Syekh Abdul Aziz al-Syahawi menyatakan bahwa para imam mazhab empat yang diikuti oleh umat Islam saat ini merupakan orang-orang yang alim, shaleh dan ahli ijtihad. Mereka mengetahui hukum-hukum agama dengan sangat baik.
Menurut pandangan Mahaguru Ulama Mazhab Syafii Al-Azhar Mesir itu, pandangan-pandangan dari para imam mazhab yang berbeda-beda dan beraneka ragam itu tidak bertentangan dan tidak perlu dipertentangkan.
Syekh al-Syahawi menegaskan kapasitas para imam mazhab untuk dijadikan acuan dalam menjalankan tuntunan agama di hadapan ratusan peserta Semintar Pemikiran Islam Fikih Syafi’i yang digelar di masjid kampus Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur pada Senin (7/18).
Syekh al-Syahawi mencontohkan bagaimana Imam asy-Syafi’i sosok ulama yang mazhab Syafi’i dinisbatkan kepada namanya, merupakan seorang ulama rabbani dengan pengetahuan keilmuan Islam yang mendalam, kecerdasan yang luar biasa, kekuatan hafalan yang luar biasa cerdas dan perilaku-perilaku yang senantiasa berkiblat pada tuntunan syariat.
Imam asy-Syafi’i pernah dinasihati oleh gurunya Imam Malik agar bertakwa kepada Allah dan menghindari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah. “Jika kamu melakukan itu,” tutur Imam Malik seperti dikutip Syekh al-Syahawi, “kamu nanti akan menjadi imam, penghulu dan pemimpin agama pada zamanmu nanti.”
Bertakwa kepada Allah dan menghindari maksiat merupakan kunci di balik kecerdasan dan kekuatan hafalan Imam asy-Syafi’i. Setiap mengaji kepada Imam Malik, beliau tidak pernah membawa buku catatan. Imam asy-Syafi’i dianugerahi kecerdasan yang mampu menghafal apa yang disampaikan Imam Malik walau hanya mendengarnya sekali saja.
Ini diakui oleh Imam asy-Syafi’i dalam sebuah kisah teladan yang sangat masyhur di mana dia mengadu tentang hafalannya yang buruk kepada gurunya Imam Waki’. Lalu gurunya itu memerintahkan dia agar meninggalkan maksiat karena cahaya Allah tidak bakal diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Selain kealiman para imam mazhab, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi juga menyinggung soal adab dan tata krama yang diperlihatkan mereka satu sama lain. Seperti Imam Syafi’i selalu membalik kertas-kertas kitab dengan lembut di hadapan Imam Malik yang sudah sepuh dan Imam Ahmad yang tidak shalat selama 40 tahun kecuali sembari mendoakan gurunya Imam Syafi’i.
Syekh Abdul Aziz al-Syahawi kemudian menegaskan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di setiap zaman merupakan sebuah keniscayaan. Para ulama zaman sekarang harus menjaga dan melestarikan mazhab imam empat dan jangan keluar dari ijtihad-ijtihad mereka.
“Saya yakin setiap permasalahan baru pasti ada solusinya,” tegas Syekh Abdul Aziz al-Syahawi, “yaitu dengan merujuk pendapat dan pandangan mereka.”
“Setiap persoalan baru pasti ada padanan di masa lalu untuk dicarikan hukum-hukumnya. Jangan sampai melenceng dari empat mazhab dalam mencari solusi,” imbuh beliau.
Syekh al-Syahawi menasihati bahwa setiap orang perlu untuk membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang meluruskan keyakinannya, mengoreksi ketaatannya dan membersihkan hatinya. Ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu akidah, fikih dan tasawuf.
“Jadilah fakih sekaligus sufi, jangan jadi salah satunya saja,” pesan beliau kepada hadirin dengan mengutip syair Imam Syafi’i.
Terakhir Syekh Abdul Aziz al-Syahawi berpesan lima hal kepada para peserta seminar agar senantiasa dijalankan dengan baik.
“Aku berpesan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, berbakti kepada orang tua, menjaga al-Quran, mendirikan shalat dan berakhlakul karimah.” tutup beliau.
Dalam seminar itu, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi dan KH. Asep Saifuddin Chalim saling bertukar cindera mata kenang-kenangan.
Dalam Semintar Pemikiran Islam Fikih Syafi’i yang digelar di masjid kampus Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto itu, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi didudukkan bersama KH. Afifuddin Muhajir pakar Ushul fikih Indonesia sebagai pembicara.