Dalam kasidahnya, Imam Alwi al-Haddad banyak mengulang-ulang tentang waktu sahur. Beliau adalah salah satu orang yang Allah khususkan dengan menghidupkan waktu tersebut. Selain itu, beliau mengetahui pada waktu tersebut terdapat banyak limpahan karunia dan rahmat dari Allah kepada hamba-Nya.
Waktu sahur yang terjadi di akhir sepertiga malam ini adalah momen hati dan ruh mendapatkan lebih banyak akan karunia-Nya, sehingga dapat merasakan kedekatan dan perasaan intim bersama-Nya. Oleh karena itu beliau mewasiatkan umat untuk bangun dan menghidupkan waktu sahur dengan berzikir dan beristigfar.
Keutamaan Istigfar di Waktu Sahur
Berkata Imam Alwi al-Haddad, “Di antara jenis-jenis zikir yang mengandung kebaikan dan keberkahan juga menarik pahala serta ganjaran ialah istigfar kepada Allah, berselawat atas Nabi al-Musthofa dan berdoa.”
Mengenai istigfar, Allah Ta’ala telah berfirman dalam al-Quran tentang keutamaannya:
وَبِٱلْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. al-Dzariyat [51]: 18)
Dalam Tafsir Jalalain, yang dimaksud “di waktu sahur” adalah di akhir malam sebelum fajar. Menurutnya, waktu istigfar disebutkan di dalam ayat itu secara khusus, karena pada waktu itulah orang biasa lengah dan tidur nyenyak. Inilah mengapa waktu sahur memiliki keutamaan dan menjadi saat yang tepat untuk banyak memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa.
Rasulullah dalam sebuah hadis memperkuat bahwa, “Pada setiap malam, Allah turun ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda, “Berbahagialah orang yang tercatat sebagai ahli istigfar yang banyak di dalam buku catatannya.” Sebab kemuliaan-kemuliaan yang didapat orang tersebut tidaklah sedikit.
Di antaranya sebagaimana dalam beberapa sabda Rasul yang terangkum: seorang yang membiasakan dirinya beristigfar, niscaya Allah akan melapangkan dirinya dari segala kesusahan, ia akan dibebaskannya dari segala kesukaran, dan akan diberikan rezeki tanpa dapat dikira. Siapa yang mengucapkan “Astaghfirullah” setiap hari 70 kali, niscaya Allah akan menghapuskan dari padanya sebanyak 700 dosa. Dan alangkah kecewanya seorang lelaki atau perempuan yang membuat dosa pada sehari semalam lebih banyak dan 700 dosa.
Teladan Salafus Shaleh dalam Menghidupkan Waktu Sahur
Orang-orang saleh terdahulu sebagaimana yang diperintahkan Nabi Muhammad, mereka begitu berusaha sungguh-sungguh memanfaatkan akhir malam hingga waktu sahur. Di antara riwayat kisah mereka sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibnu Murdawaih, Anas ibnu Malik mengatakan bahwa, dirinya dan para sahabat yang lain apabila melakukan shalat malam diperintahkan Rasul untuk melakukan istigfar di waktu sahur sebanyak tujuh puluh kali.
Dan Abdullah ibnu Umar ketika telah selesai dari shalat malamnya bertanya, “Hai Nafi’, apakah waktu Sahur telah masuk?” Apabila dijawab ya maka ia mulai berdoa dan memohon ampun hingga waktu Subuh. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibrahim Ibnu Hatib mendengar dari ayahnya, di suatu malam ketika ayahnya berada di salah satu bagian dalam masjid mendengar sahabat yang merintih dan mengucapkan doa berikut: “Ya Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku, maka aku taati perintah-Mu; dan inilah waktu sahur, maka berikanlah ampunan bagiku.” Ketika ia melihat lelaki itu, ternyata dia adalah sahabat Ibnu Mas’ud.
***
Imam al-Hadad selalu menganjurkan untuk memperbanyak zikir yang diberkati ini-sebagaimana juga yang dipandang mulia oleh Baginda Saw sendiri. Beliau juga pernah meriwayatkan, “Ada suatu berita yang sampai kepada kami, bahwasanya ada seorang saleh telah bermimpi berjumpa dengan Imam Ahmad bin Hanbal sesudah wafatnya, maka beliau berkata kepada orang saleh itu, bahwa Allah Ta’ala telah memberikannya manfaat yang banyak dari beberapa kalimat yang didengarnya dari Sufyan As-Tsauri.” Doa istigfar tersebut yaitu:
اللهم يارب كل شيئ، بقدرتك على كل شيئ، اغفرلي كل شيء، ولا تسألني عن شيء
“Allaahumma Ya Rabba Kulli Syai, Bi Qudratika ‘Alaa Kulli Syai, Ighfirlii Kulla Syai, Walaa Tas-alni ‘An Syai’.”
Artinya: “Ya Allah! Ya Tuhanku! Tuhannya segala sesuatu, dengan kudrat-Mu atas segala sesuatu, ampunilah aku dari segala sesuatu, dan janganlah menanyakanku dari segala sesuatu.”
Imam Alwi al-Hadad juga mewasiatkan untuk memperbanyak zikir di atas, sebagaimana dikatakan dalam suatu atsar bahwa barang siapa yang beristigfar untuk kaum mukminin dan mukminat setiap hari 70 kali, niscaya ia terhitung di antara hamba-hamba Allah yang dengan sebabnya, semua makhluk akan mendapat rahmat dari Allah Ta’ala, dengan sebabnya juga mereka akan dituruni hujan dan diberi rezeki.