Tokoh
Umm Kulsum, Pelantun Quran yang Sukses Jadi Musisi Besar
Tentu kita tidak asing dengan nama Umm Kulsum. Ya, penyanyi yang dijuluki dengan Kawkab as-Syarqi ini lahir di Tamay az-Zahra, El Sanbellawi, Daqahlia, Mesir dengan nama asli Fatimah Ibrahim Sayyid Bitagli. Lahir di tahun 1904 sebagai anak seorang imam pada sebuah masjid di kampung halamannya. Ia terdidik untuk mempelajari ilmu ilmu Al-Quran. Di usia 12 tahun ia selesai menghafalkan seluruh Al-Quran.
Perjalanan Umm Kulsum sebagai seorang penyanyi opera hingga banyak orang yang menyematkan julukan padanya sebagai 'Kawkab as-Syarqi' ditempuh dengan cara yang unik. Sebut saja pada masa ia hidup, perempuan saat itu masih berada di masa keterbelakangan dan ketabuhan bila melakukan sebuah kegiatan yang dilakukan pria.
Fatimah muda yang berbakat ingin ayahnya mengetahui bahwa ia juga berbakat seperti kakaknya, Khalid. Ayahnya memang senang melatih kemampuan Khalid kakak Fatimah. Tiap kali ayahnya melatih suara Khalid, Fatimah hanya memperhatikan dari jauh dan mendengarkan dengan seksama, ia ingin diajari oleh ayahnya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia juga memiliki bakat seperti kakaknya.
Pada suatu kesempatan Fatimah melantunkan tilawah. Hal ini terdengar oleh ayahnya. Lambat laun ayahnya menyadari bahwa Fatimah ternyata memiliki bakat dalam bidang suara. Ia mulai melatih Fatimah, membawanya dalam grup ensamble keluarga.
Namun yang menarik, ayahnya mengubah tampilan Fatimah yang semula perempuan menjadi seorang anak laki laki. Ia dipakaikan jubah dan umamah, disamarkan seperti sang kakak Khalid agar serupa seperti lelaki ketika mengikuti kelas kelas qira'at.
Ini dilakukan agar tidak ada rasa tidak nyaman dalam keluarganya karena Fatimah seorang perempuan dan ia melantunkan sebuah lagu juga belajar mengaji seperti kakaknya, sebagaimana kita ketahui hal itu masih tabuh di zaman itu.
Kemampuan vokal Fatimah semakin terasah, ayahnya terus melatih hingga Fatimah bertemu dengan seorang komposer dan oudis terkenal, Zakariyya Ahmad. Pertemuan tersebut mengantarkan Fatimah mengenal kota Kairo. Semenjak itu perjalanan karir Fatimah dimulai.
Karier Umm Kulsum di Kairo
Ia bertemu dengan Amin beh Al Mahdy seorang ahli alat musik oud yang berjiwa konservatif dan primordial. Ia menghindari gaya hidup bohemian. Hal ini membekas dalam diri Fatimah. Perjalanannya di kota Kairo membuatnya sering diundang dalam acara-acara kecil pada mulanya.
Ia mengisi acara dari rumah ke rumah, yang kemudian berkembang menjadi panggung ke panggung. Tahun 1923 ia menetap di kota dengan seribu menara tersebut.
Karakter suara yang dimiliki Fatimah atau yang kini lebih akrab dikenal sebagai Umm Kulsum itu memiliki nilai vokal yang aestetic. Ia memiliki suara serendah dua oktaf dan mampu mencapai tingkat 7 hingga 8 oktaf. Penggunaan vibrato di setiap lagunya yang unik menjadi ciri khas Umm kulsum.
Ia mampu menghasilkan 14.000 getaran per detik dengan pita suaranya, maka tidak heran bila kita sering melihat gambar atau foto Umm Kulsum di atas panggung dengan posisi mikrofon berada di atas.
Ini dikarenakan kuatnya getaran yang ia miliki hingga mikrofon yang digunakan harus berada sekitar 3 meter darinya dan ditempatkan tergantung di atas kepalanya agar mendapatkan keseimbangan suara dengan para pemain orkestra. Bila di tempatkan di depan seperti lazimnya penyanyi zaman sekarang, bisa kita banyangkan, sound yang dihasilkan akan begitu menggelegar.
Ayahnya yang melatih vokal juga turut mendampingi setiap kali ia menghelat konser di panggung, ia memberi syarat pada setiap penyelenggara acara, bahwa Fatimah hanya akan diperbolehkan tampil namun dengan ketiadaan penonton yang mabuk, merokok atau hal-hal negatif lainnya seperti kebanyakan konser lainnya.
Hal ini dikarenakan ia ingin lagu yang dibawakan dapat di dengarkan sebagaimana mestinya, agar dihayati dan diaplikasikan dalam sendi sendi kehidupan manusia. Bila ia bernyanyi, sosoknya sebagai seorang perempuan tidak lagi difokuskan, karena penonton terpesona dengan kemampuannya membawakan lirik lagu dengan suaranya yang berwibawa nan penuh makna, ia juga menjadi salah satu contoh dari kebebasan wanita saat itu.
Banyak dari penonton yang selalu terkagum-kagum dengan pembawaan Umm Kulsum, wanita dengan rambut disanggul berjubah kemilau dan kacamata hitam khas abad 18 tersebut selalu memikat penonton dengan suara emasnya.
Beragam reaksi dari penonton mulai dari menangis, tertegun dan bergembira dengan syair syair yang dilantunkannya. Durasi di setiap konser yang di gelar berlangsung sekitar 2 hingga 3 jam dengan total 4-5 lagu lebih yang terdiri oleh iringan alat musik khas Timur Tengah.
Tiap selesai membawakan satu lagu, penonton selalu bersemangat dan ingin agar ia melantunkan lagu sekali lagi, lagi dan lagi. Hal ini dikarenakan kemampuan Umm Kulsum dalam berinteraksi dengan penonton dan kehebatannya menyampaikan seni suara.
Tak hanya digemari masyarakat umum, Umm Kulsum juga memberikan kesan tersendiri bagi para keluarga kerajaan dan petinggi negara, semenjak bertemu dengan Mohamed El Qasabgi ia mulai diperkenalkan dengan istana teater Arab. maka tidak jarang mereka mengundang Umm Kulsum untuk melantukan syair-syair pilihan yang sering dibawakannya.
Ia sukses mengelilingi benua benua di dunia dengan menyebarkan suara emas yang dimilikinya khususnya negara negara kawasan Timur Tengah seperti Suriah, Irak, Lebanon, Tunisia, dan Libya. Dalam suatu keadaan, saat perang Arab-Israel, para tentara yang terkurung memohon dapat mendengarkan lantunan Umm Kulsum.
Sebagai penyemangat mereka untuk mempertahankan kedaulatan negara. Salah satu dari penggemar utama Umm Kulsum adalah Gamal Abd Naseer yang juga akhirnya menjabat sebagai presiden Mesir.
Umm kulsum menyenandungkan lagu berjudul "Wallahi Zaman, ya Silahi" sebagai simbol persahabatannya dengan Gamal Abd Naseer, yang kemudian diadopsi sebagai lagu kebangsaan Mesir pada tahun 1960 hingga 1979 dan akhirnya berganti dengan 'Biladi' sebagai bentuk pencabutan perundingan Anwar Sadat dengan Israel kala itu, dan masih digunakan hingga saat ini.
Lirik Lagu Umm Kulsum
Umm kulsum semakin gemilang dengan syair-syair ciptaan Ahmad Syauqi, salah satu karya yang paling terkenal dan terkenang adalah syair 'Wulidal Huda'. Keduanya sama sama terberkati dengan lirik lirik puitis nan indah tentang keagungan Nabi akhir zaman tersebut.
Puncak kejayaan Umm Kulsum tercapai ketika ia berhasil menyebarkan suaranya ke seantero dunia dengan total penjualan kaset 80 juta copy. Ia menjadi ikon negara Mesir dan peradaban yang mengelilinginya saat itu.
Tak hanya menjadi kebanggaan Mesir, ia juga menjadi kebanggaan bangsa Arab diantara jajaran penyanyi sekelasnya seperti Asmahan, Fairouz, Sahan dan Thekra. Maka tak heran setiap jengkal kota Kairo di penuhi dengan lirik-lirik lantunan suara Umm Kulsum setiap harinya, baik pagi, siang hingga malamnya.
Diantara syair syair yang di lantunkann Umm kulsum adalah Al Atlal, Alf Leila wa Leila, Sukaro, Wulidal Huda, dan Daret El Ayyam.
Di antara kisah menarik lainnya, Umm kulsum tidak menikah hingga usia 40 tahun, namun akhirnya ia dipersunting seorang dokter yang juga masih salah seorang dari kerabatnya. Sebelum akhirnya ia meninggal pada tanggal 3 Februari 1975, Umm kulsum sempat vakum dari dunia musik. Ia dikabarkan sakit dan akhirnya menghadap kepada sang ilahi.
Prosesi pemakaman Umm kulsum begitu syahdu dan riuh. Bagaimana tidak, jenazah diiringi seantero Mesir, ia digiring dari maydan ramsis menuju pemakaman el-Basatin di daerah muqottom oleh ribuan bahkan jutaan orang yang melayat dan berduka dengan kepergiaannya.
Saat ini makam beliau dijaga oleh kerabat dekatnya, masih banyak pelayat dari luar kota ataupun para mahasiswa asing yang mengunjungi untuk mendoakannya atau sekedar bermuhasabah dengan kebesaran pengaruhnya dalam dunia musik dan bangsa Arab.
Di dalam makam Umm Kulsum terdapat kaligrafi bertuliskan 'كوكب الشرق' bila dilihat dari sisi sebelah kanan makam dan 'أم كلثوم' bila dilihat dari sisi sebelah kiri makam, kaligrafi yang bernilai seni sebagai hadiah terakhir untuk jasanya yang besar bagi dunia sebagai seorang patriot wanita lewat kidung syair-syair yang disenandungkan.