Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Yusri jelaskan kearifan Nabi Muhammad dalam berinteraksi

Avatar photo
25
×

Syekh Yusri jelaskan kearifan Nabi Muhammad dalam berinteraksi

Share this article

Baginda Nabi Muhammad SAW selalu memperhatikan adat kebiasaan seseorang di daerahnya. Beliau memperhitungkan kebiasaan tersebut meski terkadang bertentangan dengan nilai etika Islam dalam berinteraksi.

Demikian disampaikan Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani dalam pengajian kitab Shahih al-Bukhari. “Baginda Nabi memaklumi dan memaafkannya,” imbuh beliau.

Imam Bukhari RA telah meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik RA, bahwa suatu ketika ia berjalan dengan Nabi SAW. Ketika itu Nabi mengenakan syal (burdah) dari kota Najrani, yang pinggirannya kasar.

Tiba-tiba datang seorang badui dan menarik syal baginda dengan keras, sehingga membuat leher baginda terluka.

Lalu orang badui berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah harta Allah yang ada padamu!”

Lalu Baginda Rasulullah SAW tertawa. Beliau kemudian memerintahkan sahabat untuk memberikan harta kepadanya.

Syekh Yusri menjelaskan, kaum badui adalah mereka yang tinggal di perkampungan di tengah gurun sahara. Kebanyakan dari mereka bermata pencaharian sebagai penggembala, sehingga kebanyakan interaksi mereka adalah dengan binatang ternaknya.

Lingkungan yang seperti ini membuat akhlak mereka tidak seperti mereka yang tinggal di pemukiman padat, di mana interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain menjadi keharusan.

Maka dari itu, orang badui terkenal dengan akhlak etikanya yang rendah, dan tidak punya adab,” terang Syekh Yusri.

Dalam hadits ini diceritakan, bahwa ada seorang badui yang ingin meminta sesuatu kepada Baginda Nabi SAW, akan tetapi dengan cara yang sangat tidak pantas kepada seseorang yang ia minta. Terlebih lagi yang diminta adalah seorang utusan Allah, yang mana Allah memerintahkan kepada seluruh hambaNya untuk memuliakan baginda SAW, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

Artinya: Agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasulNya, menolongnya dan memuliakannya, serta bertasbih kepada Allah pagi dan petang.” (QS. Al Fath: 48)

Seorang datang kepada Baginda SAW dari belakang kerbau, akan tetapi Baginda Nabi memaafkan dan memakluminya, karena memang seperti inilah etikanya, dan lingkunganlah yang membentuknya seperti itu.” pungkas syekh Yusri.

Tertawanya Baginda Nabi Muhammad SAW menunjukkan betapa besar kasih sayang beliau kepada umatnya. Bahkan kepada orang yang tidak memenuhi haknya untuk dihormati dalam bermuamalah sekalipun. Wallahu a‘lam.

Kontributor

  • Antony Oktavian

    Alumni MA Al Hikmah 2 Benda Brebes. Sekarang menempuh studi di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.