Artikel

Pengertian Syubhat, Kiat dan Tips Mengatasinya

23 Aug 2020 08:18 WIB
1369
.
Pengertian Syubhat, Kiat dan Tips Mengatasinya

Pengertian syubhat kian penting dimengerti di tengah himpitan ekonomi. Terlebih jika urusan halal dan haram tidak lagi menjadi pertanyaan, apakah sesuap nasi yang masuk ke perut sudah benar-benar halal atau tidak.

Batasan halal dan haram diterabas begitu saja. Padahal di antara keduanya ada perkara syubhat yang harus dihindari layaknya perkara haram. Menurut Imam An-Nawawi, pengertian syubhat adalah segala sesuatu yang belum jelas kehalalan dan keharamannya. Namun masih banyak orang yang tidak mengetahui status hukumnya.

Pengertian syubhat ini senada dengan Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya perkara halal itu jelas dan perkara haram itu juga jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.” (HR. Al-Bukhari Muslim)

Ibnu Al-Mundzir membagi perkara syubhat ke dalam tiga tingkatan:

Pertama, sesuatu yang asalnya haram lalu diragukan kehalalannya. Seperti ketika ada dua ekor ayam disembelih namun salah satunya disembelih oleh orang kafir. Maka seseorang tidak boleh terlebih dahulu menentukan mana di antara keduanya yang haram sebelum benar-benar yakin.

Kedua, kebalikannya, sesuatu yang asalnya halal kemudian diragukan keharamannya. Misalnya, seseorang yang masih punya wudhu ingin melaksanakan shalat tetapi dia ragu apakah sudah hadats atau belum. Maka dalam hal ini, keraguannya tidak berpengaruh pada keabsahan wudhunya.

Ketiga, perkara yang kadar halal dan haramnya sama dan banyak orang yang tidak menyadarinya. Dalam hal ini, sikap yang lebih utama adalah meninggalkannya sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW ketika menemukan kurma jatuh, beliau tidak langsung memakannya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, “Ketika aku hendak kembali ke keluargaku, aku menemukan sebuah kurma yang jatuh di atas tempat tidurku. Kemudian aku mengambilnya untuk bermaksud memakannya, tapi aku takut jika kurma itu sedekah. Lantas aku pun membiarkannya.”

Sikap kehatian-hatian yang diajarkan Rasulullah SAW di atas patut kita tiru. Berkahnya, urusan agama dan kehormatan kita akan terselamatkan. Sebaliknya, bila kita mengabaikannya, justru kita akan terjerumus ke dalam perkara yang telah diharamkan.

Baca Juga:

Allah SWT telah menitahkan kita mencari rezeki dengan cara yang halal. Sejatinya, lebih banyak pekerjaan yang benar-benar terjamin kehalalannya daripada yang masih samar hukumnya sebagaimana aneka makanan yang dihalalkan jauh lebih banyak daripada yang masih syubhat dan sudah diharamkan.

Jangan hanya karena menuruti gaya hidup dan gengsi sosial, batasan hukum diabaikan semena-mena karena boleh jadi secara tidak sadar, kita akan terperosok ke dalam kubangan keharaman. Padahal “tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezeki padanya.” Demikian janji Allah SWT pada surah Hud ayat 6.

Para ulama menerangkan bahwa tidaklah sempurna ketakwaan seseorang sampai-sampai ia takut pada perkara-perkara yang sangat kecil dan remeh. Hakikat keimanan baru akan dirasakan apabila seorang hamba menjadikan pembatas yang tegas antara dirinya dan hal-hal yang diharamkan.

Imam Hasan Bashri bahkan memberi nasehat, “Ketakwaan masih melekat pada diri orang yang bertakwa selama mereka meninggalkan banyak hal yang halal karena takut pada hal yang haram.”

Selain itu, perkara tidak halal yang masuk ke dalam tubuh kita justru menyebabkan doa yang kita panjatkan selama ini tidak terkabul.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang laki-laki yang bepergiah jauh, berambut kusut dan penuh dengan debu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata: ‘Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku’, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan dikabulkan permintaannya?” (HR Muslim)

Sabda Rasululah SAW tadi dikuatkan oleh kisah Sahabat Abu Bakar RA. Beliau pernah memakan makanan syubhat tanpa diketahuinya. Setelah mengetahuinya, beliau langsung memasukkan jari ke dalam mulutnya langsung memuntahkannya.

Dengan niat yang ikhlas, niscaya Allah SWT akan menghindarkan kita dari perkara-perkara yang syubhat. Wallau a’lam.

Baca Juga:

Abdul Majid
Abdul Majid / 117 Artikel

Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: