Artikel

Kala Mahmoud Darwish Menjadi Mimpi Buruk Bangsa Israel

12 Aug 2020 05:03 WIB
1748
.
Kala Mahmoud Darwish Menjadi Mimpi Buruk Bangsa Israel

Meski Mahmoud Darwish sudah wafat 12 tahun lalu, tepat pada 9 Agustus 2008, perdebatan soal mempertahankan pembelajaran bait-bait puisinya pada mata pelajaran sastra di Israel masih terus berlanjut.  

Asal diketahui, mapel sastra di sekolah-sekolah Israel tidak menyertakan sajak-sajak nasionalis Mahmoud Darwish. Apakah orang-orang Israel akan membiarkan puisi penyair Palestina itu tetap ada di kurikulum pelajaran sastra ataukah bakal menghilangkannya?

Kisah perdebatan ini bermula pada tahun 2000. Menteri Pendidikan Israel saat itu, Yusi Sarid yang juga seorag politikus, penulis sekaligus penyair menetapkan untuk memasukkan sebagian teks puisi Mahmoud Darwish di beberapa sekolah Arab. “Dia benar-benar tahu kredibilitas penyair Palestina itu.” tulis situs mc-doualiya.com Minggu (9/8).

Namun seorang politikus sayap kanan Yahudi menentang keputusan itu. Dia menuntut untuk meneruskan pembelajaran puisi-puisi Hayim Nahman Biyalik, penyair berkebangsaan Israel yang populer dengan puisi dan artikelnya tentang zionisme.

Suatu ketika Biyalik pernah mengatakan bahwa dia membenci kelompok orang Yahudi Timur yang berasal dari jazirah Iberia (Sefardim), sebab mereka menyerupai orang Arab.

Baca juga:

Perdebatan berlanjut di Knesst. Sebagian anggota parlemen melayangkan mosi tidak percaya terhadap Yossi Sarid. Uzi Landau, anggota Partai Likud mengecam menteri pendidikan tersebut dan menuduhnya anggota sayap kiri yang mengizinkan sekolah-sekolah Arab di Israel memperingati peristiwa Pembantaian Kfar Qasim di sekolah.

Uzi Landau lebih lanjut mengatakan bahwa yang paling berbahaya adalah orang yang menuntut agar lagu-lagu religi Yahudi dihapuskan, perubahan sistem pendidikan dan penutupan Kantor Berita Israel. “Sekarang peranan Mahmoud Darwish muncul menggeser Hayim Biyalik.  Zionisme sedang dalam bahaya,” kata Landau.

Anggota parlemen dari partai sayap kanan itu mengaku belum pernah membaca puisi-puisi Mahmoud Darwish. Dia kerap mengikutip terjemahan karyanya oleh seorang Yahudi Timur, Sasson Somekh. Nama terakhir ini turut serta mendirikan Jurusan Bahasa dan sastra Arab di Universitas Tel Aviv.

Sejak saat itu, dia mulai membaca puisi-puisi Darwish. Di antaranya adalah puisi yang berjudul ‘Âbirûn fil Kalâm ‘Âbir (Passers between the Passing Words) yang di dalamnya terdapat sepenggal kalimat berbunyi, “Wahai kalian yang memapasi kata-kata yang berlalu pergi, pikul sendiri pada nama-nama kalian dan pergilah berlalu.”

Landau berkata, “Singkat kata, Darwish membenci kita.”

Mantan Perdana menteri Israel Ehud Barak menolak permintaan parlemen di atas, sebab negaranya tidak akan menerima hal tersebut. Beberapa bulan kemudian, Yossi Sarid mundur dari kursi kementerian pendidikan.

Pada 1988, dua tahun sebelum referendum di parlemen Knesset, PM Israel saat itu, Yitzhak Shamir menyerang Mahmoud Darwish dari atas mimbar Knesset. Dia menyebut Darwish sebagai “salah satu penghasut warga Palestina agar memberontak dan melawan kebijakan”. Dia mengatakan, “Dia penyair mencurigakan. Puisinya yang berjudul ‘Âbirûn fil Kalâm ‘Âbir ditulisnya pasca meletus intifada tahun 1987.”

Namun serangan terhadap Mahmoud Darwish belum berakhir sampai di sini. Pada tahun 2012 saat penyerahan penghargaan dalam sebuah acara perfilman, Menteri Kebudayaan Israel Miri Regev meninggalkan ruangan ketika seorang penyanyi Arab menyanyikan lagu yang berasal dari bait puisi penyair Palestina itu, yakni Sajjil Ana ‘Arabiy (Tulis, aku orang Arab).

Saat keluar ruangan, Miri Regev yang menjadi menteri Israel pertama yang berkunjung ke Abu Dhabi, berujar, “Aku tak punya kesabaran sedikit pun untuk Mahmoud Darwish dan orang-orang yang ingin menghancurkan rakyat dan negara Israel.” Sebagian hadirin mendukung aksinya keluar ruangan, sebagian yang lain menyorakinya.

Politisi ekstrem kanan Israel Avigdor Lieberman juga turut serta melancarkan serangan terhadap penyair Palestina itu. Menteri pertahanan Israel 2016 itu hendak menjatuhkan sanksi kepada radio militer Israel Galei Tzahal karena menyiarkan acara khusus tentang warisan dan peninggalan Darwish. Alasan dia, radio militer Israel menjauhi siaran-siaran yang bermuatan masalah. Direktur radio dipanggil dan dicerca.  

Insiden ini membuat penasehat pemerintahan Lemur Shale turun campur. Dia mengatakan bahwa Darwish menyuarakan ajakan untuk mengusir warga Israel dari negerinya. Dalam salah satu pernyataannya, Kata Lemur, Darwish pernah mengatakan kalau dirinya suka bila daging penjajah tanah airnya menjadi santapan makanannya.

Lemur menambahkan bahwa puisi-puisi provokatif Mahmoud Darwish seharusnya tidak menjadi bagian dari cerita bangsa Israel. “Jika tidak seperti itu, maka warisan mufti Palestina Amin Al-Husaini pun semestinya boleh diajarkan pula di Israel,”imbuh dia.

Yang mengherankan adalah Perdana Menteri Ariel Sharon ketika membicarakan sastra kiri Israel, mengungkapkan kekagumannya pada puisi-puisi Mahmoud Darwish. Dia mengaku iri padanya dan rakyat Palestina atas hubungan emosionalnya dengan tanah Palestina. “Mahmoud Darwish adalah sebaik-baik orang yang mengungkapkan hubungan itu,” tutur dia.

Inilah hubungan rumit antara Mahmoud Darwish dan Israel. Penyair Palestina itu menjadi mimpi buruk yang senantiasa menghantui tidur nyenyak bangsa Israel. Sampel terbaik yang menggambarkan hubungan itu adalah kasidah puisinya yang berjudul Rîta wa Al-Bunduqiyah (Gadis Bernama Rita dan Senapan Berapi).

Ahmad Khikam
Ahmad Khikam / 12 Artikel

Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir, Fakultas Bahasa Arab. Penyuka sastra Arab, pecinta kaligrafi

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: