Berita
Syekh Al-Azhar: Jangan Memicu Konflik dengan Alasan Kebebasan Ekspresi
Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb menyatakan kecamannya atas kampanye sengit dan sistematis terhadap Islam di Perancis. Beliau menolak tokoh dan simbol yang dimuliakan umat Islam seluruh dunia, menjadi korban pertaruhan murahan dalam konstelasi politik dan pemilihan umum di Barat.
"Kami sekarang menyaksikan kampanye terstruktur untuk menyeret Islam dalam pertarungan politik dan melihat upaya menciptakan kekacauan yang diawali dengan serangan keji terhadap sosok Nabi kasih sayang, Muhammad SAW," ujar Grand Syekh Al-Azhar dalam pernyataan yang terunggah di akun Facebook dan Twitter beliau pada Sabtu (24/10).
Dalam pernyataan tiga bahasa (Arab, Perancis dan Inggris) itu, beliau melanjutkan, "Kami tidak menerima simbol dan kesucian kami dijadikan korban dari spekulasi murahan dalam percaturan kepentingan politik ."
Secara khusus Grand Syekh Ahmed At-Tayeb mengirim pesan kepada pihak-pihak yang membela penghinaan, penodaan dan penistaan agama di Barat kemudian membenarkannya dengan dalih kebebasan berekspresi.
"Saya katakan bahwa krisis sesungguhnya terletak pada standar ganda (dualisme) dalam cara berpikir kalian dan sempitnya agenda-agenda politik yang kalian usung," pesan beliau.
"Tanggung jawab terbesar mereka yang menjadi pemimpin," ujar Syekh Ahmed At-Tayeb mengingatkan, "adalah memelihara perdamaian warga sipil, menjaga keamanan masyarakat, menghormati agama dan melindungi rakyat dari timbulnya fitnah dan kekacauan."
"Pemimpin jangan memicu konflik dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi." tegas Syekh Ahmed At-Tayeb.
Baca juga: Toleransi dan Persaudaran, Pesan Grand Syekh Ahmed At-Tayeb di Tahun Baru
Ketua Majlis Parlemen Negara-negara Afrika mendukung sikap Grand Syekh Ahmed At-Tayeb. Dia mengatakan bahwa komunitas dunia dan organisasi-organisasi internasional harus mendengarkan pernyataan penting beliau dan harus segera turun tangan untuk mencegah terjadinya penistaan agama.
Anggota parlemen Mesir itu menegaskan, "Bila dunia diam atas kasus penistaan agama, akan berakibat buruk pada masyarakat internasional dan mengancam perdamaian serta keamanan dunia."
"Kelompok-kelompok terorisme akan mengeksploitasi kasus seperti ini karena melihat ada pihak-pihak yang memanfaatkan agama dalam konstelasi politik." tandasnya dikutip Al-Mashry Al-Youm Minggu (25/10).
Respon Dunia Arab
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) turut mengutuk penerbitan ulang karikatur yang menghina Nabi Muhammad SAW. "Apa yang dilakukannya itu membahayakan hubungan Islam dan Perancis." ujarnya.
Kementerian Luar Negeri Yordania yang juga mengecam penerbitan ulang karikatur Charlie Hebdo dengan dalih kebebasan berekspresi.
Minggu (25/10), Perdana Menteri Perancis Imran Khan menuduh Presiden Perancis Emmanuel Macron telah menyerang Islam setelah yang terakhir mengkritik kelompok islamis dan membela penerbitan ulang karikatur kontroversial oleh majalah satir mingguan itu.
"Sekarang adalah waktu yang tepat bagi Macron untuk menutup ruang gerak kelompok ekstremis, bukan malah menciptakan lebih banyak polarisasi dan marginalisasi yang niscaya mengarah pada ekstremisme," kata Khan dikutip Deutche Welle.
Penistaan agama adalah masalah yang sangat sensitif di Pakistan. Tuduhan penghinaan terhadap Islam atau tokoh Islam yang tidak terbukti dapat menyebabkan tindak kekerasan bahkan kematian. "Dengan menyerang Islam, tampaknya Macron tidak memahami telah menyerang dan melukai perasaan jutaan muslim di Eropa dan di seluruh dunia." lanjutnya.
Sehari sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengecam Macron dengan mengatakan bahwa dirinya harus "memeriksakan kesehatan mentalnya".
"Apa yang bisa dikatakan tentang seorang kepala negara yang memperlakukan jutaan pengikut agama yang berbeda dengan cara seperti ini? Pertama-tama: periksa kesehatan mental Anda." kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi Sabtu (24/10).
Namun Presiden Prancis itu bersikeras tidak akan mundur dari pembelaannya terhadap kartun yang mengakibatkan kematian seorang guru yang hendak menunjukkan ke anak didiknya contoh dari kebebasan berekspresi.
Dalam laman resmi Facebooknya, Minggu (26/10), Macron menulis dalam bahasa Arab, "Tidak ada yang membuat kami mundur. Kita berhubungan dengan kebebasan, menjamin kesetaraan, dan hidup bersama sebagai saudara."
Komentar Macron muncul setelah tingginya penolakan dunia Arab dan Islam atas pernyataannya tentang karikatur kontroversial Charlie Hebdo. "Sejarah kami adalah sejarah perjuangan melawan segala bentuk tirani dan intoleransi, dan kami akan melanjutkannya." imbuh dia.
Baca juga: Hipokritnya Macron dan Ketegasan Syekh Al-Azhar dalam Polemik Charlie Hebdo
Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.