Artikel
Tafsir Syekh Sya’rawi Tentang Sifat Rasulullah dalam Surat At-Taubah Ayat 128
Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan kutipan tafsir menurut Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, perihal sifat Rasulullah Saw. dalam surat At-Taubah ayat 128.
Pada bulan yang mulia ini, tepatnya sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad, umat Islam perlu menumbuhkan dan meningkatkan kembali kecintaan kepadanya. Juga sangat penting untuk meneladani perilaku terpuji yang ia contohkan. Berikut teks ayatnya:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بالمؤمنين رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 128)
Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa pada ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Ia telah mengutus seorang rasul, dari Suku Quraisy dengan kebangsaan Arab, kepada umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.
Hanya saja, pembahasan yang lebih intens sebenarnya bukan hal itu. Sebab, semuanya sudah jamak diketahui bahwa Nabi Muhammad lahir dari Suku Quraisy dan Bangsa Arab.
Baca juga: Tafsir Syekh Asy-Sya’rawi Tentang Wahyu Pertama Surat Al-'Alaq Ayat 1-5
Ada lima sifat Rasulullah yang disebut lugas dalam surat at-Taubah ayat 128. Menurut Syekh Mutawalli, ada beberapa catatan yang perlu diketahui dari ayat di atas, yaitu, (1) min anfusikum; (2) Azizun; (3) Harishun; (4) Raufun; dan (5) Rahimun.
Pertama, “min anfusikum (dari kaummu sendiri)”.
Menurut Syekh Mutawalli, ayat ini menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yang sama-sama manusia biasa, sebagaimana manusia lainnya. Hal ini perlu ditegaskan untuk menepis anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa Nabi Muhammad berasal dari jenis malaikat, sehingga semua tapak-tilasnya tidak bisa dijadikan teladan.
Selain itu, untuk menegaskan kembali, bahwa meski seyogyanya dilahirkan dari Suku Quraisy dengan kebangsaan Arab, ia tidak lantas menjadi nabi khusus bagi orang-orang Arab. Sebab, beliau diutus untuk semua umat manusia.
Kedua, “Azizun (berat terasa olehnya)”.
Potongan ayat ini menjadi bukti betapa besar cinta Nabi Muhammad kepada umatnya. Menurut Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, kesengsaraan, kesusahan, kepayahan dan derita lainnya, turut dirasakan oleh Rasulullah. Bahkan, sebelum derita-derita itu dirasakan oleh umatnya, beliau sudah merasakan terlebih dahulu.
Baca juga: Tafsir Syekh Sya’rawi Tentang Ayat "Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan
Tidak hanya itu, selain mengemban amanah untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam, Rasulullah tak henti-hentinya disibukkan dengan urusan umatnya. Bahkan, ia sangat jarang memperhatikan keluarganya sendiri demi umatnya. Kesibukan beliau dalam mengurusi umatnya tidak hanya di dunia, di akhirat pun juga demikian.
Menurut Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, para nabi sibuk mengurus nasib mereka satu persatu pada hari kiamat, terik matahari yang begitu panas, api neraka yang berkobar, hisab amal kebaikan dan keburukan yang tak kunjung selesai, membuat para nabi lupa dan cenderung acuh pada umatnya, mereka sama-sama mengurus nasib mereka sendiri.
Akan tetapi, hal itu tidak dengan Rasulullah. Di tengah panasnya matahari dan kobaran api, beliau justru bersujud kepada Allah dengan berkata, “Allahumma ummati, ummati, ummati” sambil menangis.
Melihat Rasulullah bersujud menangis, Allah berkata kepada Malaikat Jibril, “Pergilan kepada Muhammad, kemudian tanyakan, apa penyebab ia menangis.”
Setelah Jibril mendatangi dan menanyakannya, ia menjawab, “Allah lebih tahu penyebab semua ini.”
فَقَالَ: إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوْؤُكَ
“Sungguh, Kami akan membuatmu ridha dalam masalah umatmu, dan Kami tidak akan menyakitimu.” (Syekh Mutawalli, Tafsir Asy-Sya’rawi, juz I, halaman 593).
Jika diangan-angan, Nabi Muhammad Saw. merupakan satu-satunya Nabi yang melupakan dirinya demi umatnya, bahkan lebih sibuk mengurus umatnya daripada dirinya sendiri. Tidak hanya di dunia, bahkan di akhirat juga demikian.
Ketiga, “Harishun (sangat menginginkan keimanan)”.
Potret ketiga dari Rasulullah menurut Syekh asy-Sya’rawi, adalah keinginannya yang sangat besar untuk menjadikan semua makhluk berada pada barisan yang benar, melalui risalah yang dibawanya. Bahkan, rintangan yang datang silih berganti, permusuhan, serangan dan ancaman yang selalu berdatangan, tidak lantas mempengaruhi semangatnya dalam berdakwah dan melakukan upaya untuk menunukkan jalan yang benar kepada semua manusia.
Baca juga: Tafsir Syekh Sya’rawi tentang Nikmat Allah Tidak Bisa Dihitung Manusia
Rasulullah memiliki ambisi yang sangat tinggi, untuk menjadikan semua manusia menjadi orang-orang yang mendapatkan hidayah, agar tidak terjerumus dalam kesesatan dengan berpedoman pada ajaran nenek moyang mereka. Hanya saja, keimanan dan hidayah merupakan hak preogratif dari Allah SWT yang tidak bisa diraih oleh siapa pun apabila tidak dikehendaki oleh-Nya. (Syekh Mutawalli, Tafsir Asy-Sya’rawi, juz I, halaman 2499).
Keempat dan Kelima, “Rauufun Rahimun (penyantun dan penyayang)”.
Setelah pribadi Nabi Muhammad disebutkan sebelumnya, pada penutup ayat terakhir, Allah menegaskan bahwa ia merupakan nabi dan rasul yang sangat santun dan penyayang. Hal ini tidak lain kecuali sebagai pengejawantahan paling tepat sebagai representasi dari pribadinya sebagai manusia penebar kedamaian.
Selain itu, juga diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah bukanlah pribadi yang keji dan berbuat keji. Ia tidak pernah berteriak di pasar, ia (juga) tidak membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi memaafkan dan berlapang dada. (Syekh Mutawalli, Tafsir Asy-Sya’rawi, juz I, halaman 5023).
Demikian penjelasan Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi perihal sifat-sifat Rasulullah dalam surat At-Taubah ayat 128. Dengan mengetahuinya, semoga manjadi teladan bagi umatnya, dan semakin menambah kecintaan kepadanya, khususnya di bulan Rabiul Awal ini. Wallahu a’lam bisshawab.
Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024