Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Hikmah Bangsa Arab Dijadikan Pusat Peradaban Islam Pertama

Avatar photo
32
×

Hikmah Bangsa Arab Dijadikan Pusat Peradaban Islam Pertama

Share this article

Sejarah mencatat bangsa Arab merupakan bangsa yang menjadi pusat dakwah sekaligus peradaban pertama Islam. Selama 23 tahun Nabi Muhammad Saw berjibaku, berjuang membangun dan menyebarkan dakwah Islam di tanah gersang itu.

Kota Makkah sebagai tempat perjuangan awal dakwah Nabi Muhammad Saw dan kemudian Madinah (setelah hijrah) sebagai pusat pemerintahan Islam pertama kala itu menjadi saksi bisu kegigihan Nabi Muhammad Saw dalam memperjuangkan dakwah Islam.

Hal ini menarik, karena ketika dilihat dari peradaban maupun letak geografis, bangsa Arab saat itu tertinggal dari bangsa lain di sekitarnya, seperti Romawi dan Persia. Mengapa Nabi Muhammad Saw yang notabene rasul terakhir, turun di tanah yang gersang dan tertinggal?.

Allah SWT berfirman:

الله أعلم حيث يجعل رسالاته

Allah lebih mengetahui sekiranya Ia menurunkan risalah-Nya. (QS. Al-An’am: 124)

Dalam menafsirkan petikan ayat tersebut, Syekh Fakhruddin ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib (atau lebih dikenal dengan Tafsir al-Kabir) menjelaskan:

فالمعنى أن للرسالة موضعا مخصوصا لايصلح وضعها إلا فيه. فمن كان مخصوصا موصوفا بتلك الصفات التى لأجلها يصلح وضع الرسالة فيه كان رسولا وإلا فلا, والعالم بتلك الصفات ليس إلا الله تعالى.

“Maknanya: setiap risalah memiliki tempat khusus yang tidak layak diletakkan kecuali pada tempat tersebut. Dan (juga) seseorang yang memiliki sifat khusus yang karenanya ia layak diberi risalah maka ia akan menjadi rasul. Dan yang mengetahu sifat-sifat tersebut hanyalah Allah.” (Mafatih al-Ghaib, Juz 13 hlm 185, Daar al-fikr 1981).

Bangsa Arab Jadi Pusat Peradaban Islam Pertama

Bangsa Arab dengan segala peradaban dan budayanya yang berkembang saat itu menjadi tempat yang paling tepat sebagai tempat “pertama” turunnya syariat Islam; baik secara letak geografis maupun melihat keadaan bangsa Arab saat itu.

Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam kitabnya Fikih Sirah menyebutkan demikian:

“Jika kita mengetahui keadaan bangsa Arab sebelum Islam dan keadaan bangsa lain yang berada di sekitarnya, akan mudah bagi kita untuk melihat hikmah ketuhanan yang menjadikan Jazirah Arab sebagai tempat kelahiran dan diutusnya Nabi SAW dan (hikmah) bangsa Arab menjadi pusat dakwah Islam pertama.” (Fikih Sirah, hlm 46, Daal al-Fikr 2019).

Secara letak geografis, Jazirah Arab dibatasi Laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah timur dibatasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan, di sebelah selatan dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India dan di sebelah utara dibatasi negeri Syam dan sebagian kecil dari negara Iraq. Mayoritas jazirah Arab merupakan gurun sahara. Letak strategis inilah yang menjadikan bangsa Arab “aman” dari dua imperium besar saat itu; Romawi dan Persia.  

Kemudian, jika melihat kondisi bangsanya, mayoritas bangsa Arab dihuni oleh orang  “ummi” (yang kurang dalam segi pendidikan; tidak bisa baca tulis) Llihat surat Al-Jumuah: 2). Dengan diturunkannya syariat kepada Nabi yang juga ummi hal ini dapat menjadi bukti kuat bahwa al-Qur’an sebagai sumber primer syariat Islam ialah bukan karangan Nabi Saw, melainkan “murni” wahyu dari Allah.  Sehingga hal inilah kemudian menjadi “hikmah ketuhanan” yang amat agung mengapa bangsa Arab menjadi pusat peradaban Islam pertama. 

إن من تتمة هذه الحكمة الالهية أن تكون البيئة التي بعث فيها محمد صم أيضا بيئة أمية بالنسبة للامم الاخرى التي من حولها, أي لم يتطرق إليها شيء من الحضارات المجاوة لها, ولم تتعقد مناهجها الفكرية بشيء من تلك الفلسفات التائهة من حولها. ذلك أنه كما يخشى من دخول الريبة في صدور الناس إذا ما رأوا النبي متعلما مطلعا على الكتب القديمة وتاريخ الامم البائدة وحضارالدول المجاورة, كذلك يخشى من دخول هذه الريبة في الصدور إذا ما ظهرت الدعوة الاسلامية بين أمة لها شأن في الحاضرة والمدنية والفلسفة وتاريخ ذلك, كدولة الفرس أو اليونان أو الرومان, إذ رب مرتاب مبطل يزعم أنها سلسلة التجارب الحضرية والافكار الفلسفية أبدعت أخيرا هذه الحضارة والتشريع المكامل.

“Di antara hikmah ketuhanan (yang melatarbelakangi bangsa Arab sebagai pusat Islam pertama) ialah kondisi bangsa Arab yang ummi saat itu (ummi; kurang pendidikan; tidak bisa baca tulis) jika dinisbatkan pada umat-umat sekitarnya. Sehingga (bangsa Arab) tidak tercampuri baik dalam segi peradaban maupun konsep pemikiran-pemikiran filsafat yang berkembang di sekitarnya. Hal itu terjadi karena, seperti halnya dikhawatirkan akan masuk rasa ragu pada umat jika melihat Nabi SAW mempelajari kitab-kitab terdahulu dan sejarah dan peradaban umat sekitarnya, juga dikhawatirkan akan terjadi keraguan ketika dalam dakwah Islam memiliki identitas peradaban, ajaran yang diperoleh. Seperti (peradaban) pemerintahan Persia, Yunani maupun Romawi. Hal itu akan menimbulkan anggapan bahwa dakwah Islam itu berasal dari hasil pembelajaran Nabi terhadap peradaban serta pemikiran mereka, bukan dari syariat (murni)”. (Fikih Sirah, hlm 47, Daal al-Fikr 2019).

Wallahu a’lam.

Referensi:

1. Mafatih al-Ghaib, karya Fakhruddin ar-Razi, Juz 13, 1981, Beirut: Daar al-Fikr.

2. Rahiq al-Makhtum, karya Safiyurrahman al-Mubarukfuri, 2013, Riyadh: Muntada al-Tsaqafa.

3. Fikih Sirah, karya Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, 2019, Beirut: Daar al-fikr.

Kontributor

  • Alwi Jamalulel Ubab

    Alumni Khas Kempek, Cirebon. Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.