Artikel
Makna Surat Al-Fatihah Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani
Imam Nawawi mengatakan bahwa ulama sepakat bahwa surat al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat, tapi mereka berselisih pendapat tentang Basmalah; sebagian menganggap bahwa basmalah adalah bagian dari surat al-Fatihah, sebagain yang lain mengatakan bahwa basmalah bukan bagian darinya.
Jika basmalah bukan bagian dari surat al-Fatihah, maka ayat ketujuhnya adalah lafadz:
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Demikian pula, ulama berselisih pendapat tentang tempat turunnya ayat ini; sebagian ulama mengatakan bahwa surat ini turun di Mekkah (surah makkiyah), sebagian yang lain mengatakan bahwa surat ini turun di Madinah (surah madaniyah). Apabila dilihat dari salah satu sumber kitab ini, yaitu Tafsir Abu Su’ud atau yang dikenal dengan nama Tafsir “Irsyad al-Aql al-Salim Ilam Mazaya al-Kitab al-Karim”, memilih pendapat bahwa surat ini termasuk makkiyah.
Dalam naskah lain yang dicetak di Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Syaikh Nawawi menyatakan bahwa surat ini termasuk makkiyah. Terlepas dari perdebatan tersebut, Imam Nawawi tidak menguraikan masalah ini secara detail. Justru beliau lebih fokus pada kandungan ilmu yang terdapat dalam surat tersebut.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ() غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (1) Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam (2) Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (3) Pemilik/Penguasa hari pembalasan (4) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (5) Tunjukilah kami jalan yang lurus (6) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7)”.
Imam Nawawi mengatakan bahwa dalam surat al-Fatihah setidaknya mencakup empat jenis ilmu; Ilmu Ushul, Ilmu Furu’, Ilmu Akhlaq dan Ilmu Sejarah.
Pertama. Ilmu Ushul (prinsip dasar agama). Dalam ilmu ushul fiqh, ilmu ini adalah ilmu dasar yang melahirkan ilmu-ilmu yang lain. Ia bagaikan pondasi utama dalam agama Islam. Jika pondasinya kuat, maka yang lain akan kokoh. Secara umum ilmu ushul mencakup masalah ketuhanan (ilahiyat), kenabian (nubuwat) dan hari akhir (dar al-Akhirah).
Materi ketuhanan tertuang dalam ayat;
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam (2) Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (3).
Materi nubuwat tertuang dalam ayat;
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ(6) غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7)”
Materi hari akhir tertuang dalam ayat;
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)
Pemilik/Penguasa hari pembalasan (4)
Kedua. Ilmu Furu’, ilmu furu’ ini adalah ilmu yang lahir dari ilmu ushul atau dasar-dasar agama. Dalam agama Islam, ilmu ini dikenal dengan ilmu syari’at. Materi ibadah adalah materi yang paling agung dalam syari’at, baik ibadah berupa harta (maliyah) maupun anggota badan (badaniyah). Kedua ibadah tersebut melahirkan aspek lain dalam kehidupan sosial yaitu muamalah (transaksi) dan munakahat (pernikahan). Pada prinsipnya semua yang bersifat norma syari’at akan berimplikasi pada hukum perintah (amr) maupun larangan (nahyu).
Oleh karena itu, Syaikh Nawawi mengatakan bahwa materi syari’at semuanya tercover dalam ayat;
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
Tunjukilah kami jalan yang lurus (6).
Ketiga. Ilmu tahshil al-Kamalat atau disebut ilmu Akhlak. Ilmu akhlak adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk menyempurnakan diri dalam beribadah untuk mendapatkan kesempurnaan di hadapan Allah Swt. Dari ilmu ini manusia diajarkan untuk konsisten di jalan Allah Swt,.
Materi ilmu ini tertuang dalam ayat;
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
Dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (5)
Keempat. Ilmu sejarah atau kisah-kisah masa lalu. Dalam ilmu ini terdapat dua perumpamaan yang ditulis oleh Imam Nawawi, yaitu kisah tentang kebahagian yang didapatkan oleh para Nabi dan mereka yang mendapatkan anugrah dari-Nya, dan kisah-kisah orang yang celaka.
Materi pertama tertuang dalam ayat;
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;
Sedangkan materi yang kedua tertuang dalam ayat terakhir dari surat Al-Fatihah;
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7).
Ahli ilmu qira'at Al-Qur'an Asyrah al-mutawatirah bersanad sampai kepada Nabi. Wakil koordinator pendidikan dan pengajian di Pesantren Darussalam Keputih Surabaya dan pengisi acara Kiswah Tv 9 Nusantara NU Jatim. Penulis buku “Mengarungi Samudra Kemuliaan 10 Imam Qira’at.”
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024