Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Tata cara pelaksanaan shalat Idul Fitri, lengkap dengan niat dan bacaan takbir

Avatar photo
32
×

Tata cara pelaksanaan shalat Idul Fitri, lengkap dengan niat dan bacaan takbir

Share this article

Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal selepas menjalankan ibadah sebulan penuh di bulan Ramadhan. Di hari kemenangan ini, setiap jiwa kembali suci, semua dosa terampuni, dan menjadi ajang tepat dalam mempererat tali silaturahmi.

Setelah matahari terbit, tepatnya bila meninggi seujung tombak atau sekitar 16 menit selepas terbitnya, akan dilangsungkan shalat Idul Fitri yang sudah mentradisi sejak zaman Rasulullah Saw. Hukum shalat ini adalah sunnah muakkad, baik sendirian maupun bepergian. Dan dianjurkan dilakukan dengan berjamaah. Hanya saja bagi mereka yang sakit atau memiliki uzur lain yang sekiranya mencegah dia dari berjamaah, bisa melakukannya sendiri-sendiri.

Tempat pelaksanaan shalat Ied biasanya akan dilangsungkan di masjid. Namun jika tempatnya tak mencukupi, bisa dilakukan di lapangan.

Adapun tata cara shalat Idul Fitri adalah sebagai berikut:

1. Shalat 2 rakaat dengan 7 takbir selain takbiratul ihram antara doa Iftitah dan ta’awwudz di rakaat pertama, dan 5 takbir di rakaat kedua antara takbiratul ihram dan ta’awwudz.

Adapun niat shalat Idul Fitri bila menjadi imam berbunyi:

أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak’ataini mustaqbilal qiblati ad’an imman lillhi ta’ala.

Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”

Kemudian niat shalat Idul Fitri bila menjadi makmun berbunyi:

أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak’ataini mustaqbilal qiblati ad’an imman lillhi ta’ala.

Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

Jika shalat sendirian, niat shalat Idul Fitri berbunyi:

أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak’ataini mustaqbilal qiblati ad’an imman lillhi ta’ala.

Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”

2. Mengangkat kedua tangan di setiap takbir.

Adapun jika lupa membaca takbir dan terlanjur membaca Al-Fatihah, maka tidak dianjurkan untuk membaca takbir kembali.

3. Mengeraskan suara baik itu sang Imam, makmum, atau pun shalat sendiri.

4. Di setiap kali takbir hendaknya mengucapkan tasbih berikut,

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

5. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dadanya setiap kali selesai takbir.

6. Menyambungkan takbir dengan ta’awwudz.

7. Disunnahkan setelah membaca Al-Fatihah untuk membaca surah Qaf pada rakaat pertama dan surah Al-Qamar pada rakaat kedua, atau membaca surah Al-A’la pada rakaat pertama dan surah Al-Ghasiyah pada rakaat kedua.

8. Disunnahkan membaca surat tersebut dengan mengangkat suara (Jahr).

Khutbah sesudah shalat Ied

Sesudah melakukan shalat 2 rakaat, akan dilanjutkan dengan pembacaan khutbah, tentunya dengan minimal jamaah adalah 2 orang, bukan 1 orang, bukan pula jamaah wanita semuanya.

Syarat sah khutbah shalat Ied di antaranya: Isma’ (memperdengarkan), Sama’ (terdengar), Khatibnya adalah lelaki, dan menggunakan bahasa Arab (menurut Imam Ramli, sedangkan menurut Imam Ibn Hajar tidak disyaratkan).

Adapun ketentuan rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya sama layaknya khutbah Jumat, yaitu:

Rukun Khutbah

1. Membaca hamdalah pada kedua khutbah.

2. Membaca shalawat pada kedua khutbah.

3. Wasiat untuk tetap bertaqwa pada kedua khutbah.

4. Membaca ayat Al-Quran di salah satu khutbah.

5. Berdoa untuk kaum mukminin laki-laki dan perempuan di khutbah kedua.

Syarat Kesunnahan Khutbah

1. Suci dari hadats.

2. Suci dari najis pada baju, badan dan tempat khutbah.

3. Menutup aurat.

4. Berdiri bagi yang mampu.

5. Duduk di antara dua Khutbah.

6. Muwaalah (langsung tanpa jeda) antara 2 khutbah.

Kesunnahan dalam Khutbah Ied

1. Disunnahkan bagi khatib untuk duduk sejenak sebelum memulai khutbahnya.

2. Disunnahkan bagi Khatib untuk bertakbir 9 kali pada khutbah pertama dan 7 kali pada khutbah kedua tanpa jeda.

3. Disunnahkan bagi khatib untuk mengingatkan jama’ah shalat terkait hukum dan hikmah-hikmah dari adanya zakat fitri.

Kesunnahan menyambuut Idul Ftri

Perlu kita ketahui, para fukaha telah mengumpulkan kesunnahan-kesunnahan yang bisa dilakukan umat Islam dalam menyambut hari raya Idul Fitri ini, di antaranya:

1. Menghidupkan malam Idul Fitri dengan ibadah kepada Allah swt.

2. Mandi sunnah. Waktunya dimulai dari pertengahan malam hingga terbenamnya matahari. Paling utamanya mandi setelah shubuh.

3. Menggunakan wewangian (parfum) dan menghias diri, baik itu bagi balita, remaja, maupun orang dewasa. Dan hal ini berlaku pula bagi mereka yang sudah tua renta dan yang tak memiliki roman muka dengan pakaian bagus, dan utamanya adalah warna putih. Namun, bila ia memiliki roman muka indah (memiliki keindahan yang mampu mengundang fitnah) hendaknya tidak keluar dari rumahnya.

4. Disunnahkan bagi selain Imam untuk berangkat sangat pagi ke tempat pelaksanaan Shalat Ied.

5. Dianjurkan agar berjalan kaki ketika menuju masjid, dan kembali melalui jalan lain. Sebab pahala orang yang berjalan kaki sangatlah besar, maka dari itu disunnahkan untuk memperpanjang jalan yang dilaluinya. Karena boleh jadi ia bertemu dengan orang berilmu, bersedekah kepada orang yang membutuhkan dll.

6. Mengakhirkan shalat Idul Fitri hingga meningginya matahari se-ukuran dua tombak, demikian itu agar masih menyisakan waktu bagi mereka yang belum membayar zakat fitri.

7. Berbuka atau makan sebelum shalat, dan disunnahkannya memakan kurma dengan jumlah ganjil, hal tersebut dilakukan agar membedakan hari Ied dengan hari-hari sebelumnya.

8. Disunnahkan mengumandangkan takbir di rumah, jalanan, masjid dan pasar dengan mengangkat suara untuk selain wanita yang dekat dengan lelaki asing.

Kesunnahan mengumandangkan takbir ini dimulai sejak Maghrib hingga keluarnya Imam menuju tempat shalat Ied. Ini adalah takbir mursal. Adapun takbir muqoyyad; yaitu takbir yang dibaca selepas shalat (baik fardhu maupun sunnah), dan ini berlaku untuk Idul Adha saja, tidak dengan Idul Fitri.

Adapun lafadz takbir yang sering dilafalkan ialah:

الله أكبر الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد.

الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله إلا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعزّ جنده، وهزم الأحزاب وحده، ولا إله إلا الله، ولا نعبد إلا إياه، مخلصين له الدين ولو كره الكافرون، لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد.

Setelah membaca takbir, dianjurkan pula membaca shalawat kepada sang baginda Nabi Muhammad Saw, lafadznya sebagai berikut:

اللهم صل على سيدنا محمد، وعلى آل سيدنا محمد، وعلى أصحاب سيدنا محمد، وعلى أنصار سيدنا محمد، وعلى أزواج سيدنا محمد، وعلى ذرية سيدنا محمد، وسلم تسليماً كثيراً.

Demikianlah tata cara pelaksanaan shalat Idul Fitri dan seputar hukum-hukum yang berkaitan dengan hal tersebut.

Sebagai muslim seyogiyanya melakukan apa yang telah dituturkan para fuqoha. Selain itu, momen ini pula menyimpan berjuta keutamaan yang tak mampu diraih di bulan selainnya. Imam Baihaqi mengakuti bahwa salah satu keistimewaannya ialah terkabulnya doa yang dipanjatkan pada malam hari Idul Fitri. Oleh sebab itu, perbanyaklah ibadah mulai dari shalat, tilawah, shalawat, zikir, tafakkur dll. Wallahu a‘lam bish-shawab.

Referensi:

1. Al-Adzkar, karya Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi.

2. At-Taqrirat As-Sadiidah fi Al-Masail Al-Mufiidah, karya Sayyid Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Kaff.

3. Ghoyatul Muna Syarh Safinatun Naja, Karya Syeikh Dr. Muhammad Bin Ali Ba’athiyah, Rektor Imam Shafii University, Mukalla – Hadhramaut – Yaman.

4. Syu’ab Al-Iman, karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Husein Al-Baihaqi.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.