Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Setelah Normalisasi Hubungan UEA-Israel, Palestina Semakin Terpuruk

Avatar photo
32
×

Setelah Normalisasi Hubungan UEA-Israel, Palestina Semakin Terpuruk

Share this article

Kesepakatan damai UEA–Israel tidak membawa kedamaian bagi warga Palestina di Gaza. Setidaknya hal itu dirasakan sepuluh hari terakhir ini.

Kesepakatan kontroversial minggu lalu antara Abu Dhabi dan Tel Aviv tersebut membuat dunia tercengang. Namun penduduk Palestina terhenyak bukan karena kesepakatan damai tersebut, namun bom yang bertubi-tubi menghujani Gaza.

Sejauh ini belum ada korban dalam serangan udara tersebut, namun dilaporkan tujuh orang cedera akibat serangan yang menargetkan areal pertanian, infrastruktur sipil bahkan sekolah.

Sementara di Tepi Barat, tepatnya di Ramallah dan sekitarnya, Al-Jazeera melaporkan setidaknya 9 orang ditangkap termasuk dua orang anggota legislatif Otoritas Palestina. Tidak dijelaskan dasar penangkapan tersebut, namun disebutkan sempat terdengar bunyi tembakan saat penangkapan.

Dua juta penduduk Palestina di Gaza terisolir dengan makanan, listrik dan pasokan air yang terbatas selama bertahun-tahun karena tak ada negara Arab yang mampu menghentikan langkah Israel.

Baca juga:

Rabu dini hari kemarin (26/8), IDF (Israel Defense Forces) telah melancarkan serangan udara ke kantong kekuatan HAMAS di Gaza Selatan dekat Khan Yunis. Serangan tersebut adalah balasan atas balon udara yang dilepaskan oleh milisi HAMAS di Gaza.

Dalam rilis resminya, IDF mengatakan serangan udara itu untuk melumpuhkan infrastruktur bawah tanah milik HAMAS.

Kamel Hawwash, seorang peneliti berkebangsaan Inggris-Palestina yang merupakan Wakil Ketua Dewan Kebijakan Palestina Inggris (BPPC) mengatakan bahwa normalisasi hubungan antara Israel dan UEA, belum membawa perdamaian kepada penduduk Gaza. “Bahkan membuat keadaan semakin memburuk,” kata Hawwash seperti dikutip TRT World.

Gaza memang tidak dikuasai Israel, namun Gaza berada di bawah pengawasan ketat Israel sejak 2007.

Berdasarkan sebuah laporan PBB pada tahun 2012, organisasi bangsa-bangsa dunia itu memproyeksikan bahwa Gaza tidak layak huni pada tahun 2020 apabila tetap dengan kondisi terisolir. Pada kenyataannya, tahun 2020 saat pandemi Covid-19 menyerang dunia, Palestina tak memiliki peralatan medis dan tenaga kesehatan yang memadai. Hal ini, menyebabkan kondisi penduduk Palestina semakin terpuruk.

Empat belas tahun isolasi terhadap penduduk Gaza tidak mengalami perubahan. Israel dan negara Arab sekutunya justru merayakan kesepakatan yang tidak memiliki arti bagi rakyat Palestina.

Di bawah kepemimpinan Netanyahu, yang sudah melalui tiga kali Pemilu, tampaknya nasib penduduk Gaza sulit untuk berubah.

“Perdamaian sejati hanya dapat dicapai ketika aspirasi rakyat Palestina untuk kebebasan, keadilan dan kesetaraan direalisasikan, termasuk mengakhiri blokade di Gaza dan juga mengakhiri penggunaan 2 juta orang Palestina sebagai sepak bola politik di tangan Netanyahu,” tutur Hawwash lagi.

Kontributor

  • Kadarisman Ahmad

    Penikmat kopi dan penyuka hujan. Aktif menulis, menerjemah dan mbakul buku. Kini tinggal di Malang, Jawa Timur.