Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Amalan malam nisfu Sya’ban dari para ulama

Avatar photo
54
×

Amalan malam nisfu Sya’ban dari para ulama

Share this article

Di bulan Sya’ban, terdapat  malam hari yang diberkahi, diagungkan dan dimuliakan, yaitu malam nisfu Sya’ban yang jatuh pada tanggal 15.

Pada malam nisfu Sya’ban, Allah bertajalli di makhluk-Nya, dengan segala ampunan dan rahmat. Dan di malam ini pula, Allah mengampuni dosa-dosa orang yang beristighfar kepada-Nya, merahmati orang-orang yang mengasihi orang lain, mengabulkan segala doa yang diminta, membahagiakan orang-orang yang gundah gulana, menentukan kadar rezeki dan amal perbuatan, serta membebaskan sekolompok orang yang masuk neraka.

Keutamaan malam nisfu Sya’ban

Sungguh mulia malam di bulan ini. Banyak hadis menjelaskan mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban, namun status hadisnya masih diperselisihkan. Ada yang menganggap bahwa hadis tentang malam nisfu Sya’ban itu dha’if, ada juga yang berpendapat sahih, ini adalah pendapatnya Ibnu Hibban.

Ibnu Hibban meriwayatkan:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah di malam nisfu syaban itu akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik (orang yang menyekutukan Allah) atau Musyahin (orang Munafik yang menimbulkan konflik sosial).” (Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, Madza Fi Syaban, h. 66)

Hadis ini dianggap sahih oleh Ibnu Hibban. Dalam Majma’ al-zawaid pun dijelaskan bahwa perawi hadis ini adalah orang-orang yang tsiqah.

Hadis ini juga ditakhrij oleh Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no 16639, Daruquthni dalam Al-Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al-Baihaqi dalam Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar dalam Al-Musnad 2389.

Baca juga: 5 amalan bulan Sya’ban yang perlu kamu tahu

Albani, figur yang dipanut oleh kalangan yang membid’ahkan ibadah di malam nisfu Sya’ban pun menstatusi hadis ini sebagai sahih. Beliau jelaskan ini di kitabnya yang berjudul Silsilat al-Sahihah di juz 3 halaman 135. (KH Ma’ruf Khazin, Mana dalil malam nisfu Sya’ban, h. 12-13)

Sebenarnya masih banyak lagi, hadis-hadis yang menerangkan fadilahnya malam nisfu syaban. Namun status hadisnya masih diperdebatkan oleh para ulama.

Meskipun demikian ada catatan penting yang harus diketahui. Mereka yang melarang untuk menghidupkan malam nisfu syaban, sebab kita dianggap bertendensi pada hadis daif, padahal sudah dijelaskan bahwa ada juga hadis yang dinilai bisa dijadikan dalil untuk menghidupkan malam ini, harus mengetahui keterangan berikut:

وقال ابن حجر الهيتمي في «الدر المنضود» : وقد اتفق الأئمة من المحدثين والفقهاء وغيرهم كما ذكره النووي وغيره، على جواز العمل بالحدیث الضعيف في الفضائل والترغيب والترهيب، لا في الأحكام ونحوها، ما لم يكن شدید الضعف …إلى أن قال… وما ورد من الأحاديث في فضل ليلة النصف وفضل إحيائها مما يجوز العمل به مع ضعفه، لتوفر الشروط فيه.

“Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan dalam kitabnya yang berjudul Al-durr al-Mandhud, ulama muhaddisin dan fuqaha sepakat bahwa boleh mengamalkan hadis yang berstatus daif dalam ranah keutamaan ibadah, motivasi ibadah atau ancaman maksiat, selama hadis tersebut tidak sangat daif. Dan (Sayyid Muhammad mengatakan) hadis-hadis  yang menerangkan mengenai keutamaan malam nisfu syaban serta keutamaan menghidupkan malam nisfu syaban dengan ibadah itu boleh diamalkan, sebab semua syarat (yang diwajibkan ada dalam hadis daif tadi) telah terpenuhi. Ulama telah mencapai taraf sepakat, tidak ada yang menentang mengenai kebolehan mengamalkan hadis daif dalam ranah fadail al-a’mal. (Madza Fi Sya’ban, h. 77)

Para sahabat menghidupkan malam nisfu Sya’ban

Bahkan para sahabat pun juga menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan ibadah, antara lain adalah Sayyidina Ali. Diriwayatkan beliau memfokuskan diri untuk beribadah di malam hari-hari tertentu, semisal malam hari raya 2, malam awal bulan Rajab dan malam nisfu Sya’ban. (Al-Fawaid Al-Mukhtarah li salik tariq al-akhirat, h. 446)

Hanya saja ulama berbeda pendapat dalam merayakan nisfu Sya’ban, hendak diisi dengan ibadah apa. Ulama Syam terbagi menjadi 2 kelompok, ada yang mensunnahkan untuk menghidupkan malam nisfu syaban dengan ibadah di masjid secara berjamaah,  ini adalah pendapatnya Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir, dan lainnya. Mereka memakai  pakaian terbaiknya, memakai minyak wangi, bercelak, kemudian berangkat ke masjid untuk beribadah dengan berjamaah. Ishaq bin Rahawaih juga berpendapat bahwa menghidupi malam nisfu syaban secara berjamaah di masjid itu bukanlah bidah.

Baca juga: Alasan Berpuasa Setelah Nisfu Sya’ban

Kemudian ada yang berpendapat bahwa dimakruhkan untuk berkumpul di masjid (pada malam nisfu syaban) guna sholat, pkajian dan dzikir, namun tidak dimakruhkan jika ada seseorang yang sholat sendirian. Ini pendapat pemimpin ulama syam, Imam Al-Auzai.

Syekh Muhammad bin Siddiq Al-Ghumari mengikuti pendapat yang pertama. Beliau memerintahkan masyarakat untuk menghidupkan malam nisfu Sya’ban secara berjamaah di Zawiyah Al-siddiqiyyah (semacam masjid), guna membaca dzikir, quran, dan doa. (Syekh Abdullah Al-Ghumari, Husn Al-bayan fi lailat al-nisf min syaban,h. 10)

Baca Yasin 3 kali beserta doanya pada malam nisfu Sya’ban

Adapun adat yang terjadi di masyarakat nusantara, di malam nisfu Sya’ban, mereka berjamaah membaca Yasin 3 kali dengan niat tertentu secara bersama-sama. Yasin yang pertama untuk meminta dipanjangkan umurnya, kemudian dicegah dari bala, lalu diberi sifat istighna’ dari manusia, baik di Musolla maupun di masjid. Bagaimanakah hukumnya?

Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki mengatakan boleh, dan beliau menentang mereka yang mengharamkan atau membidahkan amalan ini. Bahkan beliau menganggap bahwa dakwaan mereka itu batil, sebab mereka tidak punya dalil.

Sayyid Muhammad menyatakan bahwa tidak ada larangan membaca al-Quran dan doa dengan tujuan yang sifatnya duniawi dan pribadi, hanya saja dianjurkan untuk ikhlas dalam melakukannya. (Madza Fi Syaban, h. 118)

Asal usul amal ini dijelaskan oleh Syekh Muhammad Darwisy Al-Hut (1227 H):

وَأما قِرَاءَة سُورَة يس لَيْلَتهَا بعد الْمغرب، وَالدُّعَاء الْمَشْهُور فَمن تَرْتِيب بعض أهل الصّلاح من عِنْد نَفسه قيل: هُوَ الْبونِي، وَلَا بَأْس بِمثل ذَلِك.

“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al-Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Asna al-Mathalib fi ahadis mukhtalafat al-maratib, h. 343)

Setelah selesai membaca yasin, dilanjut dengan membaca doa berikut:

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ. اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ”. إلَهِي بالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ في لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ، ويُبْرَمُ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَء ما نَعْلَمُ ومَا لا نَعْلَمُ، وأَنْتَ بهِ أَعْلَمُ، إنَّكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ، وصَلَّى اللهُ تعالى على سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وأَصْحَابهِ وسَلَّمَ والْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi Rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin. (Kanzu Al-Najah wa Al-Surur, 158)

Versi Imam Al-Dairabi beda lagi, sebelum membaca doa di atas, dianjurkan untuk membaca doa berikut terlebih dahulu;

إِلَهِيْ جُوْدُكَ دَلَّنِيْ عَلَيْكَ، وَإِحْسَانُكَ قَرَّبَنِيْ إِلَيْكَ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ مَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ، وَأَسْأَلُكَ مَا لَا يَعْسُرُ عَلَيْكَ، إِذْ عِلْمُكَ بِحَالِيْ يَكْفِيْ عَنْ سُؤَالِيْ، يَا مُفَرِّجَ كَرْبِ الْمَكْرُوْبِيْنَ فَرِّجْ عَنِّيْ مَا أَنَا فِيْهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنْ الظَّالِيْمِنِ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْناَهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ.

Kemudian dilanjut dengan doa nisfu Syaban di atas, dibaca sebanyak 10 kali setelah membaca Yasin 3 kali. Menurut beliau, siapa yang mengamalkan ini, niscaya ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. (Mujarrabat Al-Dairabi Al-Kabirh. 19)

Seyogianya di malam nisfu Syaban, kita masif mengerjakan ibadah, baik dengan berdzikir, berdoa, atau membaca al-Quran. Setidaknya, pada malam ini kita tidak berbuat dosa, itu sudah cukup, namun alangkah baikanya jik dibarengi dengan beribadah. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah, serta kita diberi kekuatan untuk menjauhi segala kemaksiatan. Amin.

Kontributor

  • Ahmad Hidhir Adib

    Asal dari Pasuruan. Sekarang menempuh studi program Double degree di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada program studi PAI dan Fikih Muqaran dan tinggal Wisma Ma’had Aly UIN Malang.