Tokoh

Imam Bushiri, Penyair Ulung Qasidah Burdah

21 Sep 2021 10:35 WIB
12724
.
Imam Bushiri, Penyair Ulung Qasidah Burdah Imam Bushiri pengarang Qasidah Burdah yang syairnya disempurnakan oleh Nabi. Syekh Ali Jum'ah pernah menyebut bahwa qasidahnya menyimpan jutaan manuskrip bahasa Arab. Beliau dimakamkan di Alexandria Mesir.

Imam Bushiri dikenal sebagai imam para penyair, ahli di berbagai bidang ilmu, kharismatik, dengan ketakwaan yang sempurna dan  keluhuran budi pekerti, selalu menghargai dan membalas kebaikan orang lain. Keistimewaan beliau dalam sifat terpuji telah melambung tinggi. Nama asli beliau adalah Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Said bin Hammad bin Muhsin bin Abdullah bin Shonhaj bin Hilal as-Shonhaji al-Bushiri.

Imam Bushiri dilahirkan pada hari Selasa 1 Syawal 608 H di Dallaz, salah satu desa di dataran tinggi Mesir yang ditempati keluarga Bani Suwaif. Julukan “Bushiri" dinisbatkan kepada salah satu orang tuanya yang berasal dari daerah Bushir Mesir. Sedangkan kata “Shonhaji” ialah nama kabilah suku barbar yang bertempat tinggal di gurun pasir sebelah barat Maghrib Aqha (sekarang Maroko).

Imam Bushiri berpindah dari desa kelahirannya bersama keluarga menuju Kairo guna melazimi halaqoh-halaqoh keilmuan para ulama termashyur. Beliau sangat tekun dalam belajar hingga dapat menguasai berbagai macam ilmu dalam waktu yang sangat singkat. Ilmu yang menjadi kegemarannya adalah sastra Arab. Selain itu, beliau juga mampu menghafal seluruh isi Al-Quran serta memahami isi kandungannya.

Setelah menjadi ulama ternama, beliau mencetak banyak ulama tersohor. Di antara muridnya yang menjadi unggulan adalah Abu Hayyan Asiruddin Muhammad bin Yusuf al-Gharnathi al-Andalusi, Fathuddin Abu al-Fath Muhammad bin Muhammad al-Amri al-Andalusi al-Isybili al-Mishri yang kerap dikenal dengan gelar "Ibnu Sayyid an-Nas" (Putra dari Penghulu manusia). Masih banyak lagi ulama yang terlahir dari didikan beliau.

Semasa muda, Imam Bushiri sering kali mengarang nadhom dan syair-syair berbahasa Arab. Hal itu dilandasi atas rasa cintanya pada bahasa Arab yang tinggi, hingga akhirnya beliau tuangkan bukti kecintaannya dalam sebuah karya tulis.

Baca juga: Mengenal Empat Penyair Rasulullah

Ciri khas syair yang terlahir dari pena beliau dan menjadi pembeda syair selainnya, ialah kandungan makna di dalamnya. Terdapat pesan dan hikmah yang begitu mendalam hingga mampu membuat si pembaca seolah-olah tenggelam dalam samudera kearifan.

Sayyidi Syekh Dr. Muhammad bin Ali Baatiyah pernah menuturkan kisah hidup Imam Bushiri.

Alkisah, Imam Bushiri adalah penyair ulung yang dekat dengan para pengusa di zamannya. Memberikan pujian terhadap mereka adalah kepiawaiannya. Beliau mendapatkan tempat adiluhung di mata para penguasa.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Setelah disingkapkannya keburukan nafsu orang-orang di sekitarnya, Imam Bushiri tersadar dan mulai menjauh dari mereka. Penyesalan Imam Bushiri menjadi-jadi ketika Allah membuka hatinya. Dirinya terlalu dilenakan oleh keindahan dunia yang fana.

Semenjak itu, beliau mengubah rutinitasnya dengan mulai mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui tulisan syair-syair yang berisikan tentang pujian kepada kekasih-Nya, Baginda Nabi Muhammad saw.

Tidak ada syair yang mampu membandingi syair yang ditulisnya. Keikhlasan serta kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. mengantarkan dirinya kepada tingkat kemuliaan dan mashyur di kalangan para wali Allah di bumi serta malaikat di langit.

Guru Spritual yang berperan penting bagi Imam Bushiri semasa hidupnya ialah Wali Quthub Sayyidi Syekh Abu al-Abbas al-Mursi. Sanad keilmuannya bersambung hingga Sayyidi Abu al-Hasan asy-Syadzili. Dari beliau Imam Bushiri mendapatkan ilmu dzahir dan batin.

Adikarya Warisan Imam Bushiri

Imam Bushiri mewariskan segudang karya qasidah yang tak bisa diserupai orang lain. Terutama Burdah, sebuah qasidah yang berceritakan pujian kepada Nabi Muhammad saw. Qasidah ini tersebar ke seluruh penjuru negeri. Bahkan telah dijadikan adat mingguan yang dilakukan oleh para keluarga Bani Alawi di Hadramaut.

Qasidah Burdah mashyur di kalangan umat muslim. Para ulama meyakini adanya keberkahan yang terkandung dalamnya. Hal itu disebabkan dari kisah yang dialami sendiri oleh Imam Bushiri.

Alkisah, Imam Bushiri tertimpa penyakit kronis yang melumpuhkan fungsi sebagian organ tubuhnya. Kala itu, para dokter memvonis penyakitnya tidak bisa disembuhkan. Gundah melihat kondisi yang dialaminya, beliau bertekad untuk menuliskan sebuah qasidah berisikan pujian kepada Nabi, berharap agar Allah swt menyembuhkan dirinya berkat shalawat kepada sang kekasih.

Imam Bushiri mulai menulis dan mengarang qasidah Burdah, sembari membayangkan bahwa Rasulullah saw. berada di dekatnya dan mengawasi apa yang ia tulis.

Setelah sampai pada bait terakhir, beliau tertidur. Dalam mimpinya, dia bertemu dengan Rasulullah saw.

Beliau melihat Rasulullah saw. mengusapkan tangannya yang mulia ke tubuh Imam Bushiri serta memakaikan burdah kepadanya. Tak lama kemudian, Imam Bushiri kembali tersadar dan mendapati dirinya telah sehat dan pulih kembali sedia kala.

Baca juga: Misbah al-Dhalam, Kitabnya Para Pencari Syafaat Rasulullah

Penamaan Burdah dinisbatkan kepada kisah seorang sahabat yang bernama Ka'ab bin Zuhair, salah seorang penyair Rasulullah saw.

Rasulullah saw. pernah memasangkan burdah (selimut berbulu hitam) mulia kepada Ka'ab. Hal itu tidak beliau lakukan melainkan sebagai tanda dan bentuk rasa cinta beliau kepadanya. Oleh karenanya, nama burdah lalu dipakai untuk para penyair Rasulullah dari generasi ke generasi.

Peran Imam Bushiri Dalam Dunia Syair

Sebelum berpulang ke rahmat Allah, Imam Bushiri sempat meninggalkan banyak karya yang bertuliskan syair serta qasidah-qasidah pujian kepada Nabi Muhammad saw.

Karyanya terhimpun dalam sebuah diwan syair yang dicetak di negeri Mesir pada tahun 1373 H. Di antara qasidah yang termashyur adalah Qasidah Burdah yang berjudul Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khoiril Bariyyah, kemudian qasidah Al-Mudhiriyyah fi fi Madhi Khoiril Bariyyah,qasidah Al-Khumriyyah, qasidah Dzuhrul Mu'ad dan lain-lain.

Keajaiban dari qasidah Imam Bushiri adalah tidak ada satupun qasidah yang mencapai tingkat kesempurnaan dalam dari segi tatanan bahasa dan makna kecuali qasidah Burdah.

Kelebihan itu tidak akan terjadi kecuali setelah datangnya pertolongan dan keridhaan dari Nabi Muhammad saw. atas niatnya yang tulus, aqidahnya yang bersih, serta keimanannya yang kuat. Bahkan Imam Bushiri layaknya sahabat Hasan bin Tsabit penyair Rasulullah saw. di masa hidupnya. Syair yang dilantukan oleh Hasan bin Tsabit adalah syair yang ditujukan untuk membela Rasulullah Saw beserta para sahabatnya ketika melawan kaum musyrikin.

Imam Bushiri wafat 695 H dalam usia 86 tahun. Beliau disemayamkan dekat dengan makam gurunya, Syeikh Abu al-Abbas al-Mursi di kota Iskandariyyah, Mesir. Wallahu a'lam bis hawab.

Referensi:

  • Al-Wafi bi al-Alwafiyat, karya Sholahuddin Kholil bin Abdillah As-Shofdi.
  • Fawatul Wafayat, karya Muhammad bin Syakir Al-Katbi.
  • Husnul Muhadhoroh fi Akhbar Misrha wal Qohirah, karya Imam Suyuthi.
  • Mausuatul Mafahim al-Islamiyyah, karya Ali bin Nayyif As-Syahud.
  • Syadzarat at-Dzahab fii Akhbari man Dzahab, karya Ibnu Imad Al-Hanbali.
  • Syarah Qasidah Burdah, karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitami.

 

Faisal Zikri
Faisal Zikri / 69 Artikel

Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.

Daday
23 September 2021
Syukron ilmu nya semoga bermanfaat
Fauzi
20 July 2022
Terima kasih ilmunya.
Fauzi
20 July 2022
Terima kasih ilmunya.
hadi
15 October 2022
syukron jazilan
nana
06 December 2022
izin bertanya imam bushiri ini termasuk ke dalam sastrawan apa ya? apakah sastrawan magrih atau sastrawan apollo?
Muhib
20 March 2023
Sangat membantu. Thanks kk
Bayhaqi
23 October 2023
Syukran atas ilmunya🙏 Semoga Allah memudahkan segala urusan kita🤲

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: