Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Al-Azhar Gelar Konferensi Terkait Al-Farabi dan Kontribusinya terhadap Dunia Pemikiran

Avatar photo
38
×

Al-Azhar Gelar Konferensi Terkait Al-Farabi dan Kontribusinya terhadap Dunia Pemikiran

Share this article

Senin lalu (15/3) Al-Azhar mengadakan konferensi daring bertajuk,
Kontribusi Al-Farabi dalam Mengembangkan Peradaban Manusia.” Konferensi
yang diadakan oleh Majma’ Buhuts Islamiyyah Al-Azhar bekerjasama dengan
Kedutaan Kazakhstan bertujuan untuk memperdalam hubungan antara generasi kini
dengan para ulama mereka.

Konferensi yang berlangsung selama dua hari dan berakhir
Selasa (16/3) kemarin, menghadirkan banyak tokoh ternama seperti Jan Said, Sayyid
Nawizbai Ungarf, Dr. Akhtar Baltouri, Dr. Hasan Al-Saghir, Prof. Helmy Al-Sa’id
Allam, Prof. Nazir Ayyad selaku moderator Konferensi, dan banyak lagi.

Ada empat sesi dalam konferensi daring ini. Sesi pertama membahas
kontribusi Al-Farabi dari aspek filosofis, sesi kedua dan ketiga membahas kontribusi
Al-Farabi dalam aspek etika dan politik, sedangkan sesi terakhir sebagai
penutup.

Acara dibuka dengan pengenalan Al-Farabi secara singkat
oleh mufti Republik Kazakhstan, Sayyid Nawisbai Ungarv. Dia menjelaskan bahwa Al-Farabi
lahir dan besar di Kazakhstan. Dia bersekolah di Otrar, kemudia melakukan
perjalanan ke Adad, Syria, Mesir, Samarkand, Bukhara, dan banyak negara lain.

Al-Farabi juga pantas disebut poliglot karena menguasai
banyak bahasa sekaligus. Al-Farabi fasih bercakap dalam bahasa Arab, Persia dan
juga Yunani. Dia juga memiliki banyak penemuan ilmiah di berbagai bidang.

Mufti Kazakhstan ini menjelaskan lebih lanjut tentang
Al-Farabi. Bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalg, beliau
mengutip Imam Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi dari bukunya Siyar Al-Nubala,
bahwa Al-Farabi adalah filsafat cerdas asal Turki dan pionir filsafat Arab.

Al-Farabi juga sangat dipengaruhi oleh Aristoteles. Kawan-kawannya
menanyakan, “Kamu kenal Aristoteles? Menurutmu antara kamu dengan Aristoteles,
siapa yang lebih mahir?” Al-Farabi menjawab, “Jika aku hidup pada zamannya, niscaya
aku akan menjadi murid terbesar Aristoteles.”

Toleransi beragama di era Al-Farabi sangat tinggi.
Al-Farabi banyak menerima ilmu dari professor-profesor Nasrani. Dia belajar
logika dan beragam bahasa dari Abu Bishr Matta bin Yunus. Kemudian dia belajar Tata
Bahasa dari Abu Bakar Al-Sarraj. Setelah itu dia pergi ke Harran untuk belajar
filsafat di tangan Yohanna bin Helan.

Sumber ilmu lintas kultur dan lintas agama yang Al-Farabi
peroleh jelas mengokokohkan statusnya sebagai filsuf Islam paling agung dan
tersohor.

Dr. Akhtar Baltouri juga menegaskan bahwa Al-Farabi mengabdikan
kehidupan sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan. Selain bertindak sebagai aspirator
Kazakhstan terhadap dunia Arab secara umum, Al-Farabi juga menghubungkan dunia
Arab dengan Barat melalui pandangan ilmiahnya.

Bahkan bisa dibilang, kontribusi Al-Farabi dalam kebangkitan
Eropa sangat besar.

Al-Farabi bergabung dengan rombongan Emir Saif al-Dawla,
Emir Aleppo, dan dia sering dipuji oleh al-Mutanabi dalam puisinya. Al-Mutanabi
menyebutnya sebagai Saif al-Dawla al-Hamdani.

Selain memperkenalkan simbol-simbol ilmiah Islam, biografi
serta ajaran ulama terdahulu kepada generasi sekarang, konferensi ini juga
berusaha menawarkan bagaimana pemikiran para ulama terdahulu serta kontribusi
mereka dalam mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam di mata dunia.

Dr. Small Tolyubaeva, seorang profesor di Departemen
Studi Oriental di Universitas Nasional Eurasia juga turut memuji Al-Azhar atas diadakannya
konferensi ini. Membedah kehidupan, epistemologi dan kontribusi Al-Farabi terhadap
dunia adalah bukti terbaik dalam menyampaikan pesan spiritual dan ilmiah kepada
generasi muda bangsa.

Profesor tersebut juga menambahkan bahwa sumbangan
Al-Farabi terhadap keilmuan dan kebudayaan dunia tidak pernah lekang oleh
zaman, karena berkaitan dengan permasalahan klasik yang selalu dikaji para
pemikir dan ulama sepanjang zaman, yaitu: ilmu, pengetahuan, akhlak,
kebahagiaan dan problematika sosial.

Jan Said, Presiden Universitas Nasional Al-Farabi di
Kazakhstan, turut menyampaikan apresiasinya terhadap konferensi ini,

“Saya sangat yakin bahwa acara ini akan semakin memperkuat
rasa persahabatan dan kemitraan antara orang Kazakhstan dengan orang-orang
Mesir, terlebih melalui pertukaran penelitian dan kerja sama ilmiah antara
Universitas Al-Farabi dengan kiblat dan menara ilmu agama seantero dunia, yaitu
Universitas Al-Azhar.”

Di akhir konferensi, Prof. Nazir Ayyad, mewakili Majma’
Buhuts Al-Islamiyyah dan selaku moderator konferensi, menyimpulkan beberapa
poin penting. Beberapa hasil kesimpulan penting di antaranya adalah: pentingnya
penggalakan kajian untuk memperkenalkan kembali kontribusi ilmiah dan filosofis
yang telah dilakukan oleh para ulama Islam terdahulu dan penyesuaiannya dengan era
baru.

Konferensi juga mengganggap bahwa dampak pemikiran Al-Farabi
terhadap pemikiran Barat terutama pada saat Renaisans pantas diprioritaskan
untuk diajarkan ke generasi sekarang. Begitu juga kaitan pemikiran Al-Farabi
dengan konsep negara dan teori kontrak sosial milik Rousseau, Hobbes dan Hegel.

Para ulama di dalam konferensi ini juga sepakat untuk memperbaiki
apa yang banyak disalahpahami oleh beberapa kalangan tentang Al-Farabi,
terutama yang berkaitan dengan aspek doktrinal, kenabian dan persoalannya.

Kontributor

  • Umar Abdulloh

    Santri Al-Azhar alumni Fakultas Hukum yang senang menertawakan dunia dan seisinya.