Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Yusri: Larangan Melampaui Batas dalam Berdoa

Avatar photo
45
×

Syekh Yusri: Larangan Melampaui Batas dalam Berdoa

Share this article

Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani hafidzahullah dalam pengajian Shahih al-Bukhari menjelaskan, bahwa di antara adab dalam berdoa adalah dengan tidak melewati batas atau berlebihan.

Adab berdoa ini sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kalian kepada Tuhan kalian dengan penuh merendah diri dan ketengangan, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas (dalam berdoa).” (QS. Al A’raf: 55)

Di antara hal yang termasuk melampaui batas dalam berdoa adalah mendoakan kejelekan terhadap seorang muslim. “Sezalim apapun muslim itu,” tambah Syekh Yusri.

Ukhuwwah Islam adalah tali yang tidak pernah akan terputuskan sehingga tidak memperbolehkkan seseorang untuk berdoa kejelekan terhadap orang yang menzaliminya apalagi untuk membalas dengan kezaliman juga.

Hal ini sesuai dengan ajaran baginda Nabi SAW. Beliau bersabda:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu, entah dia adalah orang yang zalim ataupun dizalimi.” (HR. Bukhari)

Lantas bagaimanakah kita menolong seorang yang zalim?

Syek Yusri dalam pengajian lainnya menjelaskan, yaitu dengan cara memberikan nasihat kepadanya, tentunya tidak di depan khalayak umum, serta memintakan taufiq dan hidayah kepada Allah untuknya. Adapun orang yang dizalimi, kita bantu untuk mendapatkan hak-haknya.

Lihatlah Baginda Nabi SAW, orang yang paling banyak mendapatkan kezaliman dari kaumnya, akan tetapi selalu mendoakan kebaikan untuk mereka.

Sepulang berdakwah di Thaif, Nabi pulang dengan penuh kesedihan, karena mereka menolak dakwahnya bahkan membuatnya terluka. Akan tetapi beliau berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ

“Ya Allah ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.” (HR. Bukhari)

Bahkan doa Baginda Nabi SAW kepada orang kafir pun adalah rahmah. Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan:

اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِى يُوسُفَ وَأَهْلُ الْمَشْرِقِ يَوْمَئِذٍ مِنْ مُضَرَ مُخَالِفُونَ لَهُ

“Wahai Allah tambahkanlah hukumanmu untuk Mudhar, berikanlah kepada mereka paceklik (kekurangan pangan) seperti pada masa Nabi Yusuf AS.” (HR. Bukhari)

Pada waktu itu, kabilah Mudhar adalah masyarakat yang kafir terhadap dakwah Nabi SAW.

Baginda Nabi SAW tidak mendoakan su’ul khatimah untuk mereka, atau meminta Allah untuk menurunkan siksa kepada mereka sehingga mati dalam keadaan kafir, akan tetapi baginda meminta agar Allah memberikan cobaan dengan hukuman yang bersifat duniawi, yaitu kurangnya bahan pangan, sehingga mereka menerima dakwah Nabi dan kembali kepada Allah ta’ala.

Baca tulisan menarik lainnya tentang Syekh Yusri di sini.

Kontributor

  • Antony Oktavian

    Alumni MA Al Hikmah 2 Benda Brebes. Sekarang menempuh studi di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.