Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

100 Tahun Deportivo Palestino, Klub Sepak Bola Orang Palestina Di Chili

Avatar photo
24
×

100 Tahun Deportivo Palestino, Klub Sepak Bola Orang Palestina Di Chili

Share this article

Saat sejumlah negara Arab merayakan kesepakatan normalisasi mereka dengan Israel dan Google menghapus Palestina dari petanya, Deportivo Palestino di Chili merayakan ulang tahun ke-100 klub sepakbola paling unik di dunia itu.

“Seratus tahun identitas Palestina di sebuah negara Amerika Selatan menunjukkan kegagalan Israel untuk menghapus identitas Palestina,” tulis Eman Abusidu, koresponden Middle East Monitor di Chili dalam laporan panjang yang dimuat di website resminya Selasa (22/9).

Bertepatan dengan 100 tahun berdirinya Deportivo Palestino, Eman Abudisu mengulik sejarah klub dengan mewawancarai Presiden klub, Jorge Uauy dan Anuar Majluf, Direktur Eksekutif Federasi Palestina Chili.

Deportivo Palestino didirikan di Chili pada 20 Agustus 1920 oleh imigran Palestina di kota Osorno, selatan Chili. Klub ini populer sebagai “tim nasional kedua” Palestina. Pada perayaan 100 tahun sejarah klub, jersey tim dibuat dengan membubuhkan kalimat: “More than a team, it is entire people”.

Presiden Deportivo Palestino, Jorge Uauy menjelaskan bahwa emas pada jersey spesial mewakili peringatan 100 tahun, dan tahun “1920-2020 100 Anos” berada di bawah lambang klub. “Seperti seragam biasa, di bagian punggung tertulis motto kami, dalam bahasa Spanyol dan Arab, dan peta Palestina di lengan baju.” imbuhnya.

Pandemi memaksa klub untuk menemukan cara inovatif untuk merayakan ulang tahun satu abad ini. Salah satu bangunan paling simbolis di Santiago diterangi dengan moto baru klub, misalnya, dan pernyataan mantan pemain disiarkan di saluran media penting di seluruh Chili.

Jorge mangatakan Club Deportivo Palestino meluncurkan museum kaos virtual pertama di Chili di mana orang dapat mempelajari sejarah tim lebih dalam. “Tur ini mencakup berjalan kaki virtual melalui Stadion La Cisterna dan ruang ganti tempat Anda dapat melihat berbagai kemeja yang telah dikenakan tim selama 40 tahun terakhir.” tambahnya.

Baca juga: Edward Said, Pikiran Palestina di Tanah Amerika

Menurut Anuar Majluf, Direktur Eksekutif Federasi Palestina Chili, acara besar perayaan sudah direncanakan tetapi harus ditunda karena pandemi. “Kami beralih merayakan ulang tahun melalui platform digital. Kami telah menerima ucapan selamat dari banyak seniman dan intelektual Palestina. Sejumlah pemain terkenal di Eropa juga mengirimkan ucapan selamat untuk klub.” tuturnya.

Sejak berdiri, Deportivo Palestino selalu lebih dari sekadar klub sepak bola. Ia didirikan oleh komunitas Palestina di Chili, negara yang menjadi rumah terbesar keturunan Palestina di luar negeri. Saat ini, hampir setengah juta orang asal Palestina tinggal di sana, dari total 18 juta populasi Chili. Orang-orang yang dipanggil “Chilestinians” datang dari Palestina pada abad ke-19 lalu disusul dengan gelombang migrasi lain pada tahun 1948, yang kemudian menciptakan hubungan antara Timur Tengah dan Amerika Latin.

Majluf mengatakan bahwa para pendiri klub melihatnya sebagai cara untuk menjaga identitas Palestina tetap hidup dalam menghadapi upaya pengambilan wilayah Palestina pasca rencana partisi PBB untuk Palestina pada tahun 1947 dan Nakba 1948.

Sebagai klub Chili, kehadiran Deportivo Palestino memberikan kesempatan bagi rakyat Palestina yang tertindas untuk dilihat dan didengar.

Jorge Uauy merasa terhormat karena diakui di seluruh dunia sebagai tim sepak bola Chili yang mewakili Palestina. “Jika Anda melihat kit kami, Anda akan menemukan identitas Palestina seluruhnya. Jika Anda pergi ke salah satu pertandingan kandang kami, Anda akan melihat lebih dari satu bendera Palestina berkibar di stadion kami.” imbuhnya.

Selain menjuarai liga domestik (Chilean Championship), Deportivo Palestino telah bermain di kompetisi internasional Amerika Latin selama lima tahun terakhir. Banyak tokoh dunia mengenakan jerseynya seperti Xavi Hernandez, Roger Waters dan Paus Franciscus.

Deportivo Palestino pernah bertandang ke Tepi Barat dan memainkan pertandingan kontra tim nasional Palestina beberapa tahun lalu. “Kami percaya bahwa ikatan kami dengan Palestina, yang telah kuat sejak awal, akan tumbuh semakin kuat di masa depan dan kami akan sangat senang dan terhormat dapat mengunjungi Palestina lagi dalam waktu dekat,” tambah Uauy.

Pada tahun 2014, Deportivo Palestino mengganti nomor 1 di kaus pemain dengan peta Palestina. Namun komunitas Yahudi Chili yang beranggotakan 18.000 orang memprotes “eksploitasi politik” olahraga tersebut.

Jorge Uauy mengatakan keputusan menggunakan peta bersejarah Palestina sebagai ganti nomor 1 adalah cara memberi penghormatan kepada tanah leluhur “Chilestinian” mereka. “Ada yang protes ke Asosiasi Sepak Bola Chili, dan kami didenda karena menurut aturan nomor pada jersey harus berupa angka. Tetapi tidak ada yang mengubah diri kami.” tuturnya.

Baca juga: Kala Mahmoud Darwish Menjadi Mimpi Buruk Bangsa Israel

Anuar Majluf tidak ambil pusing dengan hal itu. Dia bercerita bahwa ketika Zionis mulai menginjakkan kaki dan menjajah negerinya, mereka mengatakan bahwa Palestina adalah “Sebuah tanah tanpa bangsa untuk sebuah bangsa tanpa tanah”. Namun mitos itu runtuh dengan segera mengingat identitas Palestina yang hidup di Chili sudah ada sejak awal abad ke-20 dan mendirikan klub sepakbola besar hingga hari ini. “Jelas ada orang Palestina sebelum Israel diciptakan.” tegasnya.

Orang-orang Palestina di Chili atu Chilestinians memberikan contoh hidup dari kekuatan sebenarnya dari identitas kolektif Palestina yang ada sebelum kemunculan Israel. Di Chili, bendera Palestina dikibarkan di stadion yang berbeda setiap akhir pekan sepanjang musim sepak bola.

“Kami sekarang bersiap-siap untuk seratus tahun ke depan. Penting untuk bekerja keras melanjutkan warisan para pendiri kami dan mencapai hal-hal hebat di arena olahraga.” pungkas Presiden Deportivo Palestino Jorge Uauy.

Kontributor

  • Redaksi Sanad Media

    Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.