Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Istana Ras Al Tin, dari Aly Pasha hingga Raja Farouk

Avatar photo
34
×

Istana Ras Al Tin, dari Aly Pasha hingga Raja Farouk

Share this article

Istana Ras Al Tin mungkin tak sepopuler istana Raja Farouk di Taman Montazah yang sangat asri itu. Wajar saja, selain memang sudah dialih fungsikan, istana bersejarah ini juga berada di lingkungan yang tidak semenawan Montazah.

Maka harap maklum, jika ketua rombongan Anda tidak memasukan istana Ras Al Tin ini ke dalam destinasi wisata di Alexandria, Mesir. Ya memang istana ini kurang begitu pepuler. Apa lagi jika hanya sebagai turis yang mampir sehari.

Saking tak terkenalnya, teman-teman mahasiswa atau pekerja yang tinggal di Alexandria pun banyak yang belum pernah melihat istana Ras Al Tin ini. Mungkin agar tidak penasaran, saya coba tuliskan sedikit tentang istana yang dibangun oleh pendiri dinasti Muhammad Aly (Usrah Alawiyah Masriyah) ini.

Kebetulan sekali, hari ini adalah tanggal 23 Juli, hari ini adalah hari nasional bagi Mesir, memperingati Revolusi 23 Juli 1952. Seperti hari ini, 68 tahun yang lalu, Raja Farouk, raja terakhir dari dinasti Muhammad Aly dilengserkan oleh anggota Angkatan Bersenjata Mesir yang menamakan diri sebagai Dewan Revolusi. 

Di istana Ras Al Tin ini, Farouk menyerahkan tahtanya, menandatangani pengunduran dirinya sebagai Raja Mesir. Kenapa dia dikudeta, kenapa diturunkan? Tentu banyak sekali alasannya, dan itu terkait dengan sejarah revolusi 23 Juli. Hari ini kita ngobrol tentang istana Ras Al Tim. 

Beberapa obyek wisata yang sering dikunjungi di Alexandria antara lain Taman Montaza, Benteng Qaitbay, The Royal Jewelry Museum, Graeco-Roman Museum, Ancient roman Amphitheater, Bibliotheka Alexandrina, termasuk obyek wisata Religi seperti Makam Sheikh Aboul Abbas al Morsy, makam Sheikh Al Busyiri, Makam Nabi Daniel dan lain-lain. Tapi istana Ras Al Tin seringkali sudah tidak masuk dalam daftar kunjungan.

Lokasi Istana Ras Al Tin, tidak jauh dari Benteng Qaitbay, juga dari Pelabuhan Alexandria. Ia adalah salah satu peninggalan bersejarah di Alexandria. Dia satu-satunya istana yang menyaksikan berdirinya Dinasti Muhamad Aly Pasha dan sekaligus menjadi saksi perjalanannya hingga dinasti itu runtuh. 

Istana ini juga yang menyaksikan pergantian dari satu raja dinasti Muhammad Aly ke penerusnya, dan dari bentuk Mesir kerajaan ke Republik. Istana ini sempat mengiringi kepergian Raja Farouk yang terpaksa meninggalkan Mesir pada 26 Juli 1952 dari Pelabuhan Ras Al Tin. Bersama keluarganya dia berlayar menggunakan Yacht menuju Eropa.

Muhammad Aly Pasha mulai membangun istana ini pada 1834M dan diresmikan pada 1847M. Istana yang masa pembangunannya memakan waktu 11 tahun  ini melengkapi istana-istana lain yang sudah ada sebelumnya di Alexandria, seperti istana Mahmoudiyah dan istana Ibrahim Pasha. 

Pada awal pembangunannya, istana yang yang dirancang dan dibangun oleh arsitek Yezi Bek Bersama dua asistennya La Vial dan Le Veroige  ini menyerupai bangunan-bangunan di Eropa, karena di Alexandrian saat itu banyak warga Eropa, sehingga bangunannya pun rata-rata ala Eropa. 

Suasan dalam Istana Ras Al Tin, Alexandria, Mesir

Istana seluas hampir dua hektar ini dibangun di atas tanah seluas 12 feddan (atau sekitar 5 hektar). Salah satu penerus Muhammad Aly, yaitu cucunya, Khedive Ismail melengkapi istana dengan telepon untuk memudahkan komunikasi, dan membangun private railway station di dalam istana untuk perjalanan Royal Train Alexandria – Cairo. Selain itu, Khedive Ismail juga melakukan renovasi di beberapa bagian istana.

Pada masa Raja Fouad, yaitu sekitar tahun 1920, istana Ras Al Tin direnovasi untuk yang kedua. Banyak perubahan dilakukan, dan cenderung lebih modern, mirip dengan istana Abidin di Cairo yang dibangun oleh Khedive Ismail dari 1863-1874. Raja Fouad juga membangun kolam renang, membangun hall besar untuk berbagai acara dan memperindah taman di dalam istana. 

Setelah perang dunia II, Raja Farouk membangun kolam renang laut yang dibatasi dengan pemecah gelombang. Kolam laut ini terhubung ke istana melalui jalan di atas pemecah gelombang yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Di sebelah kolam renang laut dibangun rumah peristirahatan berperabotan lengkap dengan kamar tidur, ruang tamu, dapur, ruang staf, dan area penyimpanan untuk peralatan.

Sejarah penamaan istana Ras Al Tin sebenarnya tidak ada yang istimewa, seperti juga sejarah penamaan sebuah tempat di riwayat-riwayat babat tanah jawi atau yang sering kita dengar di kisah-kisah cerita rakyat.

Istana tersebut dinamakan Ras Al Tin, karena sebelum dibangun istrana, tanah tersebut di kenal oleh masayarakat sebagai perkebunan buah Al Tin. Pohon buah Al Tin di sana sangat luas dan pohonnya sangat lebat. Maka setelah dibangun istrana, istananya dinamakan Ras Al Tin. 

Istana yang berdiri di pinggir pantai laut mediterania ini, dari jauh tampak sangat megah, interiornyapun sangat lux dan terkesan mewah. Di istana ini, Raja Farouk sering mengadakan acara Bersama masyarakat.

Antara lain acara-acara buka bersama di bulan Ramadhan, dari istana ini juga biasanya kiswah ka`bah dilepas untuk diberangkatkan dari Mesir menuju Makkah, Arab Saudi menggantikan penutup ka`bah yang sudah dipakai setahun sebelumnya. 

Untuk saat ini, tidak mudah mengambil gambar istana Ras Al Tin bersejarah tersbut. Maka photo-photo di tulisan ini adalah arsip yang saya ambil dari internet.

Kontributor

  • Muhlashon Jalaluddin

    Ustadz Mukhlason Jalaluddin, Lc, MA. adalah Rais Syuriah PCINU Mesir. Sehari-harinya berkantor di KBRI Cairo. Penikmat sejarah dan penulis buku ini berasal dari Jombang.