Artikel
Petilasan rumah Sayyidah Khadijah di Masjidil Haram
Tanah satu petak yang dipagari hijau, tidak begitu luas dan keramiknya dibuat berbeda ini adalah kediaman Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah al-Kubra.
Tempat sesakral dan bersejarah ini tidak ada tulisan apa pun yang bisa dibaca oleh para pengunjung, sehingga sangat mungkin banyak yang tidak tahu bahwa tempat ini dulunya merupakan kediaman beliau, istri Rasulullah Saw yang melahirkan Sayyidah Fatimah az-Zahra, kemudian dari Sayyidah Fatimah melahirkan Sayyid Hasan dan Husain. Dari keduanya, keturunan mulia Rasulullah Saw tersebar ke penjuru dunia.
Kalau siang biasanya orang-orang tidak bisa masuk ke dalamnya karena dibatasi oleh pagar (bukan pagar permanen alias bisa digeser). Ada tentara yang juga mondar-mandir di wilayah ini. Tapi ketika menjelang larut malam terlihat beberapa orang bisa santai untuk masuk ke dalamnya, ada yang sekedar duduk-duduk beriktikaf, ada yang beristirahat selepas menjalankan umrah, ada yang membaca al-Quran, ada yang shalat sunnah.
Kediaman mulia Sayyidah Khadijah al-Kubra merupakan salah satu tempat teristimewa bagi saya, meskipun di tengah keramaian hawanya selalu membawa ketenangan yang berlebih, jika kita membaca al-Quran sangat mungkin mendapatkan ilmu-ilmu baru.
Saya pikir setidaknya ada tiga alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi:
Pertama, karena komplek kediaman Ibunda Khadijah al-Kubra termasuk bagian dari Masjidil Haram. Anda boleh niat iktikaf di sini. Sebanyak apa pun orang yang berlalu-lalang dan berisik, Anda tetap bisa khusyuk dalam beribadah. Inilah salah satu keistimewaan dari Masjidil Haram. Meskipun banyak suara-suara masih tetap membawa kekhusyukan bagi siapa pun yang berniat ibadah.
Kedua, perempuan yang bisa bersanding dengan Baginda Nabi tentulah bukan figur sembarangan. Jika kita hidup di masa Rasulullah Saw, rasa-rasanya "jasad" kita tidak cukup kuat untuk melihat fenomena kenabiannya secara langsung.
Hanya mereka yang dianugerahi kekuatan secara lahir dan batin dari Allah Swt saja yang bisa bersanding dengan Baginda Nabi, diajak/mengajaknya berbicara, makan bersama, melihat wajah mulianya, bertetangga dengannya, hingga menerima wahyu yang disampaikan langsung dari lisan mulianya.
Sayyidah Khadijah al-Kubra merupakan istri pertama Baginda Nabi yang mengalami masa-masa tersulit dalam mendakwahkan Islam. Beliau tentu adalah figur yang sangat luar biasa.
Di Indonesia, setiap tempat yang pernah disinggahi oleh seorang waliyullah mempunyai keistimewaan tersendiri dan mempunyai aura menenangkan sehingga disebut sebagai "petilasan", lalu kita sebut apa rumah mulia yang isinya adalah cahaya penuh kelembutan dari Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah al-Kubra ini?
Ketiga, banyak ayat al-Quran yang diturunkan di rumah istri-istri Baginda Nabi, sampai ada ayat khusus yang memerintahkan Ummahat al-Mukminin untuk menuturkan segenap ayat-ayat Allah Swt maupun yang berupa hikmah yang diturunkan di dalam kediaman mereka.
Jadi, sangat mungkin jika setiap rumah istri Rasulullah Saw, khususnya kediaman Sayyidah Khadijah al-Kubra, adalah tempat diturunkannya wahyu Allah Swt. Oleh sebab itu, jika kita membaca al-Quran di sana kita akan menemukan nuansa religius yang istimewa.
Al-Fatihah untuk para sahabat, istri-istri Rasulullah Saw dan segenap ahlul bait nya, khususnya kepada Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah al-Kubra.
Nama aslinya Syamsudin Asyrofi, aktifis Lakpesdam NU, mahasiswa S2 di Universitas Al-Azhar Mesir jurusan Tafsir dan Ulumul Quran dengan konsentrasi tesis bertemakan tafsir sufistik dalam bingkai sosial.
Baca Juga
Profil Kampus Sanad
23 Aug 2024
Perjalanan seorang santri dalam surat al-Kahfi
18 Aug 2024