Artikel
Mengapa Rasulullah Menampakkan Mukjizat pada Mereka yang Tidak Beriman?
Sebenarnya, kalangan Ahlul Kitab (umat Yahudi dan Nasrani) membenarkan akan hadirnya nabi akhir zaman. Karena memang keberadaan nabi tersebut telah dijelaskan dalam kitab mereka sendiri (Taurat dan Injil), berikut ciri-cirinya.
Untuk meyakinkan ‘klaim kenabian’, Ahlul Kitab menuntut Rasulullah agar memperlihatkan mukjizat, baru kemudian mereka mau beriman.
Al-Qur’an sendiri telah menegaskan ciri-ciri nabi akhir zaman, yang juga terdapat dalam kitab Taurat dan Injil. Allah Swt. berfirman,
ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS. Al-A’raf [7]: 157)
Menafsiri ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi (w. 1210 M) menyimpulkan, terdapat sembilan ciri nabi akhir zaman, yaitu dia merupakan utusan Allah, seorang nabi, seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), tercatat dalam kitab Taurat dan Injil, memerintah pada kebaikan, mencegah dari kemungkaran, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan meringankan beban syariat. (Mafâtîh al-Gaib, Hal. 25-27)
Maksud ‘meringankan beban syariat’ dalam penjelasan Ar-Razi di atas adalah, syariat yang dibawa Nabi Muhammad lebih ringan dibanding syariat nabi-nabi sebelumnya. Berbeda dengan syariat Nabi Musa, misalnya, yang begitu membebani. Seperti harus memotong sesuatu yang terkena najis dan bertaubat dengan bunuh diri. Sementara dalam syariat Nabi Muhammad, sesuatu yang terkena najis cukup dicuci dan bertaubat cukup dengan menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi dosa.
Pembuktian Mukjizat
Untuk meyakinkan kenabian Rasulullah ﷺ, Ahlul Kitab akan menuntut bukti mukjizat yang bisa Nabi tunjukkan, karena hanya seorang nabi yang memiliki mukjizat. Biasanya, saat menuntut mukjizat, mereka akan berjanji, jika Nabi benar-benar mengeluarkan mukjizat, mereka akan menyatakan iman terhadap ajaran Rasulullah. (Manhaj ar-Rasûl fi Da’wah Ahli al-Kitâb, Hal. 70)
Salah satu mukjizat yang para nabi miliki adalah mengetahui hal-hal gaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh manusia biasa. Seperti Nabi Musa bisa menebak persediaan makanan dan apa-apa yang disimpan umatnya di rumah-rumah mereka. Nabi Muhammad pun demikian, seperti mengetahui masa depan agama Islam yang akan tersebar luas, ditaklukannya Mesir oleh ‘Amr bin Ash dada tahun 16 Hijriyah, dan lain sebagainya.
Dalam syair Hassan bin Tsabit, disenandungkan,
نَبِيٌّ يَرَى مَا لَا يَرَى النَّاسُ حَوْلَهُ * وَيَتْلُوْ كِتَابَ اِلهِ فِيْ كُلِّ مَسْجِدِ
وَإنْ قَالَ فِيْ يَوْمٍ مَقَالَةَ غَائِبٍ * فَتَصْدِيقُهَا فِيْ الْيَوْمِ أَوْ فِيْ ضُحَى الْغَدِ
Nabi yang mampu melihat apa yang tidak dilihat orang- orang biasa
Membaca kitabullah di setiap masjid
Jika ia berkata tentang perkara gaib
Percayalah hari ini juga, atau esok
Lalu, apa bedanya dengan dukun? Bukankah mereka juga bisa mengetahui hal-hal gaib? Tapi, tidak disebut nabi.
Dukun memang mampu mengetahui hal-hal gaib, tetapi mereka menggunakan media dan tipu daya. Berbeda dengan para nabi yang melalui perantara wayu dari Allah Swt. (Tafsir Ath-Thabarî, juz VI, Hal. 432)
Empat Tes Pertanyaan Orang Yahudi untuk Rasulullah
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan, untuk mengetahui apakah Rasulullah nabi atau bukan, orang-orang Yahudi mendatanginya dengan mengajukan empat buah pertanyaan. Menurut mereka, hanya seorang nabi yang mampu menjawabnya. Jika Nabi Muhammad mampu menjawabnya, maka orang-orang Yahudi tersebut mempercayai kenabiannya dan berjanji untuk masuk Islam.
“Bertanyalah sesuka kalian. Tapi harus berjanji, jika jawaban saya tepat, kalian harus mengikuti ajaranku dan masuk Islam,” tegas Rasulullah.
Ada empat pertanyaan yang diajukan oleh orang Yahudi. Pertama, makanan apa yang diharamkan oleh Nabi Ya’qub untuk dirinya sebelum diturunkan kitab Taurat? Kedua, jelaskan kepada kami tentang air mani laki-laki dan perempuan! Ketiga, bagaimana dari air mani bisa menjadi anak laki-laki atau perempuan? Keempat, siapakah nabi yang ummî sebagaimana dijelaskan dalam Taurat, dan siapa pula kekasihnya dari golongan malaikat?
Sebenarnya, semua pertanyaan itu sudah mereka ketahui jawabannya dalam kitab Taurat. Mereka hanya ingin menguji Rasulullah. Jika jawabannya tepat, maka ajaran Nabi Muhammad sesuai dengan ajaran nabi mereka dan bersedia mengikuti Nabi Muhammad.
Kemudian Nabi menjawab. Jawaban pertanyaan pertama: Nabi Ya’qub pernah menderita penyakit yang cukup parah. Ia berjanji, jika Allah menyembuhkannya, tidak akan makan dan minum sesuatu yang paling disukainya. Makanan itu adalah daging unta, sementara minumannya adalah air susu unta.
Jawaban pertanyaan kedua: air mani laki-laki itu kental dan berwarna putih, sementara air mani perempuan encer dan berwarna kucing. Jawaban pertanyaan ketiga: terkait anak laki-laki atau perempuan yang dihasilkan dari air mani, tergantung mana yang mendominasi. Jika air mani laki-laki yang mandominasi, maka akan terlahir anak laki-laki. Sebaliknya, jika air mani perempuan yang mendominasi, maka akan terlahir anak perempuan.
Jawaban pertanyaan keempat: nabi yang ummi adalah nabi yang meski kedua matanya tertidur, tetapi hatinya tetap terjaga. Ia memiliki kekasih dari golongan malaikat, yaitu Malaikat Jibril as.
Semua jawaban Nabi tepat. Hanya saja, orang-orang Yahudi menganggap bahwa Malaikat Jibril adalah musuh mereka. Sehingga meskipun jawaban Nabi tidak ada yang salah, mereka tetap tidak mau beriman. Akhirnya mereka mendapat murka dari Allah swt. (Jamî’ul Masânid Wassunan, juz XXX, Hal. 480-481).
Demikianlah, sebagai salah satu bukti kenabian, mukizat kadang dituntut untuk ditampakkan di hadapan orang-orang tidak beriman. Meski begitu, iman adalah soal hidayah. Tergantung kehendak Allah, beriman atau tidaknya seseorang.
Baca tulisan menarik lainnya tentang Rasulullah Muhammad Saw di sini.
Jurnalis lepas dan penulis artikel keislaman (alumnus Pesantren KHAS Kempek Cirebon, mahasantri Mahad Aly Sa'iidusshiddiqiyah Jakarta). Asal Brebes Jawa Tengah.
Baca Juga
Adakah dusta yang tidak berdosa?
23 Nov 2024