Berita
Ulama Arab Saudi: Menghina Nabi Bantu Ekstremis Sebarkan Kebencian
Dewan Ulama Senior Arab Saudi mengatakan bahwa menghina Nabi hanya melayani kelompok ekstremis yang ingin menyebarkan kebencian di tengah-tengah masyarakat.
“Tugas para ulama dan cendekiawan di seluruh dunia adalah mengutuk penghinaan semacam itu yang sama sekali tidak berkaitan dengan kebebasan berpikir dan berekspresi,” pernyataan Dewan Ulama Senior Arab Saudi dikutip Saudi Press Agency Minggu (25/10).
Lembaga tertinggi ulama negara kerajaan itu menegaskan bahwa Islam melarang segala bentuk penghinaan terhadap nabi Tuhan mana pun.
Pernyataan ulama Arab Saudi ini muncul di tengah kontroversi penggunaan kartun kontroversial Nabi Muhammad di kelas sekolah Prancis yang tengah mendiskusikan kebebasan berekspresi. Imbasanya pada minggu lalu, guru pengajarnya dibunuh oleh seorang warga Checnya yang oleh Presiden Emmanuel Macron dicap sebagai "islamis".
Macron mengkritik orang-orang yang dia sebut sebagai "islamis" dan membela penerbitan kartun Nabi Muhammad. Dia mengatakan guru yang terbunuh itu adalah "korban serangan teroris Islam."
"Dia dibunuh karena orang-orang islamis menginginkan masa depan kita," kata Macron dalam upacara penghormatan guru itu pekan lalu, "Mereka tidak akan pernah memilikinya."
Baca juga: Syekh Al-Azhar: Jangan Memicu Konflik dengan Alasan Kebebasan Ekspresi
Insiden pembunuhan tersebut memicu perdebatan tentang menghormati agama dan mendorong banyak pemimpin di dunia Islam untuk mengutuk kejahatan tersebut tetapi sekaligus menekankan pentingnya menghormati para nabi.
Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb mengutuk pemenggalan seorang guru bahasa Prancis tetapi mengatakan bahwa menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah "ajakan untuk membenci".
Pidato yang ditulis oleh Syekh Ahmed At-Tayeb itu dibacakan pada Selasa (20/10) lalu di Capitol Square Roma di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi dan Buddha termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia.
"Sebagai seorang muslim dan Syekh Al-Azhar, saya menyatakan bahwa Islam, ajarannya dan Nabi Muhammad SAW tidak bersalah dari kejahatan teroris yang jahat ini," kata Ahmed At-Tayeb merujuk pada pemenggalan kepala guru bahasa Prancis Samuel Paty Jumat 16 Oktober lalu.
"Pada saat yang sama, saya menekankan bahwa menghina agama dan menyerang simbol suci mereka di bawah panji kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual dan ujaran kebencian secara terbuka."
Samuel Paty (47 tahun) diserang dan dibunuh oleh seorang warga Chechnya yang berusia 18 tahun dalam perjalanan pulang dari sekolah tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.
Baca juga: Hipokritnya Macron dan Ketegasan Syekh Al-Azhar dalam Polemik Charlie Hebdo
Dia telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya. Apa yang dilakukannya membuat marah seorang ayah yang memimpin kampanye online melawan guru tersebut. Dalam sebuah penyelidikan, dia telah menjalin kontak pembunuh menjelang dia dibunuh.
Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov, memposting gambar tubuh yang dipenggal di Twitter sebelum dia ditembak mati oleh polisi.
Polisi Perancis telah menangkap 16 orang, termasuk seorang islamis radikal dan empat anggota keluarga Anzorov.
"Teroris ini tidak berbicara untuk agama Nabi Muhammad, sama seperti teroris di Selandia Baru yang membunuh muslim di masjid, tidakberbicara untuk agama Kristen," kata Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb dalam pidatonya.
Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.