Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Tassawuf dan pesan perdamaian dari Syaikh Abdul Hadi Al-Qasabi saat Maulid Nabi di Krapyak

Avatar photo
48
×

Tassawuf dan pesan perdamaian dari Syaikh Abdul Hadi Al-Qasabi saat Maulid Nabi di Krapyak

Share this article

Syaikh Abdul Hadi Al-Qasabi, anggota parlemen Mesir sekaligus Ketua Majelis Tarekat Mesir menyampaikan pidato ilmiyah pada majelis  di Ndalem An-Nadwah (Kediaman Habib Hilal Al-Aidid), Krapyak, Yogyakarta. Acara ini merupakan rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Habib Hilal Al-Aidid dengan mengundang tokoh-tokoh dari Mesir, termasuk Syaikh Ali Jum’ah, Syaikh Usamah Al-Azhari, Syaikh Ibrohim Hudhud, Mustafa Atef, Syaikh Jabir Al-Baghdadi, dan tokoh-tokoh lainnya.

Dalam kesempatan langka ini, sebelum Syaih Ali Jum’ah menyampaikan nasehatnya, Syaikh Abdul Hadi menyampaikan pidato ilmiyah terkait hubungan antara Indonesia dan Mesir dalam keilmuan tassawuf. Ada banyak hal menarik yang perlu diketahui dan disebarkan untuk khalayak ramai.

Syaikh Abdul Hadi membuka pidatonya dengan ungkapan rasa cinta dan penghormatan untuk negara Indonesia. Masyarakat Indonesia dan Mesir, bukan hanya terikat dalam hubungan kemanusiaan, namun juga terikat dalam hubungan keilmuan yang sangat kuat, terutama keilmuan agama, terlebih masyarakat Indonesia dan Mesir sama-sama merasakan dan menjadi saksi perkembangan ilmu tassawuf dalam ajaran Islam. 

Momen perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini adalah momentum untuk mengingat kembali kecintaan Nabi Muhammad terhadap kemanusiaan, sebagai simbol cinta antar umat manusia. Kelahiran Nabi Muhammad adalah cahaya untuk seluruh umat manusia, dan kehadiran Nabi Muhammad di antara para manusia adalah rahmatan lil ‘alamin, bukan rahmatan lil mu’minin saja. Momentum peringatan Maulid Kanjeng Nabi SAW adalah momentum untuk memperbaharui komitmen-komitmen kita terhadap ajaran-ajaran yang turut dibawa bersama cahaya dalam kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yaitu komitmen mewujudkan Islam yang toleran dan ramah untuk seluruh umat; Komitmen untuk ikhlas dalam beramal dan memperbaiki peradaban; dan Komitmen untuk melanjutkan perjuangan nabi dalam menebarkan rasa cinta dan kasih sayang di antara manusia demi memajukan peradaban manusia dan mewujudkan perdamaian.

Syaikh Abdul Hadi Al-Qasabi melanjutkan, “masyarakat Indonesia dan Mesir sama-sama menganut paham Asy’ariyyah yang moderat. Nilai terpenting yang dikandung dalam paham tassawuf ini adalah nilai-nilai rasa cinta (sesama manusia), toleransi, dan mewujudkan perdamaian di antara para manusia. Nilai-nilai semacam ini bukan sekedar hubungan keilmuan, tetapi juga ikatan hati di antara para pelajar keilmuan agama Islam (santri).

Syaikh Abdul Hadi menyatakn apresiasinya kepada masyarakat muslim di Indonesia yang memiliki peran penting dalam perkembangan Ilmu Tassawuf di dunia Islam. Beliau menyatakan, “Islam di Indonesia adalah salah satu tempat bisa diwujudkannya hakikat ilmu tassawuf.” Maka dari itu, beliau berpesan kepada para santri dan alumni Al-Azhar yang hadir dalam acara tersebut, serta untuk seluruh masyarakat Indonesia:

Pertama, Tassawuf yang selama ini menjadi pegangan kita semua adalah wujud dari penerapan yang sempurna dari ajaran dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kedua, mempelajari dan mempraktikkan ilmu tassawuf adalah jalan menuju tingkat Ihsan. Sebuah tingkatan yang diajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Inti tassawuf adalah tentang bagaimana menyembah kepada Allah SWT dalam posisi menyadari bahwa Allah selalu mengawasi gerak-gerik kita semua.

Ketiga, Tassawuf adalah relasi individual antara seorang hamba pada Tuhannya. Sehingga dengan merasa adanya relasi personal ini, seorang hamba bisa menyembah Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan berperilaku antar sesama manusia dengan sebaik-baiknya.

Saya mengajak untuk para alumni Al-Azhar dan para santri yang hadir dalam majelis ini untuk menebarkan dan menerapkan nilai-nilai mulia dalam ilmu tassawuf ini dalam kehidupan sehari-hari. Karena menyebarkan nilai-nilai tassawuf ini adalah menyebarkan nilai-nilai kemuliaan agama Islam demi perdamaian antar manusia pada hari ini dan di masa depan. Mewujudkan nilai-nilai tassawuf ini dapat menjadi daya imunitas yang mampu melindungi dan melawan paham-paham esktrimisme yang merusak kemanusiaan dan merusak ajaran agama. Masuknya nilai tassawuf dalam setiap diri muslim dapat menjadi benteng (untuk setiap diri muslim) dari penyebaran paham-paham ekstrimis, radikal, dan fanatisme yang merusak. 

Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa cinta saya, atas nama Ketua Majelis Tarekat Sufi Mesir, kepada masyarakat Indonesia, terkhusus kepada Habib Hilal Al-Aidid, atas komitmen, usaha, dan kerja keras dalam memelihara hubungan dalam ilmu tassawuf ini, seperti bisa terwujudnya acara Maulid Nabi Muhammad ini. Acara ini, dan hadirnya kami di sini adalah langkah kerja sama nyata dalam mewujudkan dan menebarkan nilai tassawuf di antara para manusia guna mencegah segala paham dan gerakan yang merusak (yang mengatasnamakan agama).

Terakhir, Syaikh Abdul Hadi Al-Qashabi, mengajak para hadirin untuk memberharui komitmen bersama dalam menebarkan nilai-nilai tassawuf kepada seluruh umat muslim dengan mengucapkan doa:

رضينا باللّٰه ربّا وبالاسلام ديْنا وبسيدنا محمد صل الله عليه و سلم نبيا ورسولا

“Radhina billahi robba, wa bil islami dina, wa bisayyidina Muhammadin sholallahu ‘alaihi wa sallama nabiyya wa rasula.”

Doa tersebut dibaca tiga kali sebagai bentuk pembaharuan komitmen kita untuk menebarkan ajaran Islam yang ramah kepada seluruh umat manusia.

Terwujudnya acara ini adalah hasil kedetakan personal antara Habib Hilal Al-Aidid dengan Syaikh Usamah Al-Azhari, Syaikh Ali Jum’ah, dan Syaikh Abdul Hadi Al-Qasabi. Bahkan, menurut Sekjend IKANU Mesir, Dr. K.H. Anis Masduqi, Lc., M.Si, para tokoh yang diundang dalam acara ini seluruhnya diundang secara personal melalui komunikasi personal, tidak melalui komunikasi formal antar institusi.

“Undangannya pun hanya disampaikan secara personal melalui lisan (via zoom) dan melalui pesan pribadi saja. Kedekatan secara personal dan kultural semacam ini harus didukung dan dikembangkan, agar hubungan antara para ulama Indonesia dengan Mesir bukan hubungan institusional saja, tetapi juga memiliki hubungan kultural yang kuat,” tambah Anis Mashduqi yang turut dipercaya oleh Habib Hilal Al-Aidid untuk menjadi panitia dalam acara ini.

Ketua IKANU Mesir, K.H. Faiz Syukron Makmun, saat  penjemputan Syaikh Ali Jum’ah beserta rombongan juga menyatakan apesiasi dan penghormatan luar biasa untuk Habib Hilal Al-Aidid yang telah mampu mengajak tokoh sekaliber Syaikh Ali Jum’ah beserta rombongannya ke Yogyakarta. “Ini peristiwa yang sangat istimewa, Syaikh Ali Jum’ah beserta rombongan mau hadir di acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Krapyak Yogyakarta.”

Kontributor

  • Landy T. Abdurrahman

    Asal Purworejo, Jawa Tengah. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir. Sekarang sedang menyelesaikan program doktoral di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta