Artikel
Kisah Imam Ahmad Menghormati Ulama Saleh
Abu Zur'ah ar-Razi (w. 264 H), Muhaddits besar dari Ray, saat ini masuk wilayah Iran, menuturkan, "Pada suatu hari saya hadir di majelis Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (w.241 H). Saat itu beliau duduk dengan posisi bersandar dan agak santai karena kondisinya yang kurang sehat.
Ketika salah seorang hadirin menyebutkan tentang Ibrahim bin Thahman (w. 163 H), seorang ulama saleh dari Khurasan, Imam Ahmad langsung mengubah posisinya dan duduk dengan posisi tegak sembari berkata,
لا ينبغي أن يُذكَر الصالحون فنتكئ
"Tidak sepatutnya kita duduk dengan bersandar (santai) ketika kita mendengar orang-orang saleh disebutkan."
Kisah ini disebutkan antara lain oleh Ibnu Muflih al-Hambali dalam Kitab Al-Furu’, Imam adz-Dzahabi dalam kitab Tadzkiratul-Huffâzh dan Muhaddits besar Ibnu Hajar dalam kitab Tahdzîbut-Tahdzîb.
Baca juga: Fenomena Ulama Muda, Siapa Mereka?
Inilah salah satu adab yang dicontohkan oleh Imam Ahmad terhadap orang saleh. Beliau menunjukkan penghormatan tinggi, bukan hanya ketika orang saleh tersebut ada di sisinya, namun juga ketika hanya mendengar nama atau biografinya disebutkan.
Semoga kita dapat meniru etika luhur yang dicontohkan oleh para pendahulu kita ini. Oleh karena itu, kalau di Nusantara, bahkan di sejumlah negara Arab, orang-orang berdiri saat nama Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa Alihi wa Sallam disebutkan dalam bacaan shalawat, khususnya saat mahallul qiyâm, sebaiknya tidak usah “nggumun” (tidak usah heran).
Bukankah itu bisa masuk dalam penghormatan terhadap beliau Shallallahu `alaihi wa Alihi wa Sallam?
Nama lengkapnya adalah Dr. Ahmad Ikhwani, Lc. MA., seorang intelektual muda NU, doktor lulusan Universitas Al-Azhar Mesir yang juga menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah PCINU Mesir.
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024