Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Orang-orang yang pernah didiamkan oleh Rasulullah

Avatar photo
40
×

Orang-orang yang pernah didiamkan oleh Rasulullah

Share this article

Ketika terjadi sebuah perselisihan, tak jarang banyak orang saling mendiamkan, dalam artian tidak saling sapa. Yang demikian adalah wajar, sebagai perumpamaan kekecewaan atau kekesalan.

Namun perlu diketahui, bahwa dalam mendiamkan seseorang yang dalam istilah agamanya hijr, itu tidaklah boleh melebihi jangka waktu 3 hari. Adapun di bawahnya itu diperkenankan, sebagaimana sabdanya Rasulullah Saw yang berbunyi:

عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَمَنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلاَثٍ فَمَاتَ، دَخَلَ النَّارَ». رواه أَبُو داود بإسناد عَلَى شرط البخاري ومسلم.

“Tidaklah halal bagi kaum muslim untuk mendiamkan saudara (seagama)nya, melebihi jangka waktu 3 hari. Maka sesiapa yang melakukan demikian kemudian ia meninggal, niscaya ia akan masuk neraka.” (Imam An-nawawi, Riyadh As-shalihin, PDF h. 452)

Dalam kapasitasnya sebagai manusia, Rasulullah sendiri terbilang pernah mendiamkan seseorang. Yang demikian wajar saja, tidak sedikit pun mengurangi kehormatan dan kewibawaan beliau sebagai Nabi dan paling mulyanya makhluk. Al-Habib Zein bin Smith dalam al-fawaid al-mukhtarah li salik tariq al-akhirat menjelaskan ini sebagaimana redaksi berikut;

نعم يجوز الهجر مطلقا إذا كان لغرض شرعي كأن كان المهجور فاسقا أو مبتدعا أو يخاف الهاجر على دينه منه، كما كان النبي صلى الله عليه وسلم هجر هلال إبن أمية ومرارة بن الربيع وكعب بن مالك -رضي الله عنهم- وعلى هذا يحمل ما وقع من هجر الصحابة والتابعين بعضهم بعضا.

Memang benar, diperbolehkan untuk mendiamkan seseorang jika ada tujuan syar’i semisal orang yang didiamkan itu adalah orang yang fasik, pelaku bid’ah, atau orang yang berpotensi buruk pada agamanya. Seperti halnya yang pernah dilakukan Rasulullah Saw, ketika beliau mendiamkan Hilal bin Umayyah, Murarah bin Rabi’, dan Ka’ab bin Malik. Kejadian saling mendiamkan yang terjadi di kalangan sahabat dan tabiin pun juga dalam rangka demikian.(Al-fawaid al-mukhtarah li salik tariq al-akhirat, PDF h. 272)

Namun perlu diketahui, bahwa ada beberapa orang yang diharamkan untuk didiamkan. Dijelaskan oleh Al-Habib Zein Smith dalam halaman yang sama:

نعم لا يجوز هجر الوالدين والمشايخ مطلقا، أي ولو لحظة، أو ما هذا معناه.

“Tidak diperbolehkan secara mutlak, untuk mendiamkan kedua orang tua dan guru, bahkan meski dalam durasi waktu yang sebentar.” (h. 272)

Demikianlah sekilas penjelasan mengenai mendiamkan seseorang. Meski dalam beberapa konteks diperbolehkan, seyogyanya tidak dilakukan, sebab semuanya masih bisa dibicarakan dan dikompromikan.

Kontributor

  • Ahmad Hidhir Adib

    Asal dari Pasuruan. Sekarang menempuh studi program Double degree di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada program studi PAI dan Fikih Muqaran dan tinggal Wisma Ma’had Aly UIN Malang.