Artikel
Lailatul Qadar: Buah cinta Rasulullah saw. untuk umatnya
Duhai Rasulullah saw., Sungguh jasamu kepada kami tak akan pernah lekang oleh zaman. Duhai Kekasih Allah, sungguh kasih sayangmu kepada kami tak akan pernah lenyap dari ingatan. Tak akan sanggup bagi kami tuk menyebutkan berapa kali lagi kata; 'Duhai' untuk menggambarkan ketulusan cintamu kepada kami.
Sudah berapa tetes darah, keringat, serta air mata yang kau kuras demi kami; umatmu yang berdosa ini? Sungguh, telah datang kesaksian Allah ta'ala atas agungnya cintamu kepada kami. Hingga Allah ta'ala menyifati akan keagungan cinta tersebut dengan salah satu dari sifat-sifat kemuliaan-Nya. Dalam firmanNya, Allah berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At-Taubah: 128)
Kau selalu mengusahakan segala hal yang terbaik bagi kami, tanpa sedikit pun mengharap imbalan atas hal tersebut. Kau tak pernah malu untuk memohon, bersungkur dan meminta kepada Allah ta'ala atas segala hal yang berhubungan dengan kenyamanan kami. Biarlah 'Lailatul Qodar' menjadi setetes dari lautan kasih sayang dan cintamu kepada umatmu yang berdosa ini.
Ketika Allah ta'ala memperlihatkan kepadamu durasi umur kaum-kaum terdahulu yang tergolong sangat panjang. Dan ketika Dia (Allah) mengisahkan kepadamu; sirah para nabi-Nya, semisal; Nabi Zakaria, Yusya' bin Nun, Nabi Ayyub, dan nabi-nabi lain yang berumur panjang. Serta ketika kau teringat akan kisah 4 orang dari kaum Bani Israil yang menyembah Allah ta'ala selama 80 tahunan lebih, tanpa sedetik-pun melakukan kemaksiatan.
Kala pikiran Rasulullah saw. terbayang akan 3 hal tersebut, seketika itu pula rasa takut, khawatir, dan harapan pun menggetarkan sanubarinya saw. akan keadaan umatnya. Tiga perasaan inilah yang selalu meronta-ronta dalam lubuk hati Rasulullah saw. hingga mengguncang 'Arsy tempat perkumpulan para malaikat Allah ta'ala.
Rasa takut; Bilamana seluruh amal kebaikan umatnya tak akan mampu menandingi seluruh amal kebaikan umat-umat terdahulu, sebab durasi umur mereka yang lebih pendek. Umur yang berada dalam kisaran 60 sampai 70 tahun.
Rasa khawatir; Bilamana kuantitas kemaksiatan dari umatnya akan melahap habis seluruh amal kebaikan, hingga mereka akan menemui azab dan mara-bahaya.
Harapan; Agar Allah ta'ala menurunkan solusi atas permasalahan umatnya, serta jalan keluar guna selamat dari mara bahaya yang akan mengancam mereka kala mengarungi umur singkat yang mereka punya.
Hingga utusan Allah ta'ala yakni; Malaikat Jibril as. datang membawa sebuah hadiah yang akan menyeka rasa takut dan kekhawatiran atas keadaan umatnya. Jibril as. pun berkata,
يا محمد عجبت أمتك من عبادة هؤلاء النفر ثمانين سنة لم يعصوا الله طرفة عين؟ فقد أنزل الله عليك خيرا من ذلك
"Wahai Muhammad, sungguh umatmu takjub akan ibadah dari umat-umat terdahulu tanpa sedetik pun ada kemaksiatan, dan panjangnya durasi umur mereka. Ketahuilah! Sungguh Allah ta'ala telah menurunkan bagi umatmu satu hal yang lebih istimewa darinya."
Kemudian Jibril as. pun melantunkan sebuah ayat suci al-Quran,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada (Lailatul Qadr)." (QS. al-Qadr: 1)
Lailatul Qadr merupakan sebuah hadiah yang Allah ta'ala khususkan kepada umat Rasulullah saw. atas buah rasa cinta, kasih sayang dan perhatian Nabinya kepada mereka. Hadiah berupa perlipatan pahala amal perbuatan setara 1000 bulan, sebagai tandingan amalan kaum terdahulu walau dalam durasi umur mereka yang singkat.
Hadiah (Lailatul Qadr) ini akan Allah ta'ala berikan kepada para hamba pilihan di sebuah malam bulan suci Ramadhan di setiap tahunnya. Semoga Allah ta'ala memilih kita untuk menerima hadiah tersebut. Wallahu A'lam.
Sumber: Tafsir Ruh al-Ma'aniy, karya al-Imam Syihab ad-Diin Mahmud bin 'Abdillah al-Alusiy.
Alumni S1 Univ. Imam Syafii, kota Mukalla, Hadramaut, Yaman. Sekarang aktif mengajar di Pesantren Nurul Ulum dan Pesantren Al-Quran As-Sa'idiyah di Malang, Jawa Timur. Penulis bisa dihubungi melalui IG: @muhammadfahmi_salim
Baca Juga
Belajar Nahwu dulu, Balaghah kemudian
05 Nov 2024