Kisah

Cara Wahyu Turun Pertama Kali kepada Rasulullah

23 Jan 2022 12:46 WIB
1367
.
Cara Wahyu Turun Pertama Kali kepada Rasulullah Al-Qur'an menjadi mukjizat terbesar Rasulullah Saw.

Wahyu yang diterima Rasulullah saw. dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu, beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari.

Setelah itu, Nabi Muhammad saw. digemarkan oleh Allah untuk melakukan khalwat (uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira dan melakukan ibadah selama beberapa malam kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.

Demikianlah berulang-ulang hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam Gua Hira.

Pada suatu hari, datang Malaikat lalu berkata, “Bacalah!”

Nabi menjawab, “Aku tidak dapat membaca.”

Rasulullah saw. lebih lanjut menceritakan:

“Malaikat itu lalu mendekatiku dan memelukku sehingga aku merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan.”

Ia berkata lagi, “Bacalah!”

Aku menjawab, "Aku tidak dapat membaca.”

Ia mendekatiku lagi dan mendekapku sehingga merasa tak berdaya sama sekali. Kemudian aku dilepaskan.

Ia berkata lagi, “Bacalah!”

Aku menjawab, "Aku tidak dapat membaca.”

Untuk kali yang ketiga, ia mendekati dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan.

Baca juga: Tafsir Syekh Asy-Sya’rawi Tentang Wahyu Pertama Surat Al-'Alaq 1-5

Selanjutnya, ia berkata lagi, "Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan.... Menciptakan manusia dari segumpal darah..." dan seterusnya." Dari peristiwa tersebut turunlah wahyu pertama kepada Nabi, yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1-5:

 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia.

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

Yang mengajar (manusia) dengan pena.

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Rasulullah segera pulang dalam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah. Lalu beliau berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku.”

Beliau kemudian diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu, ia berkata kepada Khadijah, "Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?"

Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau berkata, “Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin)."

Siti Khadijah menjawab, “Tidak. Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat engkau kecewa. Engkau seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu, dan membela orang yang berdiri di atas kebenaraan."

Beberapa saat kemudian, Khadijah mengajak Rasulullah saw. pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang paman Khadijah.

Baca juga: Mengapa al-Quran Tidak Cukup dengan Satu Qira’at?

Pada masa jahiliah, Waraqah memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. la seorang yang sudah lanjut usia dan telah kehilangan penglihatan.

Kepadanya Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendak dikatakan oleh anak lelaki saudaramu (Muhammad saw).”

Waraqah bertanya kepada Muhammad, "Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?"

Rasulullah saw. kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya di gua Hira. Setelah mendengarkan keterangan beliau, Waraqah berkata,  “Itu adalah malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!”

Rasulullah bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?”  

Waraqah menjawab, “Ya. Tak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kamu kubantu sekuat tenagaku.”

Tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia.

Untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah saw. tidak menerima wahyu. Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang lebih kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi bahwa masa terhentinya wahyu selama enam bulan.

Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah. Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. berbicara tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata kepadaku mengenai hal ini.

“Di saat aku sedang berjalan, tiba tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat, ternyata malaikat yang datang di gua Hira kulihat sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemut istriku dan kukatakan kepadanya, 'Selimutilah aku.... Selimutilah aku.... Selimutilah aku!’”

Sehubungan dengan hal Itu, Allah kemudian berfirman dalam QS. Al-Mudatsir:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ

Wahai orang yang berkemul (berselimut)

قُمْ فَأَنْذِرْ

Bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

Dan agungkanlah Tuhanmu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Dan bersihkanlah pakaianmu,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji.

Sejak itu, wahyu mulai diturunkan secara berangsur-angsur.

Amidatul Ulya
Amidatul Ulya / 2 Artikel

Mahasantri Ma'had Aly Nurul Burhany Mranggen Demak Jawa Tengah.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: