Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Khotbah Jumat Syekh Yusri: Cara Menyikapi Takdir

Avatar photo
27
×

Khotbah Jumat Syekh Yusri: Cara Menyikapi Takdir

Share this article

Syekh Yusri Rusydi Gabr al-Hasani hafizahullah dalam khotbah Jumat (2/10) kemarin menyampaikan bahwa segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT menakdirkan. Tidak ada yang bisa menolak apa yang ditakdirkan. Allah Maha Mengatur.

“Semua yang terjadi adalah perbuatan-Nya, tidak ada pilihan kecuali kamu ridha,” tutur Syekh Yusri. Barang siapa ridha, maka dia akan mendapatkan ridha-Nya. Dan barang siapa murka, maka dia akan mendapatkan kemurkaan.

Di balik pengaturan-Nya tersimpan banyak hikmah, yang boleh jadi tidak mampu dicerna akal. “Jangan jadikan akalmu menghakimi perbuatan Tuhanmu!” tegas beliau.

Pengetahuan Allah SWT meliputi segala sesuatu. Boleh jadi kamu melihat sesuatu sebagai hal baik, padahal di dalamnya ada keburukan. Manusia sering tergesa-gesa karena pendek pandangan.

Dengan keindahan pengaturan dan kelembutan-Nya, Allah SWT kadang mendatangkan kemanfaatan dengan sesuatu yang berbahaya. Begitu juga sebaliknya. Dia merahasiakan kemanfaatan dalam mudarat, dan merahasiakan kemudaratan dalam manfaat.

Syekh Yusri menyampaikan, “Jika Dia menghalangimu dari memperoleh apa yang kamu inginkan, maka jangan kamu mengira bahwa Dia membencimu. Dia selalu Mahalembut padamu, baik saat memberimu ataupun saat tidak memberimu.”

Baca juga: Syekh Yusri: Biaya Pernikahan Itu Seumur Hidup

Seandainya Dia menganugerahimu semua yang orang inginkan, karena Dia memang Mahakuasa, maka dia tentu akan menjadi seorang yang jahat dan zalim. Dia yang menciptakan manusia dan mengetahui hakikatnya.

Ini tidak jauh beda dari kita mengurus anak-anak kita pada zaman sekarang dengan memberikan semua yang mereka inginkan. Kita sekolahkan mereka di sekolah paling mahal. Setiap apa yang mereka tunjuk, kita berikan. Pemenuhan keinginan mereka akan melahirkan perilaku ‘uquq (membangkang dan tidak berbakti) karena mereka merasa bisa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah. Akibatnya, mereka tidak kuat memikul kesulitan demi usaha mendapatkan sesuatu.

Syekh Yusri melanjutkan, “Kita melihat anak-anak ini setelah dibesarkan dengan banyak biaya akan jadi anak yang tidak berbakti. Karena para orang tua mendidik dengan terus mengabulkan keinginan mereka tanpa pernah menolak.”

“Seandainya Allah SWT memberimu tanpa pernah menolak, maka kamu akan rusak seperti rusaknya anak-anak yang dimanjakan kedua orang tuanya,” kata Syekh Yusri. Mereka tumbuh besar tanpa bakti kepada orang tua. Sebagian tidak sanggup mengurus orang tuanya yang sakit atau bahkan tidak sanggup menerima jasad orang tua mereka yang meninggal untuk dikuburkan.

“Itu karena didikannya tidak sesuai dengan manhaj ilahi dalam memperbaiki nafsu manusia,” lanjut beliau, “jika semua yang diinginkan dipenuhi, maka nafsu itu akan menjadi takabur atau sombong.”

Ketika Allah SWT tidak membiarkanmu untuk menggapai apa yang kamu inginkan, berarti hal itu mengajarkan kepadamu untuk bersungguh-sungguh dalam berjuang. Dia menumbuhkan semangat dalam dirimu.

“Jika semua didapat dengan mudah, maka mana usaha dan semangatmu?! Yang ada hanya berdiam diri dan kemalasan,” tandas beliau.

Allah SWT menginginkanmu menjadi seorang yang berjuang dan bersungguh-sungguh agar Dia memberimu pahala atas usahamu. Bila Dia tidak memberimu, bukan berarti Dia menghalangimu, akan tetapi Dia menginginkanmu untuk bersikap dewasa. Dia menginginkanmu untuk mengenal-Nya dalam bagaimanapun keadaanmu.

Baca juga: Kiat Menghafal Al-Quran Tanpa Pernah Lupa Ala Syekh Yusri

Jangan sampai kamu protes! Orang yang protes akan terusir dari rahmat-Nya. Kamu mesti ridha dan menerima sepenuhnya dengan hati setelah menerima dengan pikiranmu. Allah SWT betul-betul memandang hatimu. Boleh jadi kamu menerima secara pikiran tapi hatimu protes.

Cara untuk menumbuhkan ridha dan penerimaan dalam hati adalah dengan membaca kalam Allah (Al-Qur’an) dan nasehat Rasulullah SAW.

Akal dan pikiran membahas dalil dan ilmu, sedangkan hati adaah tempat makrifat yang berdiri dengan dasar keyakinan. Begitu banyak orang yang mengetahui dengan pikiran tanpa keyakinan, seperti halnya para perokok mengetahui bahaya rokok tapi terus-menerus merokok, meskipun membahayakan keluarganya.

“Keyakinanlah yang mengubah ilmu menjadi amal,” kata Syekh Yusri.

Disadur dari khotbah Jum’at Syekh Yusri pada 2 Oktober kemarin. Selengkapnya, dapat disaksikan di sini.

Kontributor

  • Hilma Rosyida Ahmad

    Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.