Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Hikmah dan Manfaat Melestarikan Petilasan Orang Shaleh

Avatar photo
44
×

Hikmah dan Manfaat Melestarikan Petilasan Orang Shaleh

Share this article

Dekat masjid Imam Ibn Atha’ al-Sakandari di daerah pegunungan Muqattam Mesir terdapat petilasan dengan ukuran + 2 meter persegi berbentuk ruang pengimaman masjid dengan makam-makam mengelilingi sekitarnya. Petilasan ini terawat sangat baik dengan pintu yang bertulis Mirāb al-Sayyidah Nafīsah Raiya Allāh ‘anhāh.

Sayyidah Nafisah adalah putri sayyid Hasan al-Anwar bin sayyid Zaid bin Sayyiduna Hasan al-Sib ra. (cucu Rasulillah saw). Figur wanita shalehah yang sering menjadi rujukan Imam Syafi’i ra. di kala hati gunda dan butuh siraman rohani serta doa. 

Beliau adalah Ummu Masr (ibundanya penduduk Mesir) sebab semua kalangan di zamannya merasakan betul keberkahan nasihat, ilmu dan doa beliau. Makam beliau di daerah al-Khalifah Kairo tidak pernah sepi dari peziarah hingga berdirilah masjid megah yang luas di area makam.

Bagi para pencari berkah, petilasan sayyidah Nafisah menjadi daya tarik sendiri di samping makam beliau. Hal ini tidak lepas dari pemahaman yang baik tentang Hadis Nabi saw. yang juga bertabarruk (mencari berkah) pada petilasan Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. saat peristiwa Isra’.

Diriwayatkan oleh Imam al-Tabrani, al-Baihaqi, al-Bazzar yang kemudian dishahihkan oleh Imam al-Tabrani dalam Dalā’il al-Nubuwwah:

أن النبي صلى الله عليه وسلم لما أسري به مر بأرض ذات نخل، فأمره جبريل عليه السلام أن ينزل من فوق البراق ليصلي، فصلى ثم أخبره أن المكان الذي فيه هو يثرب أو طيبة، وإليها المهاجرة، ثم أمره أن يصلي عندما مر بمدين عند شجرة موسى، وهي التي استظل بها بعد أن سقي الغنم للمرأتين قبل أن يلتقي بأبيهما، كما قال بعض الشراح، ولما مر الركب بطور سيناء أمره أن يصلي أيضا، وذلك حيث كلم الله موسى، وعند المرور ببيت لحم صلي أيضا، وذلك حيث ولد عيسى بن مريم

“Sesungguhnya Nabi saw. saat peristiwa Isra’ melewati sebuah tempat yang memiliki kebun kurma. Malaikat Jibril meminta Nabi saw. untuk turun dari atas Burāq agar shalat. Nabi pun shalat lalu Jibril mengabari beliau bahwa tempat yang dibuat shalat oleh beliau bernama Yastrib atau Tayyibah, ke situlah nanti tempat hijrah. Kemudian Malaikat Jibril meminta Nabi saw. shalat juga saat melewati tanah Madyan di dekat pohon di mana Nabi Musa as. pernah berteduh pasca membantu memberikan minum pada kambing kembalaan dua wanita sebelum akhirnya Nabi Musa as. dipertemukan dengan ayah kedua wanita tersebut (yaitu Nabi Syu’aib as.) –hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa ulama. Kemudian saat melewati bukit ūr Sīnā’, Malaikat Jibril juga meminta Nabi saw. untuk shalat. Tempat di mana Allah swt. berfirman pada Nabi Musa as. dan saat melewati Bayt Lam Nabi saw. (juga) shalat, yaitu sebuah tempat kelahirannya Nabi Isa as.”

Perintah untuk bertabarruk juga terkandung manakala Nabi saw. dan para sahabat akan berjalan di atas gunung Jumdan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra. bahwa baginda Nabi saw. berjalan di salah satu jalan kota Mekah, beliau melalui sebuah gunung yang bernama Jumdan dan beliau bersabda:

سيروا، هذا جمدان، سبق المفردون، قيل: وما المفردون يا رسول الله؟ قال: الذاكرون الله كثيرا والذاكرات

“Berjalanlah di gunung Jumdan ini, sungguh kaum Mufarridūn pernah melaluinya.” Para Sahabat bertanya: “Siapakah kaum Mufarridūn itu wahai Rasulullah?” Baginda menjawab: “Mereka para lelaki dan wanita yang banyak berzikir mengingati Allah swt.”

Melestarikan petilasan orang shaleh merupakan bentuk dari pengamalan hadis tentang tabarruk bi athār al-āliīn (mencari keberkahan dengan jejaknya orang-orang shaleh). Di mana dengan adanya petilasan itu yang terus dirawat dan dijaga akan memudahkan orang lain secara turun temurun mengambil berkah di petilasan tersebut dan mengenang bagaimana orang shaleh tersebut pernah menetap dzikir beribadah pada Allah swt. di tempat tersebut.

Sehingga petilasan orang shaleh itu setidaknya mengandung dua hal, pertama bahwa petilasan itu terberkahi sebab telah menjadi tempat singgah dan menetapnya orang shaleh yang berdzikir. Kedua bahwa petilasan itu menjadi sebab turunnya rahmat dan pelajaran berharga karena dapat mengingatkan akan cerita figur orang shaleh.

Dikatakan dalam Sunan al-Muhtadīn fī Muqāmāt al-Dīn karya Ibnu al-Mawwaq:

الحِكَايَات جُنْدٌ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ يُثَبِّتُ اللهُ بِهَا قُلُوْبَ العَارِفِيْنَ مِنْ عِبَادِهِ

Cerita-cerita (hikayat) adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hatinya orang-orang arif dari hamba-hambaNya.

Hal senada juga disampaikan dalam alā al-Ummah fī ‘Uluw al-Himmah karya Sayyid Husain al-‘Afani:

الحِكَايَات جُنْدٌ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ يُثَبِّتُ اللهُ بِهَا قُلُوْبَ أوْلِيَائِهِ….. وَقَالَ الجُنَيد: الحِكَايَات جُنْدٌ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ يُقَوِّي بِهَا إيمَان المُرِيدِين (شَاهِدًا بِـسورة هود – الأية 120)

Hikayat adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hatinya para kekasihNya (waliyullah). Imam Junaid berkata,Hikayat adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat menguatkan keimanannya para murid (beliau berdalil dengan QS. Hud [11]: 120).

Oleh karena itu, Imam Abu Hanifah ra. dalam alā al-Ummah berkata:

الحكاياتُ عن العلماءِ ومحاسنِهم أحبُّ إليَّ من كثيرٍ من الفقه، لأنها آدابُ القوم

Hikayat tentang para ulama dan kebaikan-kebaikan mereka lebih saya sukai daripada banyaknya pengetahuan fikih, sebab sesungguhnya di dalam hikayat terdapat (pelajaran) adab sekelompok orang.” Wallahu a’lam.

 

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.