Seorang arsitek
otodidak asal India, Govindan Gopalakrishnan, berterus terang telah membangun
lebih dari 100 masjid, empat gereja dan sebuah kuil di negara bagian Kerala.
Yang mendorong pria
berusia 85 tahun itu dalam enam dekade karirnya sebagai arsitek adalah
kecintaannya pada “persatuan umat manusia”, seperti yang ia katakan dalam hasil
liputan Al-Jazeera 13 Juli lalu.
Seniman bangunan yang telah berumur tersebut menyimpan mushaf Al-Qur’an,
Injil, juga kitab suci agama Hindu, Gita, di rumah sederhananya di kota
Thiruvananthapuram, India Selatan. Terlepas dari keyakinan pribadinya, ia
mengatakan sangat memercayai kerukunan beragama.
“Saya menjalankan roza (puasa) selama bulan suci Ramadan serta
puasa 41 hari selama haji Sabarimala. Istri saya adalah penganut Kristen, jadi
saya juga menemaninya puasa Paskah,” ucapnya sambil tersenyum melihat Jaya, istri
yang dinikahinya 60 tahun lalu.
“Salah satu dari dua anak lelaki saya menikahi seorang Muslimah. Saya
menampung semua agama di rumah saya dan memberi mereka rasa hormat yang sama,”
lanjut dia.
Karir arsitek otodidak itu, ujarnya, bermula tidak lama setelah
menyelesaikan sekolah menengah tingkat atas lantaran keluarganya tidak mampu mendaftarkannya
ke perguruan tinggi. Sebaliknya, ia magang dan bergabung bersama ayahnya yang
kala itu seorang kontraktor bangunan.
Gopalakrishnan muda memulai dengan mengamati dan menelusuri bangunan
yang digarap sang ayah dalam mentahan desainnya. Kemudian ia bandingkan
detailnya dengan struktur asli yang sudah jadi, selepas itu menghujani ayahnya
dengan pertanyaan-pertanyaan teknis tentang arsitektur, baik pondasinya, sistem
pencahayaan, hingga skema warna.
Di samping itu, Gopalakrishnan juga menjalin persahabatan dengan LA
Saldana, seorang juru gambar Anglo-India yang cukup ternama pada kurun 1960-an.
Darinya ia mempelajari dasar-dasar membuat sketsa dan desain arsitektural.
“Saya juga magang tanpa dibayar di Departemen Pekerjaan Publik Kerala,
yang banyak mengajari saya tentang kerajinan sembari membantu ayah saya dalam
proyek pembangunan Palayam, sebuah masjid yang menjadi ikon di Kerala,” tuturnya
kepada seorang reporter. Tentu menjadi sebuah kebanggaan besar bagi pasangan
ayah-anak ini tatkala masjid Palayam diresmikan langsung oleh Presiden India
saat itu, Dr Zakir Hussain, pada tahun 1964.
“Struktur masjid tersebut membutuhkan waktu lima tahun untuk dibangun,
sungguh pengalaman belajar yang luar biasa bagi saya. Itulah titik yang membuat
saya sadar bahwa arsitektur adalah jalur hidup saya,” kenang Gopalakrishnan,
yang hingga saat ini tak terhitung banyaknya gedung yang ia rancang, mulai dari
pusat perbelanjaan, perumahan, serta gedung-gedung umum.
“Saya meyakini ada campur tangan Tuhan ketika saya, orang Hindu, dibantu
langsung oleh seorang teman Kristen (LA Saldana), membangun sebuah masjid yang
disandingkan dengan kuil dan gereja. Contoh yang sangat jelas tentang kerukunan
umat beragama,” tutur Gopalakrishnan.
Meskipun tidak memiliki gelar formal di bidang arsitektur, pemahaman
intuitif Gopalakrishnan tentang seni bangunan, etos kerja yang maksimal, serta
tekad mempersembahkan hasil yang melampaui harapan para klien adalah beberapa
hal di balik kesuksesannya.
Gopalakrishnan bercerita bahwa kontrak solo perdananya adalah pembangunan
tempat tinggal tiga lantai di Thiruvananthapuram, yang sangat membuat pemesannya
terkesan-kesan dan merasa puas.
Akan tetapi, poin penting dalam karir Gopalakrishnan adalah pada tahun
1976 ketika ia megepalai pembangunan Masjid Beemapally Juma di
Thiruvananthapuram. Sebuah proyek besar yang membutuhkan sekurang-kurangnya 18
tahun dirampungkan lantaran dana sumbangan yang mengalir secara bertahap.
Terlepas dari masalah anggaran, Gopalakrishnan mencoba menciptakan
inovasi baru ke dalam karyanya dengan melepaskan diri dari stereotip arsitektur
yang sudah pakem, termasuk dengan menggali ‘rujukan’ dari bangunan-bangunan
lama. Hal ini juga ia lakukan pada setiap masjid yang ia bangun berikut-berikutnya.
Misalnya Masjid Sheikh di Karunagappally yang menjadikan monumen cinta
Taj Mahal sebagai inspirasinya; masjid Ziyarathumoodu yang berlokasi di dekat
Kollam adalah campuran gaya Indo-Saracenic; sedangkan masjid Chalai di
Thiruvananthapuram ‘mematuhi’ gaya arsitektur termutakhir.
Masjid Sheikh di Karunagappally atau yang juga disebut
Taj Mahal Kerala, karya Gopalakrishnan yang terinspirasi Taj Mahal
Gopalakrishnan juga membuat karyanya terkesan inklusif. Selain menghiasi
muka masjid dengan ayat suci Al-Qur’an, ia juga menuliskan terjemahannya dalam
Bahasa Malayalam (bahasa lokal Kerala), lokalitas yang tentu tidak akan
dijumpai di masjid-masjid di luar Kerala.
Meskipun umat Muslim setempat sangat senang dengan inovasi
Gopalakrishnan tersebut, beberapa pemerhati arsitektur menyampaikan kritikannya.
Kontroversi meledak ketika Gopalakrishnan menggunakan motif bunga
teratai di masjid Beemapally. “Teratai adalah bunga yang indah, bunga nasional
India. Sebagai seorang seniman, saya melihat tidak ada salahnya menggunakannya
untuk mengekspresikan rasa hormat. Namun pasti beberapa orang akan melihat
sebaliknya,” ucapnya tanpa raut sesal.
Di India, penggambaran bunga teratai selalu dibarengi dengan ilustrasi dewa-dewa
Hindu, selain itu juga merupakan simbol yang dipakai partai nasionalis Hindu, Bharatiya
Janata Party (BJP).
Menepis segala tanggapan buruk yang diarahkan terhadapnya, Gopalakrishnan
mengatakan bahwa dia akan, “selalu mengikuti kata hati untuk membangun masjid,
karena rumah Tuhan harus bebas dari prasangka (buruk)”.
Hal lain yang luar biasa adalah Gopalakrishnan sama sekali belum pernah
mengunjungi atau melihat proses pembangunan arsitektur Islam di luar Kerala. Ia
murni belajar dengan metode trial and error, alias coba-coba, pengamatan
tajamnya sanggup menemukan estetika baru untuk struktur yang ia rancang.
Dia mengaku telah mengikuti model arsitektur Indo-Saracenic dan
menganggap buku “Arsitektur India: Periode Islam, dan Arsitektur India: Periode
Hindu” yang ditulis oleh sarjana dan sejarawan Inggris terkenal, Percy Brown,
sebagai ‘kitab suci’ arsitektur baginya.
Seiring berkembangnya corak bangunan, karya Gopalakrishnan ditopang oleh
upaya melahirkan generasi dan gaya baru tempat beribadah. Ia juga bermain warna,
misalnya mengganti warna tradisional masjid pada umumnya dengan pastel merah
muda dan hijau pistachio.
Masjid Beemapally, karya Gopalakrishnan yang sampai
saat ini menjadi salah satu destinasi ziarah paling utama di India Selatan
Di masa pandemi yang dipenuhi kebiasaan baru ini, bagaimana Gopalakrishnan
mengatur kegiatannya?
“Saya bangun pukul 6 pagi, kemudian membaca koran dan berlanjut sarapan pukul
8:30, setelah itu beralih ke meja kerja untuk melanjutkan buku yang tengah saya
susun, Njaan Kanda Quran, yang secara harfiah berarti: ‘Apa yang saya
lihat dan pahami dari Al-Qur’an’.”
Buku setebal 1200 halaman yang telah disusun Gopalakrishnan lebih dari
enam tahun, ucapnya: “akan membantu pembaca memahami Al-Qur’an dengan cara yang
sederhana dan bermakna”.
“Ketika membaca Al-Qur’an,” ucap Gopalakrishnan, “Saya dikejutkan oleh
kesamaan ajarannya dengan Alkitab dan Gita. Saya mengambil setiap frasa dari Al-Qur’an
kemudian membandingkannya dengan dua teks agama lainnya sambil mencatat secara
rinci setiap kesimpulan yang saya peroleh. Begitulah proses tersusunnya buku saya,
dengan harapan suatu hari bisa diterbitkan.”
Gopalakrishnan juga seorang tokoh di balik berdirinya Maanavamaitri,
sebuah organisasi sosial dan amal yang menyemarakkan pemahaman agama serta toleransi,
sebagai antitesis dari pandangan dunia yang semakin diwarnai ras, kasta, dan
keyakinan buta.
Setelah puluhan tahun mengabdikan diri membangun tempat bermunajat,
Gopalakrishnan mengatakan ia masih memiliki satu impian yang belum terwujud: membangun
sekolah pemikiran keagamaan di mana Gita, Al-Qur’an, dan Alkitab dapat
diajarkan kepada para siswa.
“Suatu hari,” ujarnya kemudian, “Saya berharap mampu mewujudkan impian tersebut.
Alangkah indah jika pada akhirnya kita semua menyadari bahwa Tuhan adalah satu,
apapun agama yang kita peluk tidak lain adalah kendaraan untuk mencapai-Nya.
Dengan menyadari hal ini sambil menghormati semua agama, saya yakin semua
perselisihan akan berakhir. Sehingga dunia akan menjadi tempat yang lebih
kaya.”
Liputan Al-Jazeera: https://www.aljazeera.com/news/2021/7/13/hindu-architect-kerala-mosque-man