Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Momen-momen Spesial Baginda Rasulullah Mendidik Sahabat

Avatar photo
53
×

Momen-momen Spesial Baginda Rasulullah Mendidik Sahabat

Share this article

Rasulullah adalah pendidik terbaik. Ia, dengan cinta kasihnya, sepertinya selalu menemukan spesial momen sehingga nilai-nilai yang ia tanamkan dapat dengan mudah terpatri dalam hati santri-santrinya. Perilaku yang tampak negatif ia sulap sehingga justru menjadi berkah pendidikan.

Seorang Bedui datang memasuki masjid Rasulullah saw. Lalu ia shalat dua rakaat dan berdoa, “Wahai Allah, ramhati saya dan (Nabi) Muhammad. Jangan rahmati seorang pun bersama kami!”

Rasulullah tak marah dibuatnya. Dia hanya mengingatkan bahwa itu tak benar sama sekali. Kata Baginda Rasul, “Engkau telah memagari sesuatu yang sangat luas!”

Tak berselang lama, Si Bedui buang air kecil di masjid. Kesalahan yang kedua ini secara emosional serasa lebih parah. Sejumlah sahabat berdiri bergegas melerainya, “Mah! Mah!.” Artinya: tahan!

Akan tetapi, air seni jika tengah keluar rasanya sangat sulit dihentikan. Jika dipaksakan mungkin akan berakibat sakit yang boleh jadi tak tertahankan. Rasul pun berkata kepada para sahabat itu, “Jangan putuskan dia (dari pipisnya)! Biarkan saja dia!”

Rasul memanggil Si Bedui usai dia menyelesaikan hajatnya, lalu menasihatinya dengan penuh hikmah, “Masjid-masjid ini tak pantas untuk sedikit pun dari air seni dan kotoran. (Masjid-masjid) itu diperuntukkan bagi dzikir Allah, shalat dan membaca Al-Quran.”

Sementara kepada para Sahabat yang melerainya dengan keras tadi, Baginda Rasul mengingatkan agar menjadi pendidik-pendidik yang baik.

Kata Rasul, “Sesungguhnya kamu semua mengemban tugas dengan memberi kemudahan-kemudahan, bukan dengan memberi kesulitan-kesulitan.”

Kepada mereka Rasul juga memerintahkan untuk menuangkan air pada kotoran yang ditinggalkan oleh Si Bedui tadi.

Si Bedui begitu terkesan dengan cara Rasul mendidik. Katanya, “Ia (Baginda Rasul) lalu berdiri menuju kepadaku. Demi Ayah dan Ibuku, beliau tidak mengumpat, tidak berkata keras, dan tidak memukul.”

Umar bin Abi Salamah ditinggal Sang Ayah saat masih kanak-kanak. Ayahnya, Abi Salamah, wafat akibat luka-luka yang menimpanya dalam sebuah peperangan. Ibunya, Ummu Salamah, lalu dinikahi oleh Baginda Rasul saw. Ia dan saudara-saudaranya yang lain telah menjadi bagian dari keluarga Baginda Rasul. Semua dididiknya dengan sepenuh cinta.

Suatu saat, di sebuah jamuan makan, Umar berada dalam pangkuan Baginda Rasul. Tangannya bergerak kesana-kemari pada sebuah nampan. Situasi yang kurang pas ini diubah oleh Rasulullah saw. menjadi momen yang istimewa untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan.

“Wahai Ghulam,” kata Baginda Rasul dengan sepenuh cinta, “bacalah basmalah, gunakan tangan kananmu, dan makanlah sebagian dari yang ada di sisimu.”

Umar sangat terkesan dengan momen tersebut. Ia tak pernah melupakannya. “Sejak saat itu, begitulah cara makanku,” kata Umar di kemudian hari.

Kontributor

  • Abdul Ghofur Maimoen

    Nama lengkapnya Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, Lc., MA. Setelah menyelesaikan studi doktoral di Universitas Al-Azhar Mesir, kini beliau menjadi pengasuh PP. Al-Anwar 3 Sarang-Rembang, Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Anwar, Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.