Habib Umar bin Hafidz, pendakwah terkemuka dari Hadramaut Yaman itu begitu mengagumi Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dan organisasi Nahdlatul Ulama. Menurut ulama keturunan Rasulullah saw. itu, pembaharuan yang dilakukan oleh Mbah Hasyim bersumber dari pemahaman yang mendalam tentang agama Islam.
Pengasuh lembaga Islam Darul Mustafa Hadramaut itu menyebut organisasi Nahdlatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari di atas pondasi yang kokoh, meliputi pemahaman yang mendalam tentang Allah dan peneladanan sempurna dari Nabi Muhammad saw.
“Sepanjang sejarah umat Islam sejak zaman terdahulu hingga sekarang, kebaikan pasti bersumber dari keikhlasan yang tulus. Ini adalah sebuah nilai yang baik, yang bisa dilihat di dalam Jam’iyah Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari,” terang Habib Umar bin Hafid dalam Multaqo Ulama yang digelar di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur pada Selasa, 22 Agustus 2023 bertepatan dengan 5 Safar 1445 H.
Dalam forum yang dihadiri oleh para ulama dan habaib itu, Habib Umar memaparkan perihal hakikat pembaharuan dalam Islam. Beliau mengangkat sosok Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari sebagai ulama pembaharu yang berhasil menyebarkan ajaran agama Islam untuk kemaslahatan manusia.
Pemaparan Habib Umar sejalan dengan tema dalam Multaqo Ulama Jombang yang mengangkat judul Usus an-Nahdlah wa Ab’ad Maqashidiha.
Bagi Habib Umar, tajdid (pembaharuan) dalam agama adalah nikmat Allah yang terjadi setiap awal seratus tahun. Ini adalah cara Allah membangkitkan kembali hakikat agama dan menghubungkan manusia kembali dengan-Nya.
“Pembaharuan yang dibawa oleh para mujaddid (ulama pembaharu) di setiap zaman, bukan berarti melakukan perubahan secara total, akan tetapi membawa nilai dan makna baru, yang bisa membawa kemaslahatan secara nyata, dan bisa diterapkan di zaman sekarang,” jelas ulama kelahiran Tarim, 27 Mei 1963 itu.
Habib Umar menjelaskan pembaharuan yang diinisiasi Kiai Hasyim bersumber dari pemahaman beliau tentang Islam yang mendalam. Beliau ingin memperbaiki keadaan umat ini, sehingga melakukan pembaharuan dengan bentuk nahdlah (kebangkitan).
“Seperti kata Imam Malik, keadaan suatu umat tidak akan bisa berubah menjadi baik, kecuali jika berasal (seperti) dari pembaharuan-pembaharuan dari para ulama salaf,” ujar Habib Umar.
“Karena agama ini telah sempurna, dan tidak ada perubahan nilai dan ajaran di dalamnya. Yang berubah adalah wasail (sarana)nya demi memperbarui pesan agama agar bisa sampai dan dipahami masyarakat.”
Kiprah Dakwah Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari
Habib Umar menyampaikan Mbah Hasyim mengemban misi pembaharuan yang sejatinya merupakan warisan para nabi. Beliau melakukan apa yang telah dikerjakan ulama-ulama pendahulu.
“Kiai Hasyim menjalin hubungan dengan masyarakat dari berbagai latar belakang, mulai dari pemimpin, petani, pedagang dan masyarakat awam dengan kesadaran akan tugas yang penting dari gurunya, yaitu membacakan ayat Allah, tazkiyah, dan taklim (mengajar),” terang guru Habib Ali al-Jufri itu.
Habib Umar menilai KH. Hasyim Asy’ari sebagai sosok dai dan ulama yang teguh dalam pendirian karena melandaskan perjuangannya pada niat ikhlas karena Allah.
“Beliau berperan sebagai dai yang menyampaikan pesan-pesan agama. Bukan terserat oleh kepentingan mereka,” sanjung Habib Umar.
KH. Hasyim Asy’ari Sosok Ulama-Negarawan Sejati
Habib Umar bin Hafidz juga menyinggung bagaimana dedikasi dan keikhlasan Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau menyebut ada yang namanya khilafah lahiriah (kepemimpinan negara) dan ada juga yang disebut khilafah batiniah (kepemimpinan spiritual).
Di mata Habib Umar, sikap Mbah Hasyim dalam khilafah lahiriah tercermin dari seruan jihad beliau untuk mengusir penjajah, hingga mengantarkan bangsa Indonesia kepada kemerdekaan dan lepas dari penjajahan.
Namun setelah Indonesia merdeka, kata Habib Umar, Mbah Hasyim ditawari jabatan dalam pemerintahan, namun menolak. Beliau justru menunjuk Soekarno sebagai pemimpin negara.
“Beliau sudah ridha dengan khilafah lahiriah bathinah (kepemimpinan spiritual). Kiai Hasyim tidak menaruh obsesi pada jabatan. Sikap beliau ini membuatnya dikejar-kejar oleh kedudukan,” terang murid Syekh Muhammad Yasin al-Fadani itu.
Legacy Mbah Hasyim untuk Bangsa Indonesia
Habib Umar bin Hafidz menyatakan bahwa peninggalan Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari (untuk bangsa Indonesia) jauh lebih abadi dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin negara, dan telah menyinari bangsa Indonesia hingga sekarang.
“Jika kita teliti sejak masa kemerdekaan, pemimpin demi pemimpin memiliki peninggalan dan pengaruh. Namun jejak peninggalan Kiai Hasyim lebih langgeng, lebih dikenal dan disebut di mana-mana,” ujar Habib Umar.
“Pemimpin negara ini ada yang baik dan ada yang buruk. Sebagian dikenang dan sebagian lainnya dilupakan. Namun apa yang diwariskan Kiai Hasyim lebih langgeng,” kata beliau.
Menurut Habib Umar, itu karena Mbah Hasyim telah menunaikan amanat Allah yang diembannya. Yakni mengajak jihad melawan penjajah, dan mewariskan peninggalan yang baik, dan konsisten istikamah dengan keilmuannya.
“Kiai Hasyim berpegangan pada nilai-nilai luhur seperti yang dijalankan oleh Rasulullah. Menyatukan hati umat Islam dari perpecahan dan pertikaian,” puji beliau.
Habib Umar mengingatkan bahwa nahdlah (kebangkitan) sebagaimana dilakukan Mbah Hasyim itu mengajak kepada Allah, bukan mengajak kepada selain-Nya, dan kembali kepada pilar asasinya, yaitu ikhlas kepada Allah, berperilaku dengan akhlak mulia, dan menjaga kesatuan umat.
“Kiai Hasyim menukil dari Sayyidina Ali, bahwa kebenaran bisa menjadi lemah jika orang-orang yang berada di dalamnya terpecah belah,” kata Habib Umar.
Sebelum menghadiri Multaqo Ulama, Habib Umar bin Hafidz ziarah terlebih dahulu ke makam Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari. Beliau didampingi oleh KH. Abdul Hakim Mahfudh (Gus Kikin) Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Taufiqurrohman Muchit Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Ampel serta beberapa kiai dan habaib