Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Menyoal Tanda Hitam di Jidat

Avatar photo
34
×

Menyoal Tanda Hitam di Jidat

Share this article

Sebagian muslim memiliki tanda hitam di jidat.
Sebagian mereka menganggapnya sebagai tanda kesalehan karena dianggap bukti
banyak sujud. Tapi tentu ada yang tidak demikian, melainkan menganggapnya
sebagai tanda natural saja karena sering shalat.

Dan, ada juga orang yang rajin shalat, tapi tidak
punya tanda hitam di jidatnya.

Saya akan membahas soal mereka yang menyengaja
menghitamkan jidatnya, karena termotivasi oleh surat al-Fath ayat 29:

سِيمَاهُمْ
فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ

“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud.”

Ada hadits yang bisa membantu kita mendapatkan
kejelasan soal perkara tanda hitam di jidat ini. Dari Salim ibn an-Nadhar, ia
berkata bahwa pernah ada seseorang yang datang kepada Ibnu Umar, memberi salam.
Kemudian Ibnu Umar bertanya kepada orang itu, “Siapa kamu?”

Orang itu menjawab, “Aku adalah anak asuhmu, si
fulan.” 

Ibnu Umar melihat tanda hidam di jidat orang itu,
kemudian bertanya, “Apa maksud tanda yang ada di antara dua matamu itu? Aku
telah menemani Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, apakah kamu lihat
ada tanda hitam di dahiku ini?” (HR. al-Baihaqi, dalam Sunan Kubra no.
3698).

Dalam hadits lain dijelaskan bahwa Humaid sedang
bersama As-Saib bin Yazid, kemudian datang seseorang bernama Az-Zubair bin Suhail
yang memiliki tanda hitam di dahinya. As-Saib bin Yazid lantas berkata, “Dia
telah merusak wajahnya. Demi Allah, itu bukan yang dimaksud tanda sujud (dalam
surat Al-Fath ayat 29). Demi Allah, aku telah melaksanakan shalat sekian lama,
tapi tidak ada tanda (hitam) di dahiku.” (HR. al-Baihaqi, Sunan Kubra,
1073).

Syaikh ash-Shawi, dalam kitab tafsirnya menjelaskan
soal apa yang dimaksud dengan tanda sujud dalam surat Al-Fath ayat 29.

Beliau menerangkan bahwa soal tanda sujud ini, ada
beberapa pendapat ulama: ada yang menyatakan bahwa tanda sujud itu adalah wajah
yang bercahaya seperti bulan purnama pada hari kiamat (di akhirat).

Ada juga yang menyatakan bahwa tanda sujud yang
dimaksud adalah wajah yang pucat karena kurang tidur akibat bergadang
mengerjakan shalat di malam hari.

Ada juga yang menyatakan bahwa tanda sujud adalah
keantengan tubuh hingga tampak seperti orang sakit, padahal tidak sakit. Yang
jelas, tanda sujud (yang dimaksud dalam ayat di atas) bukan seperti yang
dilakukan oleh orang-orang bodoh dan suka pamer (riya), yaitu tanda hitam di
dahi. Perbuatan itu adalah perbuatan orang-orang Khawarij. (Hasyiah Ash-Shawi,
juz 4, hal. 98).

Jadi begitulah duduk perkara soal tanda hitam di
dahi atau jidat. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Taufik Damas

    Alumni Universitas al-Azhar Mesir, penulis dan tokoh Nahdatul Ulama. Menjabat sebagai Wakil Katib Syuriah PWNU Jakarta dan pengasuh program "Artis Bertanya Kiai Menjawab" di TVNU.