London, 30 April, seorang lelaki bernama Anver Patel menerima undangan
vaksinasi Covid-19 tahap kedua dari sebuah grup chat yang terkait dengan
masjid di dekat tempat tinggalnya, seketika ia berpikir bolehkan melakukan vaksin
sementara dia tengah berpuasa.
Kalaupun toh diperbolehkan, Tuan Patel juga khawatir efek
samping dari vaksin memaksanya minum analgesik (obat penghilang rasa sakit)
yang sudah tentu akan
membatalkan puasanya.
Namun setelah
mengetahui bahwa dia bisa mendapatkan suntikan dari klinik keliling berupa bus juga
dari arahan pusat komunitas Muslim setempat, akhirnya Tuan Patel mantap
menjalani vaksin tahap kedua pada siang hari di bulan Ramadhan.
“Sungguh tidak
memberatkan mengadakannya di Masjid karena saya mengenal orang-orang di sana, mereka
berwajah ramah dan suka bergurau,” kata seorang petugas vaksin dalam sebuah wawancara
oleh Thomson Reuters Foundations yang dilansir independent.co.uk.
“Bahkan saya
mendengar salah satu dari mereka berujar dengan nada canda kepada temannya yang
sedang disuntik, ‘jika hal buruk terjadi padamu, maka jangan khawatir karena
engkau berada di tempat beribadah.’”
Tuan Patel termasuk
di antara ratusan orang yang divaksin oleh bus double-decker tersebut. Kendaraan berisi
perlengkapan medis itu mengunjungi masjid-masjid di wilayah Redbridge sejak sekitar
seminggu lalu dengan mengangkut tim medis dalam menjangkau kawasan-kawasan yang rentan terserang
virus, selain itu
mereka juga mengemban misi menghilangkan mitos-mitos seputar vaksin yang
diyakini sebagian masyarakat,
terutama oleh komunitas Muslim di sana.
Jumlah
korban Covid-19 di Inggris merupakan
tertinggi kelima di dunia, dengan angka kematian lebih dari 125.000 jiwa. Tidak ayal jika saat ini Inggris mencoba
bangkit dan
berharap terdepan dalam
program vaksinasi, pemerintah Inggris
menargetkan dapat menyelesaikan suntikan vaksin terhadap seluruh warga
negaranya pada akhir bulan Juli mendatang.
Etnis
minoritas di Inggris terserang virus secara tidak proporsional dan cukup masif karena
berbagai faktor, antara lain kemiskinan, bekerja di sektor yang berisiko
seperti menjadi perawat kesehatan, atau tinggal di daerah yang berpenduduk
terlalu padat.
Data
resmi yang dirilis tahun lalu mencatat tingkat kematian dari kalangan Muslim di
Inggris lebih tinggi daripada komunitas agama-agama minoritas yang lain seperti
Yahudi, Hindu atau penganut Sikhisme.
Asosiasi Medis Islam Inggris (British Islamic
Medical Association) telah berupaya meyakinkan umat Islam bahwa vaksin
tidaklah membatalkan puasa antara lain karena bukan zat yang bergizi (not
nutritional). Namun tampaknya kampanye ini belum sampai ke telinga semua orang
Muslim di negara The Beatles tersebut.
Salah seorang dokter yang membantu menjalankan klinik
di luar masjid, Shabnam Ali, mengatakan tidak aneh ketika umat Islam merasa
khawatir jika harus menjalani vaksinasi ketika berpuasa. Bahkan ada yang
berujar, “Saya sangat senang bisa datang setelah Maghrib, dengan demikian saya
tidak perlu membatalkan puasa.”
Seorang dokter
bersiap memvaksin pasien di dalam bus klinik yang mengunjungi masjid-masjid di
London, Inggris, pada 27 April 2021 lalu
“Yang tidak kami inginkan adalah mereka datang ketika
masa tenggang antara kedua vaksin sudah habis, yang mana mengharuskan mereka
mengulang lagi vaksin tahap pertama.” dokter Ali menambahkan.
Meskipun dibuka untuk semua kalangan, yang
diprioritaskan oleh klinik berjalan tersebut adalah umat Muslim yang tidak menolak
divaksin selama jam berpuasa.
“Bus kami dapat menyalurkann lebih dari 100 vaksin
secara bergilir,” kata Najib Seedat selaku kepala klinik dari tim penjangkauan
tersebut.
“Supaya mereka berkenan divaksin, kami harus melakukan
hal-hal yang ekstrim untuk dicoba,” imbuhnya.
“Ini adalah bus yang bagus dengan warna yang cukup
mencolok, sehingga sanggup menarik perhatian semua orang, kami juga
menggunakannya sebagai strategi untuk berdialog dan berdiskusi dengan
masyarakat.” Ujar Seedat lebih jauh.
Tidak hanya masjid, penyelenggara program ini juga
bekerja sama dengan gereja, kuil, dan sinagoge di sejumlah kawasan untuk
mendorong jemaat mereka memperoleh vaksinasi.
Selaku ketua Federasi Organisasi Muslim Redbridge, Bashir
Patel mengatakan bahwa membuka masjid untuk klinik berjalan tersebut dapat meyakinkan
mereka yang ragu-ragu tentang suntikan vaksin lantaran mendapat perlindungan langsung
di dalam rumah Tuhan (house of God).
“Orang-orang yang beriman memiliki keyakinan yang
sangat mendalam kepada Tuhan, ketika mereka ragu mengambil sebuah keputusan,
ini adalah tempat di mana mereka akan merasa mantap dan yakin,” tambahnya.
“Saya mengetahui secara langsung beberapa orang yang
seharusnya sudah lama mendaftarkan diri untuk divaksin, namun mereka enggan berangkat.
Tiba giliran bus tersebut berkunjung, dengan sendirinya mereka mengambil nomor
antrian.”
Komunitas muslim di Inggris memiliki sejarah yang
belum terhitung lama, yakni baru sekitar akhir abad 18 M dan awal abad 19 M,
dibawa oleh imigran dari Asia Selatan, seperti India, Bangladesh, juga
Pakistan. Sensus pada tahun 2011 lalu menyebutkan warga Inggris yang beragama
Islam mencapai angka 2.7 juta, menjadikannya agama terbesar kedua di negara
tersebut setelah Kristen.