Buya Husein mengawali acara webinar ini dengan lantunan Raja penyair Arab kelahiran Mesir Ahmad Syauqi khusus pada bulan maulid Nabi Muhammad SAW:
ولد الهدى فالكائنات ضيآء
وفم الزمان تبسّم وثناء
الروح والملأ الملائك حوله
للدين والدنيا به بشراء
“Bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah cahaya, memberikan kepada setiap makhluk yang Allah SWT ciptakan, bergembira karena menyambut kelahiran sang pembawa risalah Illahi”
Pastinya kita sudah mengenal sosok Kiai yang akrab dipanggi oleh Buya Husein Muhammad. Beliau kelahiran 9 Mei 1953, di Cirebon. Telah menamatkan studi di al-Azhar Kairo, pada tahun 1983.
Buya husein kembali ke Indonesia kemudian melanjutkan estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Dar at-Tauhid Arjawinangun yang didirikan oleh kakeknya, KH. Syatori. Beliau juga pernah berguru dengan KH. Mahrus Ali Lirboyo, para dosen-dosen di PTIQ Jakarta Pusat dan beberapa para masyayikh al-Azhar Kairo.
Buya Husein kerap menyuarakan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Beliau juga mendirikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat untuk isu-isu hak-hak perempuan, antara lain Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Istitute dan Alimat pada tahun 2001. Hingga akhirnya beliau menjadi Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, pada tahun 2007.
Selain itu juga beliau lantang dalam menyuarakan pluralisme, demokrasi dan hak asasi manusia. Bersama KH. Marzuki Wahid, KH. Faqihuddin Abdul Kodir, KH. Affandi Mochtar mendirikan Perguruan Tinggi Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) di Cirebon pada tahun 2008[1].
Beliau membagi perempuan menjadi dua kondisi dalam dunia jahiliyyah (sebelum Nabi Muhammad SAW hadir), yaitu mataa’ dan mut’ah (Perhiasan dan tempat bersenang-senang). Ajaran Nabi Muhammad SAW dahulu adalah menyembah kepada Allah SWT yang Esa, dan semua makhluk baik perempuan maupun laki-laki itu semua sama di mata Allah SWT. Berangkat dari fonemena ini munculah sebuah pemantik kebencian dari laki-laki yang memegang kekuasaan, bahkan menganggap perempuan itu lemah. Allah SWT dalam firman-Nya :
الرجال قوّامون على النسآء بما فضّل الله بعضهم على بعض وبما أنفقوا من أموالهم فالصّالحات قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله (سورة النسآء: 34)
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah SWT telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karena itu Allah SWT telah memelihara (mereka).”
Teks yang partikular ini mengundang banyak kasus. Bahwa kita bisa mengartikan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi para perempuan. Baik dalam masalah harta waris dan kepemimpinan dalam keluarga. Karena masih banyak sekali budaya ataupun kelompok yang memiliki pemahaman misoginis dan patriarkis yang merebak dalam konteks dunia perempuan.
Kitab ‘Uqud Lujaiin fii bayaani huquuqi al-Zaujayn yang sering kita dengar di kalangan para santri sekaligus menjadi rujukan dan sumber relasi antara pasangan suami dan istri yang tentu akan bermuara kepada laki-laki dan perempuan dalam beberapa problematika yang ada.
Konsep Mubadalah adalah prinsip Islam mengenai kesalingan antara laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan peran-peran gender mereka di ranah domestik dan publik, berdasar pada kesederajatan antara mereka, keadilan serta kemaslahatan bagi keduanya, sehingga yang satu tidak menghegemoni atas yang lain, dan atau menjadi korban kezaliman dari yang lain. Tetapi relasi yang saling menopang, saling bekerjasama, dan saling membantu satu sama lain[2].
Salah satu ciri khas beliau adalah selalu meresapi dan mengkhayati dalam-dalam ketika melantunkan syair-syair atau burdah Imam Bushiri yang khusus dibacakan dalam momentum maulid ini, diantaranya :
بنور رسول الله أشرقت الدنيا
ففي نوره كلّ يجيء ويذهب
بدا مجده من قبل نشأة آدم
وأسماؤه في العرش من قبل تكتب
Berkat cahaya Nabi, dunia menjadi terang benderang.
Di bawah sinar itu, semua datang dan pergi.
Keagungan Muhammad telah tampak sebelum Adam.
Nama-namanya tertulis di singgasana Tuhan.
Sebelum ditulis dalam kitab-kitab suci.
Makkah tempat Muhammad lahir memancarkan cahaya.
Ke seluruh bumi manusia, dan dunia berpendar cahaya.
Andai dia tak lahir. Bumi terbungkus dalam gelap pekat.
Semoga kita semua menjadi pribadi yang selalu merindukan atas menyambut kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW dan meraih syafa’at-Nya ya rabb.
[1] Biografi KH.Husein Muhammad | Profil Ulama> LADUNI.ID.
1 mubadalah.id | seputar metode mubadalah| KH. Faqih Abdul Qadir.