Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Traveling Sebagai Refleksi Iman

Avatar photo
39
×

Traveling Sebagai Refleksi Iman

Share this article

Masa-masa liburan terkadang dinikmati dengan traveling atau jalan-jalan. Bahkan tidak jarang yang menjadikannya sebagai hobi.

Namun, tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa traveling
hanyalah kegiatan menghamburkan uang tanpa adanya manfaat yang didapatkan.
Lantas sebenarnya bagaimana dalam perspektif Islam tentang traveling?

Pada dasarnya Islam tidak melarang pemeluknya untuk melakukan
traveling
. Agama ini memperbolehkan dan bahkan menganjurkan traveling sepanjang dilakukan
dengan tujuan yang dilegalkan.

Seperti, bepergian di muka bumi yang dilakukan dengan tujuan
untuk melihat keindahan ciptaan Allah, atau sebagai sebuah pelajaran untuk
mengingat binasanya umat sebelum diutusnya
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ
فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan
perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang
yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang
kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu.”
(QS.
Muhammad: 10)

Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab tafsir
Mafatihul Gh
aib memberikan dua penafsiran secara
ringkas.

Pertama, mengenai lafadz (وَلِلْكَافِرِينَ)
ialah orang-orang yang mengin
gkari dan membohongi kenabian Nabi Muhammad
saw.

Kedua, mengenai ayat (أَمْثَالُهَا)
yaitu orang-orang yang dibinasakan oleh Allah swt sebelum diutusnya nabi
Muhammad sebagai referensi bagi umat
Nabi Muhammad saw.

Dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa ada ancaman secara
khusus bagi umat Nabi Muhammad yang melakukan traveling tanpa disertai dengan
renungan atas kekuasaan Allah dan pedihnya siksaan-Nya bagi mereka yang
mengingkari utusan-Nya.

Apa Pentingnya Traveling?

Pentingnya adalah ketika rekreasi dilakukan dengan tujuan
yang benar; yaitu dengan tujuan ingin melihat kekuasaan Allah subhanahu wa
ta’ala
.  Sebab, dengan tujuan
demikian bisa meningkatkan kualitas keimanan dan kemantapan hati pada Allah dan
Rasulullah.

Mengingat dibinasakannya umat sebelum Nabi Muhammad
akan menjadikan manusia takut untuk melakukan maksiat, sehingga traveling bisa
membantu agar tidak melakukan maksiat.
Termasuk mengingat kejadian dibinasakannya umat Nabi Nuh, Nabi Luth, dan
yang lain. Seperti apakah nasib mereka setelah mendustai dan membohongi nabi
mereka?

Oleh sebab itu, sejatinya Islam tidak melarang melakukan traveling
sepanjang tujuannya adalah melihat keindahan ciptaan Allah dan betapa pedih
siksaan yang menimpa umat-umat sebelum umat Rasulullah.

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

“Katakanlah (Muhammad), Berjalanlah
kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa
.’ (QS. An-Naml: 69)

Ayat di atas merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad agar
menyuruh umatnya melakukan traveling dan melihat
kondisi saat ini dari rumah-rumah umat sebelumnya yang
mendustai nabi mereka? Tidakkah Allah hancurkan rumah dan tempat tinggal mereka
dengan semua keluarganya yang mengingkari para nabi
dan menolak nasihat
mereka, bahkan menampakkan permusuhan pada mereka
?! Dan semua itu merupakan sunnatullah
yang Allah berikan kepada orang-orang yang mendustai nabi

Yang terpenting dalam melakukan traveling adalah mengingat
betapa agung dan besarnya kekuasaan Allah swt, tidak ada yang bisa
menghentikannya serta tidak ada yang bisa menghalanginya. Tidakkah cukup
sebagai bukti bahwa Allah selalu membinasakan orang-orang yang mengingkari
nabinya. Seperti peristiwa yang dialami oleh kaum
Nabi Nuh, Nabi Luth, dan
nabi-nabi yang lain. Tidak cukupkah sebagai bukti bahwa orang yang
mengingkari Rasulullah akan kalah sebagaimana peristiwa yang terjadi saat Perang
Badar dan Fathu Makkah?!

Kejadian sebagaimana yang alami oleh umat nabi sebelumnya
merupakan sebuah bahan renungan penting bagi umat Islam saat ini, bahwa traveling
bukan sekadar hobi, tapi lebih dari semua itu bisa menambah keimanan apabila
disertai dengan renungan atas kekuasaan Allah swt. yang sangat luar biasa.

Kontributor

  • Sunnatullah

    Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.