Artikel
Mengenal Kehebatan Imam Al-Ghazali dari Karya Tulisnya
Sebagai orang yang bergelar Mujaddid (pembaharu) tentu keluasan dan kedalaman ilmu Imam Al-Ghazali tidak bisa dipandang sebelah mata. Bagaimana tidak, karya-karya Imam Al-Ghazali hampir menjadi bintang rujukan di setiap cabang ilmu yang beliau tulis.
Tak dapat dipungkiri, bila kita sebut nama Imam Bukhori, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud misalnya, maka yang terlintas pertama kali di benak kita adalah mereka semua itu para Imam dan pakar hadits.
Bila kita mendengar nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan imam Ahmad, maka dengan singkat pula kita menyebut mereka dengan para fuqoha; yakni ahli fiqih.
Namun ketika kita menyebut nama Imam Al-Ghazali, maka sejatinya kita menyebut sosok alim dengan keluasan dan kedalaman ilmu yang mempesona. Seorang ulama yang mumpuni, filsuf sekaligus sufi yang multi talenta.
Pantas dahulu Imam al Haromain--guru beliau--menyematkan kalimat (البحر المغدق) kepada beliau, artinya 'Lautan yang menenggelamkan'.
Murid senior Imam Al-Ghazali, Imam Muhammad bin Yahya juga ikut memberikan penilaian tentang kepakaran sang imam, beliau mengatakan,
الغزالي هو الشافعي الثاني
"Imam Al-Ghazali adalah Imam Syafii yang kedua"
Penilaian dan pengakuan dari dua Imam terdekat (guru dan murid) dari Imam Al-Ghazali ini sungguh sudah cukup untuk memberikan kita gambaran bagaimana ilmu beliau yang luar biasa, tanpa harus mendengar pujian lain dari ulama.
Sehingga pantas beliau ditunjuk sebagai guru besar di madrasah Nizhamiyyah dan diizinkan mengajar di sana oleh Sulton Nizomul Mulk, yg saat itu Imam Al-Ghazali baru berusia 35 tahun.
Mari sejenak kita mentakjubi karya karya beliau yg fenomenal.
Dalam Bidang Fiqih
Menarik untuk dikaji bahwa di negeri kita, nama Imam Al-Ghazali lebih dikenal sebagai ahli tasawuf ketimbang ahli fiqih, orang orang hanya mengenal beliau dari kitab Ihya', Minhajul 'Abidin, Ayyuhal Walad, Bidayatul Hidayah dan kitab kitab tasawuf yang lain, padahal sesungguhnya sebelum menjadi ahli tasawuf, beliau lebih dahulu menjadi rujukan primer dalam fiqih di zamannya.
Karya-karya beliau dalam fiqih benar benar menjadi asupan penting para ulama dahulu, di antaranya yang paling terkenal adalah al-Basith, al-Wasith, al-Wajiz, dan al-Khulasoh.
Para pelajar mazhab Syafii pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah (سلسلة ذهبية) yakni rantai emas kitab-kitab mazhab Syafii dari al Umm hingga turun ke bawah, dan luar biasanya, tiga kitab Imam Ghazali di atas mendapatkan porsi penting dalam rantai emas tersebut.
Kitab al-Wasith, benar benar menjadi poros dalam pembelajaran fiqih Syafii dahulu, tidak ada alim yang faqih kecuali pasti melewati jembatan al-Wasith milik Imam Al-Ghazali. Sehingga dahulu para ulama kerap saling menyematkan nama (الواسطي) bagi mereka yang mengkaji dan mengkhatamkan kitab al-Wasith berkali-kali.
Sebut saja Imam Nawawi, ternyata fiqih beliau ditempa dan dibentuk dengan kitab al-Wasith. Dari 12 pelajaran harian Imam Nawawi, dua pelajaran di antaranya adalah mengkaji kitab al-Wasith Imam Al-Ghazali.
Beliau benar-benar memutqinkan karya sang Imam yang satu ini, sehingga dikatakan bahwa beliau pernah mengkhatamkan kitab berkah ini sampai 400 kali dalam hidupnya. Masya Allah.
Belum lagi kita membahas kitab al-Wajiz, kitab yang benar-benar menarik perhatian dua Syaikh mazhab dalam fiqih Syafii (Imam Rofi'i dan Imam Nawawi), kitab inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Minhajut Tholibin dan Roudhotut Tholibin karya Imam Nawawi yang berlanjut melahirkan kembali ratusan syarahnya. Benar benar kitab penuh berkah.
Tidak kalah penting, dalam bidang Ushul Fiqih, karya karya Imam Al-Ghazali selalu menjadi bahan ajar utama di berbagai kampus dan majelis di seluruh dunia Islam, bagaimana tidak?
Kehebatan sang guru--Imam al-Haromain--benar-benar diwarisi oleh Imam Ghazali dalam meracik kaedah dan menghimpun maklumat. Sehingga kitab beliau dalam bidang ini menjelma menjadi kitab acuan penting dalam membentuk nalar ushuli yang sebenarnya.
Salah seorang senior dahulu pernah bertanya kepada Syeikh Wahbah Zuhaili--Syeikh Ensiklopedi dunia dalam ilmu Fiqih belakangan ini-, "Apa rahasianya supaya kita bisa menguasai fiqih seluas antum sayyidi?", beliau menjawab, "ingat dan lakukan pesan saya ini, kamu wajib membaca empat kitab ini.."
Beliau menyebut empat kitab; Bidayatul Mujtahid, karya Imam Ibnu Rusyd; I'lamul Muwaqqi'in, karya Imam Ibnu Qoyyim; Qowa'idul Ahkam fi Masholihil Anam, karya Imam 'Izz bin Abdis Salam dan terakhir kitab al-Mustashfa, karya Imam Ghazali.
Al-Musthsfa ini kitab agung dalam Ushul fiqih, saking hebatnya, kitab ini belum layak dipelajari oleh sembarang orang, bukan karena ada apa-apa, pembahasannya yang dalam dengan racikan khas ilmu kalam menuntut para pelajar harus menguasai dengan dalam beberapa ilmu alat seperti ilmu bahasa, ilmu mantiq dan ilmu kalam, jika tidak, maka ia akan sangat sulit memahami isinya.
Sehingga kitab ini baru dipelajari di Al-Azhar, pada jenjang pascasarjana S2 pada jurusan ilmu Ushul Fiqih -Sebagaimana info dari seorang senior. Qultu: benar benar kitab yg berbobot. Sangat menggambarkan dalamnya ilmu sang Imam.
Dalam dekapan Imam Juwaini pulalah kemampuan Imam Ghazali dalam berkarya semakin mumpuni, lahir juga di tangan beliau kitab al Mankhul dalam bidang ushul fiqih.
Dahulu, ketika kitab ini disodorkan ke sang guru untuk diteliti, beliau berkomentar, "kau telah menguburku padahal aku masih hidup, tak sabarkah engkau sampai aku mati?" Meski demikian, sang Imam tetap mulazamah dengan sang guru sampai beliau wafat.
Ini baru dua bidang ilmu, kita belum membahas karya-karya fenomenal dalam bidang 'aqidah, tasawuf, mantiq, filsafat dan bidang-bidang yang lain. Dan hebatnya, semua itu selalu dijadikan bahan ajar di kampus maupun di halaqoh masjid di Barat maupun di Timur.
Semoga ini bisa menjadi gerbang pembuka untuk semakin dekat dengan sang Imam dan hidup bersamanya dengan kitab kitab beliau.
Sangatlah pantas, jika gelar Hujjatul Islam diberikan kepada beliau atas seluruh pencapaiannya. Dari sini, masa sih semudah itu kita percaya jika ada yang bilang Imam Al-Ghazali tidak begitu paham hadits sebagaimanan yang sering disematkan ke beliau?
Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah, Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Asal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suka mengkaji fikih.
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024