Artikel
Traveling Sebagai Refleksi Iman
Masa-masa liburan terkadang dinikmati dengan traveling atau jalan-jalan. Bahkan tidak jarang yang menjadikannya sebagai hobi.
Namun, tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa traveling hanyalah kegiatan menghamburkan uang tanpa adanya manfaat yang didapatkan. Lantas sebenarnya bagaimana dalam perspektif Islam tentang traveling?
Pada dasarnya Islam tidak melarang pemeluknya untuk melakukan traveling. Agama ini memperbolehkan dan bahkan menganjurkan traveling sepanjang dilakukan dengan tujuan yang dilegalkan.
Seperti, bepergian di muka bumi yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat keindahan ciptaan Allah, atau sebagai sebuah pelajaran untuk mengingat binasanya umat sebelum diutusnya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu.” (QS. Muhammad: 10)
Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab tafsir Mafatihul Ghaib memberikan dua penafsiran secara ringkas.
Pertama, mengenai lafadz (وَلِلْكَافِرِينَ) ialah orang-orang yang mengingkari dan membohongi kenabian Nabi Muhammad saw.
Kedua, mengenai ayat (أَمْثَالُهَا) yaitu orang-orang yang dibinasakan oleh Allah swt sebelum diutusnya nabi Muhammad sebagai referensi bagi umat Nabi Muhammad saw.
Dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa ada ancaman secara khusus bagi umat Nabi Muhammad yang melakukan traveling tanpa disertai dengan renungan atas kekuasaan Allah dan pedihnya siksaan-Nya bagi mereka yang mengingkari utusan-Nya.
Apa Pentingnya Traveling?
Pentingnya adalah ketika rekreasi dilakukan dengan tujuan yang benar; yaitu dengan tujuan ingin melihat kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, dengan tujuan demikian bisa meningkatkan kualitas keimanan dan kemantapan hati pada Allah dan Rasulullah.
Mengingat dibinasakannya umat sebelum Nabi Muhammad akan menjadikan manusia takut untuk melakukan maksiat, sehingga traveling bisa membantu agar tidak melakukan maksiat. Termasuk mengingat kejadian dibinasakannya umat Nabi Nuh, Nabi Luth, dan yang lain. Seperti apakah nasib mereka setelah mendustai dan membohongi nabi mereka?
Oleh sebab itu, sejatinya Islam tidak melarang melakukan traveling sepanjang tujuannya adalah melihat keindahan ciptaan Allah dan betapa pedih siksaan yang menimpa umat-umat sebelum umat Rasulullah.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.’” (QS. An-Naml: 69)
Ayat di atas merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad agar menyuruh umatnya melakukan traveling dan melihat kondisi saat ini dari rumah-rumah umat sebelumnya yang mendustai nabi mereka? Tidakkah Allah hancurkan rumah dan tempat tinggal mereka dengan semua keluarganya yang mengingkari para nabi dan menolak nasihat mereka, bahkan menampakkan permusuhan pada mereka?! Dan semua itu merupakan sunnatullah yang Allah berikan kepada orang-orang yang mendustai nabi
Yang terpenting dalam melakukan traveling adalah mengingat betapa agung dan besarnya kekuasaan Allah swt, tidak ada yang bisa menghentikannya serta tidak ada yang bisa menghalanginya. Tidakkah cukup sebagai bukti bahwa Allah selalu membinasakan orang-orang yang mengingkari nabinya. Seperti peristiwa yang dialami oleh kaum Nabi Nuh, Nabi Luth, dan nabi-nabi yang lain. Tidak cukupkah sebagai bukti bahwa orang yang mengingkari Rasulullah akan kalah sebagaimana peristiwa yang terjadi saat Perang Badar dan Fathu Makkah?!
Kejadian sebagaimana yang alami oleh umat nabi sebelumnya merupakan sebuah bahan renungan penting bagi umat Islam saat ini, bahwa traveling bukan sekadar hobi, tapi lebih dari semua itu bisa menambah keimanan apabila disertai dengan renungan atas kekuasaan Allah swt. yang sangat luar biasa.
Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.
Baca Juga
Hati-hati jika berbasa-basi
06 Oct 2024