Berita
Imam Besar Al-Azhar: Krisis Perubahan Iklim Juga Tanggung Jawab Ulama
Imam Besar Al-Azhar Dr. Ahmed At-Tayeb, menyatakan bahwa Islam tidak melihat benda materiil yang statis seperti melihat makhluk mati yang tidak memiliki kesadaran. Sebaliknya, semua yang ada di dunia mulai dari manusia, hewan, tumbuhan hingga benda-benda mati lainnya dilihat Islam sebagai wujud entitas yang hidup dan beribadah kepada Allah dengan bahasa yang tidak dipahami manusia.
"Bila kita mengimani bahwa semua makhluk di dunia ini bertasbih, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak keberadaan mereka sebagai makhluk hidup. Materi yang mati tak mungkin dapat bertasbih dan beribadah," ujar beliau dilansir youm sabi.
Hal ini disampaikan oleh Grand Syekh Al-Azhar dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin Antar Agama untuk Perubahan Iklim bertajuk "Iman dan Sains" yang digelar di Vatikan, Senin (4/10). Pertemuan ini menjadi pendahuluan dari Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 (COP26) yang akan digelar bulan depan di Skotlandia.
Pemimpin tertinggi institusi keislaman terbesar di dunia itu menambahkan bahwa kisah penciptaan dalam Al-Quran dan Alkitab menegaskan bahwa orang pertama yang turun di bumi, diturunkan dalam kapasitasnya sebagai khalifah--menjadi wakil Allah di dalamnya. Allah mengangkat manusia sebagai khalifah setelah mempersiapkan bumi untuk melayaninya sehingga Dia berpesan kepadanya agar jangan merusaknya dalam bentuk apapun.
Baca juga: Hijrah Ekologis dan Krisis Kepedulian Umat Islam terhadap Lingkungan
Syekh Al-Azhar menunjukkan bahwa Allah swt. memerintahkan para nabi untuk memperingatkan kaum mereka masing-masing agar jangan berbuat kerusakan di bumi setelah ditata rapi oleh-Nya. Dinyatakan dalam Al-Quran bahwa beberapa orang akan berbuat kerusakan di muka bumi lalu Allah akan membuat mereka merasakan musibah dan malapetaka yang meliputi nyawa, harta dan bahan pangan sebagai akibat dari tindakan destruktif yang mereka lakukan.
"Allah swt. telah mengamanahkan dan mempercayakan bumi kepada manusia. Dia memerintahkannya untuk berinteraksi dengan seluruh makhluk yang ada di dunia sebagai sahabat layaknya interaksi seseorang dengan temannya," tegas Grand Syekh al-Azhar yang menginisiasi Piagam Persaudaran Manusia itu.
Imam Besar al-Azhar itu menghimbau kepada setiap orang yang berhati nurani, terlepas dari keyakinan dan agama mereka, untuk mencegah setiap aktivitas yang merusak lingkungan atau memperburuk krisis perubahan iklim. Secara khusus, beliau mengajak kepada para ulama dan agamawan agar menunaikan kewajiban agama mereka dalam memikul tanggung jawab terhadap krisis alam ini.
"Dengan pengaruh rohani dan kapital spiritual yang mereka miliki di tengah-tengah masyarakat luas, bahkan terhadap para pemangku kebijakan pemerintah dan pemilik-pemilik pabrik dan perusahaan, mereka dapat menyebarkan kesadaran agama atas pelbagai aspek dari krisis perubahan iklim dan kontribusi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir bahayanya." tegas beliau.
Baca juga: Mengkampanyekan Gerakan Islam Peduli Lingkungan
Vatikan menjadi tuan rumah Konferensi Pemimpin Agama untuk Perubahan Iklim yang mengangkat tema besar "Iman dan Sains" dan mengundang para pemimpin agama dan cendekiawan dari seluruh dunia. Pertemuan tokoh lintas agama ini bertujuan untuk mengirimkan pesan bersama kepada negara-negara peserta Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 (COP26) yang dijadwalkan akan diselenggarkan mulai 31 Oktober hingga 12 November mendatang di Glasgow, Skotlandia.
Dalam pertemuan di Vatikan itu, Grand Syekh al-Azhar bersama para tokoh agama lainnya mengungkapkan keprihatinan dan keinginan mereka untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar atas bumi, dan solidaritas mereka untuk sama-sama mengurangi efek negatif perubahan iklim terhadap lingkungan dan keberlanjutan sumber dayanya.
Fadhilatus Syekh Ahmed At-Tayeb kemudian menandatangani piagam seruan bersama. Seusai acara, beliau bertemu khusus dengan Pemimpin Gereja Katolik sekaligus kepala negara kota Vatikan Paus Fransiskus.
Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.