Artikel
Mengapa harus takut mati?
Maulana Syekh Ali Jum'ah hafizhahullah menyebutkan bahwa ketakutan pada kematian itu disebabkan perkiraan yang tidak benar tentang kematian.
Seperti mempercayai bahwa kematian adalah kematian (berakhir) padahal yang benar bahwa kematian itu adalah kehidupan. Kemudian mempercayai bahwa amal perbuatanlah yang menyelamatkan seorang hamba, padahal yang benar rahmat Allah itu sendiri yang menyelamatkan.
Selanjutnya, mempercayai bahwa kubur adalah suatu hal yang buruk dan kita mesti akan berada di dalam keburukan tersebut. Padahal di dalam kubur itu ada berbagai kenikmatan dan perkiraan kita yang lebih kuat bahwa kita akan mendapatkan berbagai kenikmatan dalam kubur kita karena rahmat Allah SWT itu lebih dominan daripada kemurkaan-Nya.
Lalu mempercayai bahwa para hamba tentu akan menemui berbagai huru-hara hari kiamat, padahal yang benar bahwa kebanyakan orang beriman akan berada di bawah naungan arasy di hari kiamat dan banyak dari mereka berada di atas-atas mimbar cahaya di padang mahsyar.
Selanjutnya, kebanyakan hamba mempercayai bahwa Allah SWT tidak menerima amal mereka, padahal yang benar rahmat Allah SWT sangat luas dan meliputi semuanya Sebagian orang mempercayai bahwa Allah SWT tidak menerima tobat mereka, padahal yang benar bahwa Allah SWT menerima tobat para hamba-Nya.
Lalu kebanyakan kaum muslimin berkeyakinan bahwa Allah SWT mestilah melaksanakan ancaman-ancaman-Nya pada para hamba yang bermaksiat, padahal yang benar Allah SWT tidak berkewajiban menghukum orang yang berhak dihukum. Dia SWT berhak untuk memaafkan meskipun hamba itu tidak bertobat dan mati dalam keadaan berdosa.
Maulana Syekh Yusri Rusydi al-Hasani al-Husaini hafizhahullah menyampaikan bahwa nanti di kubur, malaikat menanyai, "Siapa orang ini?" sambil mengarahkan pada Sayyidina al-Habib Rasulullah SAW. Apa yang mesti ditakutkan ketika awal masuk kubur ternyata ada Sayyiduna al-Habib Muhammad SAW di sana.
Jadi saya membayangkan ketika kita pergi ke suatu tempat yang asing, lalu ternyata di sana ada seseorang yang begitu sayang dan perhatian pada kita ada di tempat itu dan orang itu sangat mulia dan dihormati, rasanya tentu tempat itu jadi indah dan nyaman, tidak mesti ada yang dikhawatirkan. Seperti misalnya kita datang ke suatu acara yang kita juga bingung dengan situasi di acara itu, terus ada penjaga yang menanyai, "Apakah kamu kenal orang ini?" Sambil menunjuk pada seseorang yang paling penting dalam acara itu dan ternyata itu teman baik kita. Tentu kita akan nyaman dan bahagia di tempat itu, bagaikan kejutan terindah.
Sayyiduna al-Habib Rasulullah SAW adalah orang yang paling dekat dan paling baik pada kita, yang sangat menyayangi kita lebih dari kasih sayang orang tua kita.
صلوا على الحبيب وسلموا
Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.
Baca Juga
Belajar Nahwu dulu, Balaghah kemudian
05 Nov 2024