Kisah

Peran keluarga Abu Bakar dalam hijrah Nabi ke Madinah

16 Apr 2022 02:15 WIB
4479
.
Peran keluarga Abu Bakar dalam hijrah Nabi ke Madinah Keluarga Abu Bakar antusias menyiapkan keperluan hijrah Nabi.

Allah senantiasa menjanjikan kemenangan bagi hamba yang sedia mengorbankan segala asetnya untuk agama-Nya. Ganjaran itu tiada dusta bagi mereka yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah. Tak terkecuali juga mereka yang mencoba menghalang-halangi langkah kekasih-Nya untuk menegakkan akidah dan syariat yang diperintahkan kepadanya dari Tuhannya. Pasti akan hancur dan diluluh-lantakkan dengan teramat hina.

Tatkala umat Islam terancam secara moralitas dan akidahnya, Allah mengizinkan untuk bereksodus ke negeri yang lebih aman. Guna menumbuhkan lagi semangat Islam yang telah sejak awal diperjuangkan.

Tidak ada yang lebih berat daripada meninggalkan tanah airya, tempat kelahirannya. Semua merasakan itu. Ketika Allah mewajibkan untuk berhijrah meninggalkan tempat yang tidak memungkinkan lagi untuk mempertahankan diri, maka atas dasar ketakwaan, umat muslim rela menanggalkan semua aset yang dimilikinya: harta, benda, jabatan dan lain sebagainya. Mereka berbondong-bondong ke tempat yang dapat memungkinkan bisa mengembangkan agama, dan dapat dengan tenang menjalankan ibadah.

Hijrah Rasulullah bersama Abu Bakar

Pada beberapa sumber sejarah mencatat bahwa kemonceran Islam bukanlah berasal dari komunitas tempat awal mulanya muncul. Namun justru Islam dan dakwah Nabi diterima dari negeri yang ada di luar kaumnya sendiri. Hal ini menunjukkan betapa bijaksananya Allah bahwa para penolong Islam itu bukanlah dari lingkungannya. Agar tidak terjadi prasangka bila dakwah Nabi hanyalah sekedar propaganda nasionalisme.

Setelah adanya pengikut Nabi sejumlah 12 orang dari Yatsrib, Islam semakin mencuat di Madinah. Di daerah Aqabah orang-orang itu bertemu dengan Nabi untuk meminta pengajaran tentang Islam. Berbaiatlah mereka dengannya hingga dinamakan dengan baiat aqabah pertama. Sebagai tindakan, Nabi mengutus Mus’ab bin Umair ke Yatsrib (Madinah) untuk mengajari mereka perihal ibadah dan mengenalkan al-Quran berikut hukum-hukumnya. Peristiwa itu terjadi pada penghujung tahun ke11 kenabian.

Dan di tahun berikutnya, bersama Mus’ab mereka datang lagi dengan sejumlah orang yang lebih banyak dari sebelumnya. Di antara mereka juga ada perempuan, hingga ditotal keseluruhannya ada 73. Maka inilah baiat aqabah yang kedua. Pada baiat kedua ini, selain mereka menerima pengajaran mengenai Islam juga mendapat perintah dari Nabi untuk melakukan penegakkan dakwah dengan kekuatan. Dan, pada baiat kedua inilah Nabi mendapatkan dasar untuk berhijrah ke Madinah.

Pada tahun ke 13 kenabian adalah masa mulai meluasnya pengaruh Islam. Islam semakin tumbuh dan berkembang dengan ditandai banyaknya pengikut Nabi. Namun di lain pihak hal itu membuat orang-orang kafir Quraisy geram melihat Islam mulai muncul kekuatannya. Mereka khawatir bila hal itu akan membuat kaum muslim menyerang balik ke mereka. Untuk meredam hal itu, kaum kafir Quraisy semakin menggencarkan siksaan mereka terhadap para sahabat di Mekkah. Mereka mencaci, mengintimidasi dengan intensitas yang lebih tinggi dan dahsyat dari sebelumnya.

Atas siksaan demi siksaan yang dirasakan oleh para sahabat di Makkah, maka Nabi mengizinkan mereka untuk berhijrah ke Madinah. Semua berbondong-bondong menuju Madinah secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan dengan para kafir Quraisy. Hingga yang tersisa hanya Baginda Nabi, Abu Bakar, Ali, orang yang disiksa, orang yang dikurung, orang yang sakit, dan beberapa orang yang terlalu lemah untuk pergi.

Maka melihat semakin banyaknya orang-orang muslim pergi ke Madinah, para kafir Quraisy pun merencanakan upaya pembunuhan Nabi. Mereka sepakat untuk menyiapkan satu pemuda dari tiapa-tiap suku untuk membunuh Nabi dengan pedang paling tajam secara bersama-sama. Karena dengan trik seperti itu akan membuat Bani Abdi Manaf tidak akan berani menuntut balas dan memerangi semua Suku Quraisy dalam waktu bersamaan.

Dalam seketika itulah Jibril memerintahkan Nabi untuk segera berhijrah dan memintanya supaya tidak berbaring di atas ranjang biasa beliau tidur. Maka Nabi menemui Abu Bakar dan memberi tahunya bahwa beliau telah diizikan pergi berhijrah. Sontak Abu Bakar dan keluarganya pun antusias dengan ikut repot mempersiapkan keperluan Nabi untuk hijrah nanti.

Aisyah bersama dengan Asma binti Abu Bakar menyiapkan perbekalan dengan membuat makanan dan memasukkannya ke dalam kantong khusus. Sementara Abdullah diperintahkan ayahnya, Abu Bakar untuk memantau pergerakan kafir Quraisy dan merekam setiap yang mereka bicarakan pada siang hari, lalu melaporkan padanya menjelang petang.

Di lain tempat, budak Abu Bakar bernama Amir bin Fahirah juga diberi tugas untuk menggembalakan kambing di dekat Gua Tsur pada siang hari dan diistirahatkan pada petangnya. Kambing-kambing itulah yang kemudian akan dibuat minum susunya oleh Rasulullah dan Abu Bakar.

Sebelum pergi meninggalkan Mekkah, Rasulullah menemui Ali bin Abi Thalib untuk memintanya tidur di atas ranjang Nabi. Atas strategi ini, orang-orang kafir Quraisy terkecoh dibuatnya. Malam harinya mereka sudah berjaga-jaga di depan rumah Nabi untuk menunaikan rencana pembunuhan tersebut. Namun atas kekuasan Allah swt., Baginda Nabi dapat lolos dari pantauan mereka. Dan ketika bangun pagi hari, justru mereka malah menemukan Ali tengah keluar dari dalam rumah.

Nabi dan Abu Bakar lolos dari pengejaran kaum musyrikin dan bersembunyilah mereka di dalam Gua Tsur. Selama tiga hari mereka bertahan di dalam gua itu. turut ikut pula Abdullah untuk sebagai juru kabar. Ia melaporkan segala perkembangan yang terjadi di Mekkah. Sebisa mungkin sebelum fajar Abdullah harus sampai di Mekkah, agar keberadaan Nabi di Gua Tsur tidak diketahui mereka.

Sedang, Amir bin Fahirah juga melakukan tugasnya untuk menggembalakan kambing ke daerah sekitar Gua tersebut. Menggiring kambing-kambing itu mengikuti jejak Abdullah supaya jejak kakinya tersamarkan dengan jejak kaki kambing. Tugas lain dari Amir juga adalah membawa sepotong daging untuk Rasulullah Saw. dan Abu Bakar sebagai tambahan perbekalan.

Setelah memungkinkan untuk pergi, Rasulullah Saw. dan Abu Bakar akhirnya keluar dari gua. Mereka menemui Abdullah bin Arqath –orang yang yang pandai soal seluk beluk padang pasir dan jalan-jalan rahasia ke Madinah— untuk diberikan petunjuk jalan. Akhirnya mereka diarahkan untuk berjalan melewati pesisir supaya sampai ke Madinah.

Begitulah sekiranya cerita mengenai hijrahnya Nabi ke Madinah. Semua yang dikorbankan umat Nabi, lebih-lebih keluarga Abu Bakar dalam hal kehijrahan ini adalah atas dasar kecintaannya  yangteramat mendalam kepada junjungannya. Kepada Nabi Muhammad Saw., utusan Allah Swt. yang paling dikasihi, Abu Bakar tak sedikit pun goyah dan gentar membersamainya. Baik dalam suka maupun dalam duka.

Bahwa seperti itulah cinta. Butuh perjuangan dan keikhlasan. Tanpa itu semua, semuanya akan sia-sia tanpa makna.

Achmad Dhani
Achmad Dhani / 22 Artikel

Asal Grobogan, Jawa Tengah. Alumnus pesantren Al-Isti'anah Plangitan Pati. Sekarang menjadi mahasantri Mahad Aly Sa'iidus Shiddiqiyah Jakarta. 

Shofiatun Nafsi
16 April 2022
BarakaAllahu Laka

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: