit hingga akar-akarnya” atau seperti: “Jika perempuan hamil memakan buah semangka, anaknya nanti akan indah wajahnya.” dan beberapa bentuk hadits palsu lainnya.

Semua hadits yang menjelaskan tentang khasiat buah semangka dipastikan kepalsuannya. Ini ditegaskan oleh salah satu murid Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani; Imam Al-Sakhawi dalam kitab Maqashid Al-Hasanah bahwa semua hadits tersebut palsu. Al-Sakhawi juga menguatkan penilaiannya dengan mengutip penilaian Imam Al-Nawawi yang senada.

Ibnu Al-Jauzi dalam Al-Maudhu'at mengatakan: “Semua hadits yang berkaitan dengan khasiat semangka semuanya palsu. Kecuali ada satu hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah memakan semangka (Ini memang bukan hadits palsu).

Kairo
Minggu 29 Mei 2022.

Fahrizal Fadil
Fahrizal Fadil / 76 Artikel

Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.

Aris
29 May 2022
Maaf, kalau bisa tulisan / teks arabnya (dalam kitabnya) di tulis juga.,
Rajh
19 November 2022
Tak perlu hadits utk menjelaskan manfaat nya apa. Ada atau tidak ada hadits ttg manfaat, semangka adalah buah yg halal utk dimakan. Bukan buah yg diharamkan utk dimakan. Yg jls,kita ikut Sunnah nabi ,makan semangka. Titik.
Fatkur rohman
22 November 2022
Luar biasa penjabaran tentang buah semangka ini. tapi meskipun seluruh hadist tentang buah ini palsu, ilmu kedokteran menerangkan manfaat dari buah ini untuk kesehatan tubuh. Kadang kita mengedepankan iman untuk melakukan sesuatu. Tapi penting juga kita depankan ilmu pengetahuan untuk bisa melangkah lebih jauh, tanpa meninggalkan iman. Selama buah tersebut tidak diharamkan Allah, selama itu kita boleh mengkonsumsinya, apapun manfaatnya.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: