Ibadah

Nasehat Habib Ali al-Habsyi tentang menata niat ketika melakukan pekerjaan

08 Jan 2024 04:29 WIB
904
.
Nasehat Habib Ali al-Habsyi tentang menata niat ketika melakukan pekerjaan “Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.” (HR. Baihaqi)

Pengarang Maulid Simtud Durar, Habib Ali al-Habsyi pernah berkata kepada murid-muridnya, anak-anaknya dan para sahabatnya untuk menetapkan niat yang banyak.

Sebab Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan penjelasan dalam hadis di atas kiranya dapat dipahami bahwa begitu pentingnya untuk menata niat agar amal kita dapat diterima oleh Allah. Ketika kita melakukan amal ibadah apa saja yang murni kita tujukan untuk mengharap ridha-Nya, maka niat itu pun akan menjadi benih amal kebaikan.

Para auliya' arifin dan guru sholihin selalu mengajarkan kita untuk merawat niat dalam hati ketika akan melakukan setiap pekerjaan. Menjaga niat adalah perkara yang tak mudah, namun pengaruhnya amat besar dalam kehidupan. Selain bisa membesarkan pahala, niat juga dapat memberikan rangsangan gairah bagi seseorang untuk beramal.

Jika niat sudah tertancap dalam hati tampaknya tidak peduli dengan halangan dan rintangan yang menghadang. Panas, hujan, dingin, lelah dan bahkan sakit merupakan risiko yang terkadang tidak menjadi pertimbangan lagi apabila niat sudah mantap. Semangat yang kuat pada akhirnya dapat mengalahkan semua risiko yang kemungkinan akan terjadi.

Dikatakan dalam Kitab Manhaj as-Sawi bahwa pahala amal itu bukan tergantung pada banyaknya amal, tetapi lebih bergantung pada niat dan keikhlasan seseorang. Allah menilai seorang hamba dari niat yang berasal dari dalam hatinya dan memberikan reward kepada hamba-Nya itu sesuai dengan kadar niatnya.

Nabi Saw pernah bersabda: “Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.” (HR. Baihaqi)

Sebab kebanyakan ibadah ritual sering kali diasosiasikan dengan persepsi dan pengharapan kepada penilaian orang lain. Sedangkan penghambaan gerak hati (niat) bersifat sangat pribadi dan intim, oleh karenanya tidak mungkin di dalamnya kemasukan sombong, pamer, riya, dan penyakit hati lainnya yang menghalangi diterimanya amal tersebut.

Islam menghargai niat seseorang dalam berbuat baik. Ketika orang yang telah berniat melakukan amal kebaikan namun dia tidak mampu melakukannya maka Allah tetap memberikan pahala karena niat baiknya. Misal orang berniat untuk bersedekah, namun karena ada kebutuhan yang mendesak untuk kepentingan dirinya sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan hartanya kepada orang lain. Dengan kondisi ini dia tetap mendapatkan nilai kebaikan dari niatnya walaupun tidak melaksanakan.

Habib Ali al-Habsyi selalu memerintahkan kepada umat muslim, untuk menghadirkan banyak niat dalam tiap amalan. "Niatkanlah setiap perbuatan yang kalian lakukan untuk meneladani Rasulullah Saw, karena kalian akan mendapatkan pahala. Dan peneladanan ini dapat menimbulkan kenikmatan dan dzauq, karena beliau Saw sebelumnya pernah melakukan dengan cara demikian. Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. Jika kau bangun tidur di pagi hari, ucapkanlah, 'Aku hari ini berniat  berdzikir kepada Allah, membaca kitabullah, bersedekah, mengunjungi saudaraku di jalan Allah, berbuat baik kepada keluargaku, menuntut ilmu, dan lain sebagainya'. Tetapkanlah niat sebanyak mungkin. Jika Allah memberimu taufik kau akan mengamalkannya, dan jika tidak, maka kau telah meniatkannya."

Dalam redaksi lain, Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi juga berpesan, apabila tidak tahu atau tidak bisa melafalkan banyak niat maka hendaknya seseorang memasukan niatnya ke dalam niat syekh atau guru. Maksudnya hendaklah meneladani niat baik seorang ulama atau guru atau orang tua. 

نويت ما نوى شيخى فلان نويت مانوا اهلي واجدادي نويت مانوى حبيبي علي

"Nawaitu maanawa syaikhi fulan, nawaitu maanawa ahli wa ajdadi, nawaitu maanawa habibi 'Ali."

Artinya: “Aku berniat seperti niat syekhku fulan, aku berniat seperti niat keluarga dan leluhurku, aku berniat seperti niat kekasihku Ali al-Habsyi.”

Habib Ali mengajarkan niat ini bukan tanpa dasar, namun beliau menyandarkan pada sebuah riwayat tentang doa Rasulullah yang diajarkannya kepada Sayyidah Aisyah.

اللهم إني أسألك مما سألك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم واعوذ بك من شر ما استعاذك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم 

Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu apa yang dimohon oleh Hamba dan nabiMu Muhammad. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua yang hamba dan nabi-Mu memohon perlindungan-Mu darinya.

Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan untuk berusaha mencari ridha-Nya dari setiap perbuatan dengan menghadirkan niat ikhlas di dalamnya. Itu semua akan menjadi sebab keberuntungan dan keselamatan kita di hari akhirat nanti.

Rasyida Rifa'ati Husna
Rasyida Rifa'ati Husna / 10 Artikel

Long-life learner.  Bisa disapa di IG: rosyidahusn.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: