Buku
Tips Hadapi Ujian ala Sayyid Muhammad Alawi Al-Idrus
“Ujian untuk belajar bukan belajar untuk ujian,” inilah dawuh para guru yang biasa saya dengar ketika belajar di pesantren dulu saat akan menghadapi ujian.
Pada hakikatnya ujian adalah untuk menguji ilmu yang telah kita pelajari dan kita serap, untuk setelahnya melanjutkan ke level selanjutnya yang lebih tinggi. Untuk bisa menempuh dan melewati ujian tersebut, kita butuh persiapan, usaha, ketekunan, keikhlasan dan kejujuran dalam belajar.
Masa ujian adalah adalah masa yang mendebarkan bagi setiap penuntut ilmu. Ada pepatah mengatakan:
بالإمتحان يكرم المرء أو يهان
“Dengan ujian, seseorang itu akan mulia atau hina.”
Sebab ujian menjadi salah satu indikator untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan kompetensi guru.
Selain materi yang akan diujikan, ada beberapa hal lain yang juga perlu disiapkan. Apa sajakah yang perlu disiapkan ketika akan menghadapi ujian? Salah satunya saya temukan dalam paparan Sayyid Muhammad Alawi Al-Idrus.
Sayyid Muhammad Alawi Al-Idrus adalah seorang imam, penulis dan pengajar al-Quran. Dalam catatan silsilah nasab, beliau adalah cucu ke-35 Rasulullah saw. Dilahirkan di Tarim Hadramaut pada 1351 H dan belajar dari para ulama dan habaib dari Rubat Tarim. Kurang lebih 120 kitab lahir dari tangannya.
Di dalam kitab Du'â Muhim Li al-Imtihân ma'a Irsyâdât Tuhimmu Thâlib, Sayyid Muhammad Alawi Al-Idrus menyajikan beberapa hal yang mesti menjadi bekal bagi seorang pelajar, siswa, atau santri dalam menghadapi ujian.
Pertama: Niat
Pada bab pertama, Sayyid Muhammad Alawi menjelaskan betapa penting niat seorang menghadapi ujian. Sebab, sebagaimana sabda Nabi, segala sesuatu itu tergantung pada niatnya.
Sayyid Alawi berkata, “Apabila seseorang telah berniat dengan sebaik-baik niat, bersungguh-sungguh dalam niatnya, serta ikhlas karena Allah, maka insya Allah akan Allah memberikan kesuksesan.”
Kedua: Niat Imam al-Hadad dalam Belajar dan Mengajar
Penulis tidak hanya menjelaskan betapa pentingnya niat belajar, tapi juga menyajikan niat yang biasa dibaca oleh Imam Al-Haddad, Syeikhul Islam pada zamanya, saat akan belajar dan mengajar.
Adapun lafalnya berbunyi:
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَاْلإِنْتِفَاعَ، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيْرَ، وَاْلإِفَادَةَ وَاْلإِسْتِفَادَةَ، وَالْحَثَّ عَلَى التَّمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ ﷺ وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدَّلاَلَةَ عَلَى الْخَيْرِ، اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ سبحانه و تعالى
“Aku niat belajar dan mengajar, mengingat dan memperingatkan, memberi manfaat dan mencari manfaat, memberi keutamaan dan mencari keutamaan, menganjurkan untuk berpegang teguh dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, mengajak kepada hidayah, menunjukkan kepada kebaikan, dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah, kedekatan-Nya serta pahala dari-Nya.”
Setelahnya, pengarang menghadirkan doa yang dibaca sebelum dan sesudah belajar.
Ketiga: Menata Perilaku
Setelah itu, beliau memberikan arahan dan langkah-langkah penting yang perlu dilakukan pada masa ujian. Di antaranya:
- Selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala hal yang Allah larang.
- Selalu menjaga diri dengan wirid harian yang diajarkan oleh para guru.
- Kalau malas menghampiri, beliau menganjurkan kita membuat minuman, yang bisa membuat kita terjaga dan fokus kembali. Contohnya, kopi.
- Percaya diri. Sebab akan memudahkan diri dalam mengingat jawaban. Yakin dan percaya bahwa Allah akan membantu.
- Jangan terlalu khawatir dan takut. Sebab hal tersebut akan menghambat pembelajaran.
- Selalu menjaga wudhu terlebih ketika ingin memasuki ruang ujian.
- Telah siap masuk ke ruang ujian dengan telah membaca dan memurojaah semua materi yang akan diujikan tanpa terkecuali.
- Ketika memegang kertas pertanyaan dan jawaban, hendaknya seorang pelajar menenangkan dan mengumpulkan segala kepercayaan diri sambil membaca:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka bisa mengerti perkataanku.”
- Membaca pertanyaan dengan penuh teliti dan seksama sampai memahami maksud pertanyaan. Jangan sampai ada yang salah paham dan menjawab sesuatu yang tidak dipinta.
- Menjawab pertanyaan dimulai dari yang paling mudah agar tidak ada waktu yang terbuang.
- Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri agar bisa mencontek. Atau menoleh ke kanan dan ke kiri dengan maksud berbangga ria sebab mengetahui jawaban dari pertanyaan.
- Siap dengan segala alat tulis dan segala yang dibutuhkan saat ujian. Jangan sampai membuat ruang ujian menjadi gaduh karena tidak membawa perlengkapan ujian.
Keempat: Membaca Ayat Pilihan dan Amalan Futuh
Kemudian membaca surat-surat al-Qur'an, doa-doa, dan amalan-Amalan agar futuh.
Kerja keras dengan terus belajar tanpa henti memanglah bagus, tapi ada yang lebih bagus, yaitu kerja keras yang dibarengi dengan doa, tirakat, dan pemasrahan diri kepada yang maha memberi ilmu itu jauh lebih bagus. Dan itulah yang diwarisi oleh ulama kita. Melatih diri, jiwa, akal, dan pikiran menyandarkan segalanya kepada Allah. Memasrahkan diri dan meyakini bahwa segala ilmu milik Allah dan Allahlah yang menitipkan ilmu-Nya untuk kita pelajari.
Demikian yang dituangkan Sayyid Muhammad Alawi dalam kitab ini. Beliau memberikan beberapa doa dan amalan yang bisa dirutinkan sebagai wadah pemasrahan diri kepada Allah agar futuh. Maksud futuh di sini adalah dibukannya hati dan pikiran agar mudah dalam menghafal dan belajar.
Di akhir kitab, beliau memberikan amalan Imam
Al-Ghazali agar dibukakan hati dan pikiran.
Alumni Pesantren Modern Daarul Uluum Lido 2017 dan Institute Imam Malik, Tetouan-Maroko 2021, belajar sambil mengajar di Pesantren Tahfizh Dulido.