Berita
Wakil Grand Syekh al-Azhar: Kemajuan Tercapai bila Perdamaian Jadi Jalan Hidup
Wakil Grand Syekh al-Azhar, Prof. Dr. Muhammad adh-Dhuwaini mengatakan fikih peradaban di bawah hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang layak, dan menggeser nalar dan mentalitas umat Islam dari kubangan ketergantungan dan keterbelakangan menuju ruang-ruang kepemimpinan dan kemajuan.
Hal itu, lanjut Syekh Muhammad adh-Dhuwaini, harus dilakukan pada tataran hati, akal, ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya dan bidang kehidupan lainnya.
"Kemajuan hanya akan dicapai melalui ilmu pengetahuan yang secara sadar mengakui perdamaian sebagai jalan hidup," ujar Syekh adh-Dhuwaini dalam Muktamar Fikih Peradaban PBNU di Hotel Shangri-la Surabaya pada Senin (6/2).
Dalam sambutannya pada Muktamar Internasional Pertama tentang Fikih Peradaban, di Indonesia bertajuk “Fikih Islam Baru Demi Peradaban Manusia Baru (Fikih Peradaban)", Wakil Imam Akbar al-Azhar menyeru ulama, dai, dan pemikir agar meletakkan perhatian pertama pada menjaga persatuan bangsa, melindungi rakyat dari pertikaian dan konflik, yang dimulai dengan pengucilan, marginalisasi, dan penghinaan, hingga mencapai tingkat pengkafiran, melabeli bid'ah dan fasik untuk untuk perbedaan pendapat sekecil apa pun.
Wakil Grand Syekh al-Azhar juga merekomendasikan agar para ulama membuka hati dan pikiran mereka terhadap keragaman selama masih dalam kerangka kaidah-kaidah aturan yang berlaku, dan memiliki kelapangan pemikiran, penglihatan yang jernih, dan kontemplasi mendalam yang akan membantu untuk mencapai kebenaran tanpa menutup diri pada mazhab-mazhab tertentu.
Syekh adh-Dhuwaini menambahkan, para ulama juga harus mampu membaca ulang warisan dan menyajikannya kepada orang-orang dengan pandangan baru, dan perlu berpegangan pada aturan-aturan bijak dalam khazanah turats yang akan membantunya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan hidup yang baru.
Menurut Syekh adh-Duwaini, program pendidikan dan kebudayaan harus dibangun di atas apa yang menegaskan dan mendukung persatuan bangsa, dan segala sesuatu yang merusak tujuan suci ini serta yang mengakarkan kebencian dan perbedaan patogenik harus disingkirkan dari kehidupan pendidikan dan budaya kita.
Di akhir sambutannya, Wakil Grand Syekh al-Azhar mengatakan penegakan perdamaian harus menjadi orientasi umum yang perlu diusahakan oleh semua lembaga, organisasi, dan pemerintah.
"Dengan cara ini perdamaian akan tercapai di seluruh dunia," pungkasnya.
Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama ini dihadiri oleh lebih dari 300 ulama dunia dari dalam dan luar negeri.
Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.