Dakha, Bangladesh: Peraih Nobel
Perdamaian sekaligus ekonom kondang Muhammad
Yunus memperoleh Penghargaan Olimpiade (Olympic Laurel)
Jumat kemarin ketika upacara pembukaan Olimpiade di Tokyo, Jepang.
Olympic Laurel merupakan penghargaan kehormatan tertinggi yang dipersembahkan Komite
Olimpiade Internasional (International Olympiad Committee / IOC). Sepanjang
sejarahnya, Muhammad Yunus adalah sosok kedua yang meraih penghargaan ini, yang
pertama diterima Kipchoge Keino pada 2016 lalu.
Muhammad Yunus berujar bahwa penghargaan
itu “sangat istimewa” baginya. “Saya merasa terhormat dan tersanjung menerima Olimpiade
Laurel ini, namun
sangat sedih lantaran tidak
bisa berada di tengah-tengah
kalian,” ucapnya.
Muhammad Yunus juga memuji
peran IOC yang sangat serius dalam mengatur sektor sosial dan olahraga, ia
mendesak para atlet di seluruh dunia untuk “menyajikan kepemimpinan dalam merubah
dunia ini.”
Bankir muslim yang
sudah berusia 81 tahun ini mengarahkan para atlet untuk berperan aktif dalam menciptakan
“dunia tiga nol” (world of three zeros): nol emisi karbon; nol penimbunan kekayaan; dan nol
pengangguran. Untuk yang terakhir ia
mengajak dengan cara menanam benih unggul kewirausahaan di
setiap lapisan masyarakat.
Melalui sektor
olahraga, Muhammad Yunus berharap IOC mengeksekusi misinya dengan mulus guna
membantu mengubah planet ini menjadi dunia yang lebih damai. Ia terpilih
sebagai Olympic Laurel atas karyanya yang luas dalam olahraga demi pembangunan
kualitas hidup, termasuk dengan mendirikan Yunus Sports Hub, sebuah jaringan
bisnis yang menawarkan solusi permasalahan sosial-global melalui olahraga.
Muhammad Yunus telah bekerja sama dengan IOC
dalam beberapa proyek, termasuk dalam sektor pendidikan berupa Program Para Pemimpin Muda IOC (IOC
Young Leaders Programme),
Perkemahan Pemuda Perdamaian (Peace Youth Camp) bernama “Imagine”, juga Akselerator Bisnis Atlet365 (Accelerator Business Athlete365) yang merupakan program
kewirausahaan komprehensif pertama yang membantu para atlet Olimpiade dalam menapaki transisi karir.
Profesor Muhammad Yunus adalah seorang bankir Muslim
asal Bangladesh yang
dianugerahi Nobel Perdamaian
pada tahun 2006 karena jasanya dalam merintis
pinjaman kredit mikro kepada masyarakat
kecil
yang membutuhkan, antara lain juga telah bekerja sama selama bertahun-tahun dengan
Komite Olimpiade Internasional dalam program usaha bagi
para atlet.
Hingga hari ini Muhammad Yunus tercatat sebagai salah satu dewan
penasihat di Universitas Sains dan Teknologi Shanjalal, ia juga sempat menjadi
guru besar ekonomi di Universitas Chittagong tempat di mana ia mengembangkan
gagasannya tentang konsep kredit dan keuangan mikro.
Bank Grameen
Konsep kredit mikro yang digagas Muhammad Yunus ia realisasikan dengan
mendirikan Bank Grameen, sebenarnya jauh sebelum itu ia sudah berangan-angan
ingin mengembangkan pinjaman skala kecil untuk pengusaha miskin yang tidak
mampu menarik pinjaman dari bank-bank umum.
Sebelum menerima penghargaan nobel atas terealisasinya gagasan tersebut,
pada tahun 2001 ia membawa pulang Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII tahun 2001
serta sederet penghargaan nasional dan internesional lainnya.
“Apa hebatnya teori ekonomi yang setiap hari saya ajarkan,” ujar Muslim
berpemikiran progresif tersebut dalam sebuah kesempatan, “ketika di seberang
trotoar kampus sana orang-orang miskin tengah sekarat dalam bergelut dengan
rasa sakit yang mencekik?”